Saya cemas.

Hampir pukul sembilan malam; dan pemandangan kota Saigon sudah mulai terlihat dari ketinggian; menyerupai jalinan jaring laba-laba dengan titik-titik cahaya yang terjalin rapi. Pesawat yang kita tumpangi hampir mendarat di bandara internasional Tân Sơn Nhất di kota Saigon / Sài Gòn (SGN); atau yang kini lebih dikenal dengan Hồ Chí Minh City (HCMC).

Tetapi, bagaimana jika perjalanan ini tidak sesuai dengan yang kamu inginkan?

Saya masih memendam cemas ketika kita berada di atas mobil menuju Ngoc Minh Guest House di Phạm Ngũ Lão.

Dari balik jendela, terhampar pemandangan jalan raya kota Saigon yang lengang. Sesekali ditingkahi pendar cahaya lampu dari sepeda-sepeda motor yang kebetulan melintas; serta jajaran gedung-gedung tua yang mengingatkan kita pada Jakarta-Kota di tahun delapanpuluhan. Bayangan kita, duduk bersisian, terpantul di sana; seperti adegan pembuka dalam sebuah film tua yang belum lagi bisa ditebak jalan ceritanya.

Tetapi Phạm Ngũ Lão di Distrik 1 yang bermandi sinar lampu membuat saya merasa sedikit lebih tenang.

Hotel-hotel yang ramai dengan papan lampu yang menyala, turis-turis asing yang berjalan-jalan di sepanjang trotoar, bar-bar, restoran, kafe, dan toko-toko suvenir yang masih buka dan memperdengarkan aneka jenis musik hingga lewat tengah malam, orang-orang yang bercakap dan tertawa, bel sepeda… semuanya membuat saya teringat pada Khao San Road (ถนนข้าวสาร) di Bangkok.

Kita menghabiskan malam itu dengan menyusuri jalan-jalan yang sama sekali asing (kamu tidak pernah membiarkan saya tertinggal di belakang dan selalu memastikan bahwa saya berada di sisimu), dan menghangatkan diri dengan semangkuk Phở dan kopi Vietnam di Pho Quynh; restoran kecil berwarna kuning terang tepat di persimpangan antara Phạm Ngũ Lão dan Cong Quynh.

Phở terlezat di dunia, demikian kemudian kita menyebutnya.

Sesungguhnya, sejak saat itu, saya tahu bahwa saya akan selalu teringat padamu ketika tengah menyantap semangkuk phở. Dan perasaan itu menyenangkan.

Kamu tahu, kan?

Perasaan hangat yang menyelinap ketika kamu melihat sesuatu yang sangat sehari-hari; sesuatu yang mengingatkanmu pada seseorang, dan begitu kamu melihatnya; rasa yang persis sama akan menyapumu kembali dan membungkusmu dalam sejenis bahagia yang sederhana. It’s called lovely memories.

—–
Ngoc Minh Guest House
283/11 Pham Ngu Lao, District 1
Saigon, Vietnam.
Site: http://ngocminh-hotel.com/

Pho Quynh
323 Pham Ngu Lao, District 1
Saigon, Vietnam.
T: (08) 836 8515

hanny

3 Responses

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Screenshot 2022-12-08 at 12.43.17
This year, I learned to accept the days when I don't feel motivated, tired, or a bit grumpy. I learned to allow myself to sit with this feeling instead of feeling guilty about it and forcing myself to be productive, socialize, or just get things done.
Photo by Georgia de Lotz on Unsplash
In the end, self-care is not always about doing the things that make us feel good or give us instant gratification. It's also about doing the RIGHT thing: something that is good for us in the long run—even if it may feel hard at times.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP