Siang itu, ada kamu dan dia di bangku depan, sementara saya menempelkan wajah saya di jendela yang dingin dan berkabut; di bangku belakang. Ketika hujan deras mengubah siang yang biasanya terang menjadi remang-remang.
Langit yang dingin.
Udara yang dingin.
Hati yang dingin.
Kemudian saya amati dedaunan kering dan sampah-sampah lengket yang meluap dari dalam saluran air yang tersumbat dan tumpah-ruah di sepanjang trotoar. Pepohonan rindang yang menaungi jalan raya dengan ranting-rantingnya yang berkilau seakan baru saja ditetesi embun.
Mobil-mobil dengan wiper yang berdetak-detik ke kiri dan ke kanan; menghapus jejak-jejak yang mengaburkan pandangan akan keadaan jalan di depan. Namun sedetik kemudian, satu guyuran hujan memburamkan lagi segalanya.
Dan begitu seterusnya. Seperti tawa dan air mata.
Kesedihan dan kebahagiaan yang saling tumpang-tindih, sehingga terkadang kita tak lagi dapat mengetahui perbedaan antara keduanya.
4 Responses
duh, hann.. senang baca tulisanmu ^.^
=)
kalau kamu merasa mati rasa,antara kesedihan dan kebahagian.coba kamu keluar dari lingkaran itu,dan cari laut.pasti fresh lagi.. =)
Aduh, kangen beneran membaca tulisanmu.
Di berada di sini versi terdahulu *oops*, Hanny lebih kerap menulis tentang orang lain.
Di yang versi sekarang, Hanny kembali ke gaya blog asalnya, banyak menuangkan tulisan sendiri, dengan gaya yang khas.
Mungkin memang butuh peristiwa seekstrim “terhapusnya sebuah blog” untuk mengembalikanmu ke gaya ini.
Mungkin sudah waktunya Hanny sang penulis menguak ke permukaan.
Terus menulis. Rasanya Hanny satu-satunya orang yang tidak menyadari betapa berbakat dirinya.
win, aku juga senang baca tulisanmu 🙂
yudhis – laut, ya? mmmm cuti ahhh … hehehe
eva – aku blushing nih … ihiks.