Pernahkah kamu merasa begitu kecil dan tidak berarti?

Tahu, kan?

Perasaan yang tiba-tiba menyelinap ketika kamu tengah berjalan-jalan di tepi pantai dan melihat matahari terbenam (klise). Atau ketika tengah berada di boncengan ojek pada malam hari, dengan rambut berkibar-kibar tertiup angin, kemudian menengadah dan memandangi bintang-bintang di langit (tidak terlalu klise dan tidak memakai helm ;p)

Baru-baru ini perasaan yang sama mengitari saya seperti genangan air semata kaki, yang selalu berkecipak ketika terpijak. Ya, ketika beberapa waktu lalu saya bertemu blogger-blogger terkemuka yang saya kagumi tulisan-tulisa
nnya. Yang pengetahuannya tentang blog jauh melebihi saya. Ya, saya, yang masih begitu bangga dengan diri sendiri hanya karena bisa memiliki expandable post alias kata-kata read more yang bisa di-klik di bawah posting-an saya.

Tetapi bertemu dengan wajah-wajah di balik lembar-lembar yang saya kagumi itu, live, masih terasa seperti mimpi. Dan saya pun berpikir, kapan saya bisa seperti mereka? Menggunakan blog saya untuk sesuatu yang lebih berguna? Sesuatu yang lebih universal alih-alih personal? Memberikan inspirasi sekaligus motivasi?

Mudah-mudahan suatu hari nanti saya juga bisa seperti mereka, ya.
Ah, doakan 🙂

hanny

11 Responses

  1. gw sering banget tuh…
    meskipun seorang temen kuliahan gw pernah ngingetin “everybody is special”

    (roi)

  2. eh, bahkan kesedihan pun punya fungsinya sendiri. karena itu jangan pernah remehkan dan ringkus dirimu sekecil itu.

  3. Ummm, berapa banyak orang yang sudah menominasikan dirimu dalam Rockin’ girl blogger award, Han?

    Berapa banyak yang menunggu-nunggu splinter untuk menaruh tulisannya atau mengulas tulisan orang lain?

    Setuju dengan Ndoro. Jangan pernah remehkan dan ringkus dirimu sekecil itu. Karena lama-lama, kamu bisa percaya bahwa kamu benar-benar seremeh dan sekecil itu.

    Padahal Tuhan sudah mendesain kamu sedemikian spesial. Tipis dan nisbi memang beda rendah hati dan rendah diri. Hati-hati dalam meniti.

  4. hi teman, ketika aku baca postingan-postingan kamu, ngingetin aku waktu dulu, waktu aku suka baca cerpen minggu di kompas, dan memancing aku untuk coba nulis sebuah cerpen-ku yang konon belum terselesaikan itu, thanks for inspiring.

  5. Hei sis gimana kabarnya???

    waahh ternyata begitu yah ^_^. Aku doakan km bisa lebih hebat dari mereka2 yg km anggap spesial itu sis.
    Good Luck!!

  6. Wazeen–duh, sama-sama 🙂 semoga suatu hari nanti saya bisa bersua dengan karyamu itu 🙂

    My bro–duh, kangen, nih, udah lama gak ngobrol2 lagi… sedih, maaf ya, sis lagi sibuk banget belakangan ini, jadi agak menghilang dari peredaran kemudian hehehe

    Pitik–lho, sampeyan arep tak *tight hugz* 🙂 monggo… *tight hugzzz* ;p

    Gies–such a pleasure to have you around, Gies. mwah mwah 🙂

  7. nice writing… tapi mengapa merasa kecil gitu?
    harusnya merasa kecil hanya dengan yg diatas… bukan sesama insan

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP