Lelaki dan perempuan itu berjalan menuju sebuah kedai kopi ketika hari menjelang senja. Si lelaki memesan segelas minuman hangat: campuran kopi, cokelat putih, dan sirup vanila; sedangkan si perempuan memesan iced latte dengan sirup karamel. Kemudian keduanya duduk berhadap-hadapan, menghabiskan senja.
Lelaki itu pernah jatuh cinta, sedang jatuh cinta, dan merasa sedikit frustasi karena patah hati (juga depresi, mungkin). Perempuan itu pernah jatuh cinta, tidak sedang jatuh cinta, dan merasa bahwa saat ini cinta bukanlah prioritas yang terlalu terburu dalam hidupnya. Tetapi mereka tidak saling jatuh cinta satu sama lain.
Senja itu, si lelaki memikirkan perempuan yang dicintainya, dan si perempuan memikirkan lelaki yang (rasanya pernah) dicintainya. Yang memisahkan lelaki itu dengan perempuan yang dicintainya adalah masa kini. Yang memisahkan perempuan itu dengan lelaki yang (rasanya pernah) dicintainya adalah masa lalu.
Senja itu, mereka bicara tentang cinta. Tentang bagaimana si lelaki merasa bersalah karena telah menyakiti hati perempuan yang dicintainya tanpa sungguh-sungguh bermaksud demikian. Si perempuan tidak banyak bicara, hanya mendengarkan.
Kemudian si lelaki berkata, “Life is not a fairy tale.”
Perempuan yang tidak sedang jatuh cinta itu menyahut: “Life is not a fairy tale, yet,” dan tersenyum. Perempuan itu sedikit terkejut akan optimisme yang menyelinap dalam perkataannya barusan, kemudian menambahkan,”But someone’s fairy tale is always someone else’s nightmare.”
Mereka menghabiskan senja itu dalam secangkir kopi. Tak ada solusi.
Memang bukan itu yang mereka berdua cari.
3 Responses
That’s my storyyyyyyy!!!! Gw keduluaaaannnnn!!!!! Hahahahahaha… Still, ur writing style amaze me..
Hawe: hahaha, semoga semuanya baik-baik saja, ya 🙂 ingat, hati-hati! ;p
…..
(pengen comment tapi ga pede, kaliyan berdua kan penulis hebat semua… 🙁 )