Semuanya terjadi begitu saja. Bahkan perempuan itu sendiri pun tak tahu bagaimana segalanya bermula, dan tak dapat memberikan penjelasan apa-apa ketika lelaki dengan hati yang tak lagi utuh itu memutuskan untuk melangkah pergi dan menggelandangkan diri dalam sunyi di sebuah kota yang jauh. Kota di mana para bidadari jatuh.
Perempuan itu tahu, segalanya tak lagi sama seperti sebelumnya. Dulu ia bahagia dengan hujan, dengan embun, dengan pagi, dengan kabut, dengan musim panas, dengan wangi daun-daun kemangi… dengan segenap cinta yang ditaburkan lelaki itu di atas hati merah jambunya.
Tetapi ketika pada suatu malam yang cerah perempuan itu melihat bintang, perempuan itu pun tahu bahwa ternyata, selama ini, ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya—sesuatu yang ia tak pernah tahu apa.
Dan kini, ia temukan sesuatu yang hilang itu di langit. Pada bintang yang bersinar terang.
Sesungguhnya perempuan itu ingin mengajak lelaki itu duduk-duduk bersamanya di luasnya padang musim panas, beralaskan rerumputan yang sesekali bergoyang ketika angin bertiup sedikit kencang, berpegangan tangan memandangi bintang seraya menyesap Moscato d’Asti dalam gelas-gelas tinggi, sementara alunan nada What Are You Doing The Rest of Your Life-nya Chris Botti dan Sting terbawa angin dari kejauhan.
What are you doing the rest of your life
North and south and east and west of your life
I have only one request of your life
That you spend it all with me
All the seasons and the time of your days
All the nicles and dimes of your days
Let reasons and the rhymes of your days
All begin and end with me …
Tetapi ternyata lelaki itu tak mau berbagi dengan bintang. Tak sanggup kiranya ia melihat perempuan itu menengadah ke langit, memandangi bintang yang bisa mengisi jiwa perempuan itu dengan semacam kehangatan yang tak pernah bisa lelaki itu berikan.
Dan ia cemburu.
Karena bahkan gelas anggurnya memantulkan bintang; yang cahaya terangnya mampu membingkai wajah perempuan itu dalam sejenis kecantikan yang belum pernah lelaki itu lihat sebelumnya, bahkan tidak ketika ia dan perempuan itu tengah berdekapan dalam hujan.
Jadi, malam itu, sebelum memutuskan untuk pergi ke kota di mana para bidadari jatuh, lelaki itu bertanya kepada perempuan yang sedang memandangi bintang bersamanya itu:
“What are you doing the rest of your life?”
“Loving you.”
Demikian jawab perempuan itu. Tetapi, dalam beningnya bola mata perempuan itu, si lelaki tak melihat pantulan dirinya. Lelaki itu hanya melihat bintang.
Maka, dengan hati remuk, lelaki itu memutuskan untuk pergi meninggalkan perempuan itu bersama bintangnya. Karena ia tahu, ia tak akan pernah sanggup melengkapi jiwa perempuan itu, sekeras apapun ia berupaya.
Hati perempuan itu pernah berlubang suatu masa lalu, dan dulu, lelaki itu mengira bahwa ia bisa memberikan hatinya untuk menutup lubang yang melukai hati perempuan itu. Tetapi malam itu, ia melihat ke dalam hatinya, dan mendapatkan bahwa hatinya berbentuk bulan sabit—sementara lubang di hati perempuan itu berbentuk bintang.
Lama setelah lelaki itu pergi, perempuan itu masih suka memandangi bintang. Karena bersama bintang, luka yang menganga di hatinya tertutup sempurna oleh cinta. Hangat. Menenangkan. Nyaman. Bahkan dalam diam.
Namun, terkadang—mungkin lelaki itu tak tahu, ingatan perempuan itu masih sering melayang pada sosok lelaki itu ketika mencium aroma Marlboro Lights Menthol dalam kabut yang menyelimuti bintang dari pandangannya pada hari-hari yang dingin dan sedikit berhujan.
Perempuan itu pun kemudian bertanya-tanya, di mana lelaki itu berada, baik-baik sajakah ia, apakah ia bisa bertahan di kota yang begitu suram dan sepi, kota yang begitu depresi hingga bidadari-bidadari pun jatuh dari langit dengan sayap-sayap retak.
Ketika langit malam berganti kemerahan, pagi datang, dan bintang menghilang, perempuan itu bahkan masih dapat mendengar lamat-lamat Laura Jane bernyanyi dengan suaranya yang sengau, ” … summer time in the city, and the moon so bright … and the winter so far away…”
21 Responses
hmmm….
so sweet…..
dan biarkan bintang menari menghibur hati yang remuk redam ketika mentari kembali ke peraduannya…
cantik! 😉
lagi kangen ya…. hiks.
Wow!!!!
jika bintang bisa menutup luka, kenapa tak ke kota bintang, dimana siang tak pernah datang dan bintang selalu cemerlang?
so it was you that teach the stars to dance. hmm… no wonder
semacam puisi chairil anwar edisi mellow…. (ada gitu?)
penuh makna yang tersirat. aku selalu suka tulisanmu, han… *hugs*
is it another curhat, eh? *kabur*lagi sengak sama lelaki ya!
Oh…
glek! *tahan nafas* …
wow…mantep…cantik…
yeah, love sucks!!!
…
lho???
duluuuuu sekali …
ada wanita istimewa,
hatinya berlubang cross
ku coba isi dengan hati bulan sabit
tentu saja tak bisa
akhirnya hanya kasih yg sunyi,
tanpa kata dan ikatan
Aih matek..
kalo yang lain butuh cuma satu paragraf untuk bilang bagus, sy butuh banyak bilang kalo kamu “The Most Talented Women in The Blog”… keep writing…
indah sekali, coonteel… 🙂 🙂
and oh… Moscato D’Asti memang enak… 🙂 😀