Ternyata semua dugaan saya benar.
Sekarang saya tahu PASTI alasan di balik telepon-telepon kamu yang semakin jarang.

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba kamu menelepon saya. Sapaan kamu yang ceria menerpa saya ketika saya tengah keluar makan siang. Benak saya bertanya-tanya, “Ada apa?”

It sucks, ketika akhirnya saya tahu bahwa kamu cuma ingin minta bantuan saya. Saya pun memaki-maki diri sendiri; tanpa mengubah suara ramah saya di telepon. Duh, sekali lagi saya yang bodoh ini tidak pernah belajar dari kesalahan masa lalu.

Kenapa sih, saya mudah sekali dimanfaatkan?
Dan kenapa saya mudah sekali memaafkan?

Seharusnya kita ketemu untuk makan siang. You’ve promised me. Saya sudah membayangkan hari itu. Berharap bahwa akhirnya, setelah berbulan-bulan disesaki kawan-kawan dan sejuta gurauan, kita akan duduk berdua, di sebuah restoran yang lengang.
Hanya saya dan kamu.

Dan kita akan bicara dengan bahasa SMS kita; pesan-pesan singkat yang dikirimkan diam-diam. Pesan-pesan dengan nada yang jauh berbeda dari nada-nada yang kita perdengarkan di depan orang-orang.

Ternyata semua dugaan saya benar.Makan siang itu tidak pernah beranjak lebih jauh dari sekadar bayangan. Makan siang yang tidak pernah jadi kenyataan.

Rupanya… ketika menghilang; kamu bertemu dengan seseorang. Saya melihat kalian, nampak serasi dan saling mengagumi. Saya memilih untuk pura-pura tidak tahu. Supaya saya tidak perlu mengucapkan ‘congratulation’ atau pura-pura memasang wajah bahagia. Saya muak berpura-pura.

Came to think about it …
Mungkin memang lebih baik jika kamu bersamanya.
Mungkin saya memang tidak akan pernah bisa mendampingi kamu seperti dia. Mungkin saya memang tidak benar-benar menginginkan posisinya.

Tetapi … bagaimanapun,
saya masih menginginkan satu makan siang itu.
You’ve promised me.

IMG. http://blogs.ipswitch.com/archives/blunch.jpg

hanny

4 Responses

  1. hehe,
    jangan terlalu kecewa teman.
    bila blm jelas,siapa tahu ia hanya numpang lewat,karena mungkin ia masih menyimpan jejakmu di hatinya.
    tapi bila dugaanmu benar, mungkin U perlu menangis untuk melegakan hati. menangis bukan berarti cengeng,hanya menunjukkan bahwa seseorang masih meempunyai rasa,begitukah?
    maaf bila ucapanku sembarangan n thanx atas kunjunganmu ke blogku.

  2. Catur: “yang begini sih belum sampai bikin nangis, hehehe. karena ada yang lebih parahhh :p jadi … paling cuma bisa ngedumel sendiri aja. hehehe. thanks!”

    Skywriter: kikikik (ketawa coonteel) … nggak heal the wound kali ya, pak. heal the hunger, mungkin! huehehehe. namanya janji kan harus ditepati :p

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Screenshot 2022-12-08 at 12.43.17
This year, I learned to accept the days when I don't feel motivated, tired, or a bit grumpy. I learned to allow myself to sit with this feeling instead of feeling guilty about it and forcing myself to be productive, socialize, or just get things done.
Photo by Georgia de Lotz on Unsplash
In the end, self-care is not always about doing the things that make us feel good or give us instant gratification. It's also about doing the RIGHT thing: something that is good for us in the long run—even if it may feel hard at times.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP