Baiklah. Posting ini akan menyerupai kolom psikologi di majalah-majalah wanita. Tetapi, yakinlah, ini kejadian nyata. Senyata-nyatanya.

Suatu siang, Pak Zaenal datang ke ruangan New Media di kantor saya, membawa-bawa sebatang pensil.

Pak Zaenal: Jonathan, ini pensil kamu…
Jonathan: Itu bukan pensilku.
Nena: Pak Zae, itu pensilku!

Pak Zae: Lho, ini punya Jonathan, tadi kan Jonathan yang bawa pas mau nulis pesanan Quickly.
Nena: Itu pensilkuuu!
Jonathan: Oh, kayaknya itu punya Kapkap…

Pak Zae: Kapkap, ini pensilnya Kapkap, ya?
Nena: Itu pensilku, Pak Zae!!!
Kapkap: He–(melepas earphone), bukan kayaknya itu pensilnya Hanny.
Nena: Iih, itu pensilkuuu…

Pak Zae: Hanny, ini pensil kamu, ya?
Nena: Itu pensilku!!!!!!!!!!!!!!
Saya: Oh, bukan, itu pensilnya Nena.
Pak Zae: Oh, punya Nena (memberikan pensil)

Nena: KENAPA SIH NGGAK ADA YANG PERCAYA SAMA AKU?!!!

Apa yang bisa kamu katakan tentang Nena dari kisah di atas? πŸ˜€

hanny

16 Responses

  1. hihihi… kasiannya Nena πŸ˜€ mungkin dia itu kayak karakter liliput, jadi kalaupun teriak2 tidak ada yang mendengar hehe

  2. menurut saya ada tiga kemungkinan mbak :

    1. nena ndak dianggep di situ, ndak cukup kelas untuk sampe pada level yang omongannya perlu didengar

    2. nena suka ngaku-ngaku, jadinya sudah ndak dipercaya

    3. nena ini arwah penasaran, macem bruce wilis di pilem 6th sense *hiii…*

  3. *ikutan guling-guling baca komennya mas stein*

    tapi bener juga han, jangan-jangan memang nena itu arwah penasaran. eh, emang nena siapa sih? *diculek pensil* :))

  4. Itu nena di bold utk nunjukin line-nya nena atau untuk nunjukin nena berteriak?

    Kan bisa jadi pak zaenal gak denger ucapan nena, bisa jadi nena kurang keras ngomongnya, bisa jadi pak zaenal mau “ngebecandain” nena .. Who knows? Knapa ga nanya pak zaenal sebagai pelaku? πŸ˜‰

  5. Akhirnya setelah mondar-mandir membaca komentar ini saya pun siap komentar… *hiks*

    kelihatannya komentar teman-teman semua merupakan tempat introspeksi diri.. πŸ˜€ apalagi dari mas @phery *soalnya kayaknya emang cerewet deh…*

    heuheuehe.. πŸ˜€

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with themβ€”and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeβ€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP