Tak ada garis, tak ada batas. Semua terhampar seperti masa depan.
Penerbangan kita ditunda selama 1 jam. Sore itu, pukul 4.35, kita masih duduk-duduk di ruang tunggu dengan Lonely Planet terbuka di pangkuan.
Seharusnya saat ini kita sudah berada di dalam pesawat menuju 1.880 kilometer jauhnya.
Vietnam, menurut legenda, bermula ketika Raja Lac Long Quan (Raja Naga Lautan) menikahi Putri Au Co (putri Cina yang turun dari Pegunungan Tinggi). Putri Au Co kemudian melahirkan 100 anak laki-laki. Bersama-sama, mereka pun mendirikan sebuah bangsa besar yang terentang dari bagian selatan Cina hingga utara Indonesia.
Meskipun demikian, Raja Long Quan dan Putri Au Co yakin bahwa perbedaan tempat asal mereka akan membuat keduanya tidak bahagia. Maka, mereka berpisah. (Tidakkah kamu berpikir bahwa ini adalah alasan yang masih saja digunakan banyak pasangan saat ini ketika mereka memutuskan untuk berpisah?)
Putri Au Co kemudian membawa 50 anak lelaki mereka kembali ke pegunungan, sementara Raja Long Quan membawa 50 orang anak lelaki mereka untuk menguasai daratan rendah.
Setelah Raja Long Quan meninggal dunia pada tahun 2879 SM, anak tertuanya, Hung Vuong, melahirkan dinasti Hung. Ia kemudian dikenal sebagai pendiri dinasti Vietnam yang pertama.
Legenda ini sesungguhnya menyimbolkan pentingnya penyatuan dua area geografis dan kultural di Vietnam–pegunungan (di Utara) dan dataran rendah (di Selatan) untuk kemudian membentuk sebuah negeri yang bersatu. Inilah sebabnya mengapa dalam sejarah Vietnam, Vietnam dieja Viet Nam–dua kata, bukannya satu. Viet Nam baru disatukan menjadi Vietnam ketika berada di bawah kolonisasi Perancis.
Apakah ini hanya sebuah kebetulan, bahwa sejarah menarik kita kembali dari masa kini? Perjalanan ini, apakah juga akan menyatukan saya dan kamu–dua kata ini, menjadi kita? Menjadi satu?
Waktu itu, saya masih berpikir bahwa segalanya adalah sebuah entah. Tetapi ketika kita menghabiskan waktu selama tiga jam di dalam pesawat, duduk bersisian, saya pikir semua ini akan menjanjikan sebuah kemungkinan yang menyenangkan. Teman atau kekasih, dua-duanya akan menjadi akhir yang membahagiakan.
Dan seharusnya saya tahu bahwa perjalanan ini akan menyenangkan (dan mengesankan) ketika kita terpapar pada senja yang tidak biasa. Senja di ketinggian. Dari jendela kecil itu, kita berbagi terbenamnya matahari; ketika langit berpendar dalam cahaya berona hangat, dan hanya keindahan itu yang kita tatap; sejauh mata memandang. Tak ada garis, tak ada batas. Semua terhampar seperti sejuta kemungkinan. Seperti masa depan.
Dan perasaan itu menenangkan.
Seperti berada di sisimu.
17 Responses
ah, indahnya… ah, senangnyaaaa… 🙂
Jadi… putri Au Co tu bertelur ya? Romantis sekali…
eh *tepok jidat* si bodoh ini mengira karena legenda raja naga jadi bertelur, salah konsep dalam mentranslate 🙂 LOL 😀 thank you! :p
emang perjalanan terkadang bisa menyatukan dua hal yang berbeda menjadi satu..
ugh.. i miss those journeys..
aku selalu percaya, travelling bareng bisa buat kita ngeliat ‘bentuk asli’ teman seperjalanan. if you happy together when you travel, it’s a good start.
*terkenang-kenang perjalanan sendiri yang berakhir di pelaminan, uhukuhukk *
bilang aja kalo perlu didoain – the pelaminan part, i mean – 😀
awwwww :)) :)) :))
ah indahnya jika bisa kita berbagi terbenamnya matahari bersama 😀
so sweet, tanpa batas, tanpa pemisah, akhirnya jadi satu 😀 *bayangin sunset dr dalam pesawat*
ahhhhhhhhhhh
seperti disisimu
hufffff 😳
salam kenal, kunjungan perdana 😉
salam kenal juga 🙂 makasih atas kunjungannya ^^
aih senangnya ^^
mau dibikin enovel lagi nggak, ni?
Salam kenal Hanny….
Nice posting. Selalu ada yang menarik yah dari sejarah sebuah bangsa, bahkan yang berbau mitos, legenda, atau apapun 🙂
hai, bayuuuu! salam kenal juga, titip salam buat okky dan mas bangko! 😀
senangnya membaca report ini. 🙂
pilihan dan penempatan kata yang mengagumkan. saya harus menjura untuk tulisan(-tulisan) sampeyan 🙂