burst of orangeTerus… waktu kita bersenandung pada lagu di radio itu; yang sama-sama nggak kita ketahui apa judulnya dan siapa penyanyinya itu, aku berpikir.

Soal banyak hal.

Bukan cuma soal gerimis. Yang entah bagaimana, waktu itu bisa turun tepat kala senja. Bukan juga soal cantiknya lampu-lampu jalan yang serentak menyala jingga, seperti adegan romantis di film-film Korea.

Tapi, bukan itu.

Yang kupikirkan malah hal-hal bodoh seperti mengapa aku di sini, mengapa kamu di sini. Rasanya sedikit hangat–apakah AC-nya sudah menyala? Sepertinya ada semut merayapi mata kakiku, tiba-tiba terasa gatal. Pin mahkota di tas berbahan jins-ku nyaris lepas–bagusnya disematkan di mana, ya…

Lalu hening.

Terus… aku bingung. Aku gamang.

Jangan salah, kamu akan selamanya sempurna di mataku. Seperti sebelumnya–dan akan selalu begitu, sepertinya. Tetapi mungkin manusia yang jatuh cinta itu sudah keburu kena kutuk. Kombinasi antara kebodohan mutlak dan perasaan nggak pernah puas.

Jadi, sore itu, aku nggak berhenti. Aku terus jalan lagi.

Terus… kalau nanti kita ketemu lagi, jujur, aku belum tahu harus bilang ‘hai’ atau ‘goodbye‘. Mungkin nggak dua-duanya. Soalnya setiap kali kita ketemu, dunia selalu lumer jadi abu-abu. Aku nggak pernah tahu jelas batas-batasnya.

Satu-satunya yang bisa kujadikan pegangan cuma hatiku.

hanny

16 Responses

  1. ……..’Satu-satunya yang bisa kujadikan pegangan cuma hatiku’………..

    memang ke sana akhirnya manusia biasa berpaling mencari jawaban, walaupun kadang buatku hati bisa jadi pisau bermata dua πŸ™

  2. Hi ternyata saya baru sadar juga, saya ternyata betah juga menonton film-film korea…hi hi hi.

    oke loh cerita-ceritanya, trus nggak terlalu lebay hehehehe

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeβ€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE STUDIO