Andai kamu tahu, bahwa ketika masa lalu, masa kini, dan masa depan saya digeletakkan di tengah sebuah meja kopi, kamu menjelma dalam secarik kartu dengan lambang ratu dan hati merah.
“Ada cinta yang masih diperjuangkan, satu masalah yang terus mengganggu pikiranmu selama ini…”
Dia bukan seorang peramal–tetapi seorang psikolog yang ahli dalam hipnoterapi klinis; dan kebetulan adalah mantan dosen psikologi saya. “Di Amerika, Tarot sudah mulai masuk ke dalam mata kuliah psikologi,” ujarnya serius. “Makanya saya mempelajarinya.”
Jika dia benar, dalam 6 bulan ke depan, masih tidak ada kamu dalam kehidupan saya.
Dalam perjalanan pulang dari sebuah pernikahan, saya dan seorang teman memutar lagu-lagu romantis dari sebuah CD–yang dia dapatkan dari sebuah acara pernikahan yang lain. Sang teman baru saja menjalin hubungan setelah lama terpuruk dalam ketidakpastian.
Dan saya mengeluarkan satu kalimat sakti itu ketika kami kembali mengenang masa lalu: “Semua indah pada waktunya.”
Kami pun tertawa. Iya, ternyata semua kepahitan itu membawa sesuatu yang indah dalam kehidupan kami sekarang ini. Karena cinta bekerja dengan cara-cara yang tidak kita mengerti, dengan waktu mengalir, cair–di sela-selanya.
Seperti membaca sebuah buku tebal beratus-ratus halaman, yang dibutuhkan adalah sedikit kesabaran ditambah rasa penasaran. Karena mengetahui akhir ceritanya duluan ternyata juga tidak seru-seru amat. Hanya membuat kita kecewa dan tidak ingin melanjutkan membaca. Dan buku itu tersia-sia.
Selama kita masih punya pilihan, kita masih punya harapan ….
Masa depan yang saya harapkan bergantung pada pilihan-pilihan saya sekarang. Dan jika ternyata pilihan saya tidak membuahkan hasil yang diinginkan, mungkin saya harus bersabar lagi sebentar.
Karena semua indah pada waktunya.
IMG. http://www.aeclectic.net/tarot/cards/_img/housewives-03041.jpg