Mungkin memang seperti inilah saya mengingat segalanya. Seperti apa yang saya inginkan. Versi yang tidak terlalu menyakitkan, sekaligus tidak terlalu menyedihkan.

Bukankah kita selalu berkompromi dengan ingatan? Menyingkirkan hal-hal yang tidak terlalu menyenangkan jauh di belakang dan memastikan kenangan-kenangan yang memulaskan senyuman bisa selalu berada di halaman terdepan?

Jadi, seperti inilah saya mengingat kita dalam sekotak foto-foto lama yang ingin saya singkirkan karena saya ingin melepaskan keterikatan: kita adalah seorang perempuan dan seorang lelaki yang tidak pernah berada dalam satu frame ketika difoto.

Ya, hanya itu. Karena masa depan tidak akan pernah ada tanpa masa lalu.

hanny

3 Responses

  1. mungkin karena kalian berdua sama-sama terlalu narsis, sehingga sulit rasanya untuk berpisah… eh, untuk membagi satu frame berdua.

    🙂

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP