Ulang tahunnya yang ke-24, dan lelaki itu menghadiahinya sekotak terang dan secangkir kehangatan yang sudah lama ia idam-idamkan; sesuatu yang ia pikir tak akan pernah ia dapatkan seumur hidupnya.

Maka ia berkata pada dirinya sendiri hari itu, bahwa ulang tahunnya yang ke-24 itu adalah ulang tahunnya yang terindah selama 24 tahun hidupnya–setidaknya sejauh yang bisa diingatnya.

Bagaimana tidak?

Selain sekotak terang dan secangkir kehangatan yang diberikan lelaki itu, ia juga mendapatkan 3 buah perayaan kecil dan 3 buah kue ulang tahun (cokelat, blueberry, dan lemon-cheese),‘seekor kucing berwarna kuning’, dan sebuah cerita.

Ulang tahunnya yang ke-24, dan untuk yang pertama kalinya, karena satu dan lain hal, atau semata karena kecanggihan teknologi yang selalu mengingatkan tanpa diminta, lelaki itu tidak melupakan ulang tahunnya (seperti yang sudah-sudah).

Lelaki itu bahkan menghadiahinya sekotak terang dan secangkir kehangatan yang sudah lama ia idam-idamkan; sesuatu yang ia pikir tak akan pernah ia dapatkan seumur hidupnya.

Ia tidak bisa menggambarkan bagaimana rasanya; sekotak terang dan secangkir kehangatan itu; karena semuanya terasa memercik tenang tetapi tidak meledak-ledak. Jauh berbeda dari yang ia bayangkan sebelumnya. Mungkin karena ia tidak lagi jatuh cinta. Mungkin karena ia sudah menunggu terlalu lama. Mungkin karena ia tidak percaya lagi pada getaran-getaran yang dulu selalu dinantinya.

Ulang tahunnya yang ke-24, tetapi ia merasa seperti berusia 17. Hanya saja, kali ini, ia bahagia.

——————

PS: Lilin dalam gambar ini bisa dipesan lho 🙂

hanny

6 Responses

  1. mengawali usia kepala dua, buat saya adalah sesuatu yang cukup “memakan” pikiran. entah apa itu. tapi sepertinya saya akan kembali tenang setelah membaca ini. sangat indah. semoga kenyataan yang kamu rasakan lebih indah dari makna yang saya cerna.

  2. erwin: maknanya? kemampuan untuk menjadi diri sendiri apa adanya? (semoga).

    dadun: nah, kan. tulisan lo itu, lho. bikin gue semakin nge-fans aja. “semoga kenyataan yang kamu rasakan lebih indah dari makna yang saya cerna” –> ini nih, yang sangat indah 🙂

  3. wah berarti sedang ultah nih ya, congrats ya, sori telat 🙂

    tadi baru saja dari bebek bali wakilin tunas cendekia lagi, koq ndak muncul?

  4. Yudhis: hehehe ultahnya sudah lama, kok. curhatnya yang telat ;p oh iya, kemarin acara workshop di bebek bali aku nggak bisa ikutan karena ada meeting di luar… sedih, deh. seru nggak acaranya? 🙂

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Screenshot 2022-12-08 at 12.43.17
This year, I learned to accept the days when I don't feel motivated, tired, or a bit grumpy. I learned to allow myself to sit with this feeling instead of feeling guilty about it and forcing myself to be productive, socialize, or just get things done.
Photo by Georgia de Lotz on Unsplash
In the end, self-care is not always about doing the things that make us feel good or give us instant gratification. It's also about doing the RIGHT thing: something that is good for us in the long run—even if it may feel hard at times.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP