Mungkin ada lebih dari 60 akhir dalam sehari, atau bahkan lebih. Pada helaan napas (00′:01″), sebaris kicauan yang berbisik di lini masa (00′:03″), satu putaran Owl City dalam Vanilla Twilight (03′:52″), secangkir kopi yang menyisakan ampas di dasar gelas (10′:00″), kue-kue yang mengembang dalam panggangan (45′), jam kerja (9), satu hari ketika langit berada dalam peralihan gelap-terang (24).

Dan begitulah, pada dasarnya kita telah terbiasa pada yang berakhir. Yang habis. Pada perpisahan. Pada hal-hal yang tertinggal. Yang terlupakan. Dan kita menyimpan ingatan: akan hal-hal yang sungguh-sungguh pernah terjadi, dan juga kenangan: residu ingatan yang sudah didaur ulang; yang menyimpan memori akan hal-hal yang pernah terjadi sebagaimana kita ingin mengingatnya.

Pada kesekian akhir itu, aku mengingatnya seperti perpisahan kita yang berkali-kali di bandara-bandara yang jauh. Aku hanya akan bersabar hingga aku melihatmu lagi. Karena bahkan sebuah perpisahan pun memiliki akhir.

hanny

5 Responses

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Screenshot 2022-10-05 at 16.18.53
I haven't been writing a lot these past two years. I haven't been sharing a lot as well. I didn't have the mental capacity to do so. Moving to Amsterdam during the pandemic—with lockdowns and curfews, far from friends and families, didn't sit well with me. I was sad most of the time. Angry, other times.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP