Minggu siang yang lengas; dan saya tercengang membaca SMS yang kamu kirimkan.
Kamu: Apa yang lebih penting? Menjadi orang bijak, tetapi tidak memiliki rasa … atau orang yang memiliki rasa … tetapi rapuh dan lemah? Dan sampai kapan kita harus menaruh logika ini di atas perasaan yang ada? Cinta atau obsesikah yang ada?
Saya: Orang bijak pasti memiliki rasa. Jika tidak, dia tidak akan menjadi orang bijak. Sampai kapan? Sampai kita berhasil menemukan hikmahnya. Pada akhirnya, kita akan selalu kembali pada cinta …
Kamu: Haruskah cinta? Haruskah rasa? Ketika kita memiliki logika yang membenarkan kita tentang hal-hal cinta dan rasa? Happy Sunday! =)
Saya: Logika tidak dapat digunakan untuk menilai cinta dan rasa. Jika logika masih bersuara, berarti kita belum sungguh-sungguh jatuh cinta. Happy melancholic Sunday! ^.^
Kamu: Dasar Hanny si orang bijak :p
Saya cuma tersenyum simpul. Saya mungkin bodoh, puitis, naif … tetapi bijak? No way! Saya sendiri masih menapaki jalan ini dengan susah-payah, masih tersesat meskipun sudah menggunakan bantuan peta dan GPS, dan ketika tersesat pun saya masih sempat-sempatnya menaati rambu-rambu yang ada.
Tak apalah.
Ketika saya menoleh ke samping kanan, ternyata masih ada kamu. Ke samping kiri, ada dia. Ke belakang, ada mereka. Ternyata saya bukan satu-satunya.