Kamu sunyi dalam hiruk-pikuk itu. Mataku bertanya. Aku tidak baik-baik saja, jawabmu dalam sebuah kedip yang lelah. Aku tahu. Dan kita mencari sepi untuk meringkus sesak. Matamu sembap. Jelaga itu lekat padamu seperti sesuatu yang pernah. Seperti sesuatu yang sudah.
Setiap perpisahan membawa luka sendiri-sendiri. Lukamu sudah dimulai sejak awal kalian bertemu. Pada segala yang terasa tidak seharusnya. Mengetahui akhir ceritanya sejak mula ternyata tak bisa menjadi pengurang rasa sakit ketika kamu sampai pada halaman terakhir. Sesuatu yang sudah diduga masih tak bisa membuat tangismu reda ketika waktunya tiba.
Aku tidak hendak menghiburmu atau membuatmu tertawa. Aku hanya akan duduk diam di sini dan membiarkanmu menangis. Selama yang kamu perlu. Because tears are words the heart can’t say.
13 Responses
terkadang menangis memang melegakan hati yang sesak. tapi kalau yang menangis adalah seorang lelaki di hadapan seorang wanita, gimana, han?
errr temen cowok saya banyak sih yang suka nangis depan saya hihihihi gpp juga sih, ga masalah, lelaki kan manusia juga :p ya, nggak? 😀
Kata temanku: “never apologise for weeping” 🙂
setuju! 🙂
iya mba han…sometimes its ok for being “cengeng”..cos after that jadi leghaaaa 😀
betul 😀 mending abisin nangisnya sehari terus besok senyum lagi, daripada ga nangis tapi auranya mendung terus sampai sebulan 😀
jadi pingin nangis juga hiks srut… lagi pilek berat nih :p
jiaaah 😀
boys don’t cry 😀
hadapi dengan senyuman…
kata2nya bgus,, jd terharu,, hhee