An artwork of Yoshitomo Nara, my favorite artist.Kebodohan saya yang pertama adalah menunggu terlalu lama. Bayangkan apa jadinya jika saya lebih mula mengutarakan segalanya. Mungkin saya bisa meraih kesempatan itu selagi bisa, ketimbang melewatkannya begitu saja. Menunda waktu adalah suatu pemborosan yang sia-sia. Padahal hidup saya bisa berakhir kapan saja. Bayangkan, setipis apa garis yang memisahkan saya dari usia. Bagaimana jika saya tak pernah mendapatkan kesempatan kedua?

Kebodohan saya yang kedua adalah terlalu cepat mengira bahwa saya bisa melupakannya. Bahwa hanya karena ia tak kasat mata dan berjarak puluhan ribu kilometer jauhnya, maka hati saya bisa berpaling kepada yang lainnya. Bahwa ia bisa digantikan oleh siapa saja. Bahwa ia tak terlalu penting buat saya. Bahwa saya masih bisa jatuh cinta bukan dengan dia.

Kebodohan saya yang ketiga adalah mempercayai mereka yang mengatakan bahwa saya harus melupakannya. Bahwa saya harus melanjutkan hidup dengan kembali bercinta. Bahwa saya harus memberikan kesempatan bagi yang lain, selain dia. Bahwa saya, setidaknya, harus mencoba jatuh cinta. Realistis dengan pilihan yang ada, yang mungkin jauh lebih baik daripada dirinya; dan bukannya tetap setia pada cinta pertama.

Kebodohan saya yang keempat adalah memutuskan untuk jatuh cinta. Karena mereka bilang, saya harus mencoba. Karena mereka bilang, dia tak pernah ada di sisi saya. Bahwa mungkin dia tak akan pernah bisa membalas perasaan yang saya miliki terhadapnya. Bahwa ia tak sebesar itu mencintai saya. Tak mungkin saya bahagia jika tetap menunggunya. Maka, mengapa tak menjawab ‘ya’ pada sosok yang sudah pasti akan memberikan saya cinta? Maka saya pun teryakinkan bahwAnother beautiful piece from Yoshitomo Naraa memang ini waktunya. Bahwa saya memang sudah mencintai orang lain selain dia.

Kebodohan saya yang kelima adalah tertipu mentah-mentah oleh semua. Bahwa ternyata cinta yang mereka janjikan itu tak ada. Bahwa semua berlangsung cuma sekejap saja, sebelum saya sadar bahwa cinta yang dijanjikan itu mendua. Bahwa saya hanya dijadikan orang ketiga dan pelengkap penderita. Mungkin ini pelajaran buat saya karena memutuskan untuk mendengarkan suara-suara di luar diri saya; sementara hati saya tak pernah berhenti berdegup akan dirinya. Tiba-tiba saja saya merasa tidak setia, meski saya dan dia tak pernah punya ikatan apa-apa.

Kebodohan saya yang keenam adalah kembali sendiri, dan memilih untuk tidak bersama siapa-siapa. Kesendirian terasa lebih sakral buat saya, karena saya jujur terhadap apa yang saya rasa. Tak memaksa untuk mencari yang lain selain dirinya. Tak bertekad untuk melupakan atau mencari pengganti dirinya. Kenyataannya, saya cukup bahagia dengan kenangan-kenangan tentang dia; atau kesempatan-kesempatan yang akan datang untuk menghabiskan hari-hari bersamanya.

Kebodohan saya yang ketujuh adalah tak peduli sekiranya cinta ini hanya searah dan bukannya dua. Buat saya, lebih baik jujur mencinta daripada berpura-pura. Jika rasa dengan yang lain belum sekuat rasa pada dirinya, lebih baik tak usah saja. Semua orang berpikir akan lebih baik punya seseorang di sisi daripada sendiri terlalu lama. Tetapi saya pikir, lebih baik berbahagia sendiri daripada tersiksa berdua-dua. Lagipula, setelah kebodohan kelima, saya sudah tak terlalu percaya lagi orang-orang berkata apa.

Kebodohan saya yang kedelapan adalah keinginan untuk hanya berada di sisinya dan melihatnya bahagia. Berbelanja, makan nasi goreng di warung tenda, atau minum kopi sambil bertukar cerita.

The way I picture myself as one of Yoshitomo Nara's artworksDan kebodohan saya yang terakhir adalah kenyataan bahwa saya tak pernah menyesali kebodohan-kebodohan saya. Bahwa saya tetap mencintainya, meski dengan kesadaran penuh bahwa kami mungkin tak akan pernah bisa bersama. Ternyata sudah lebih dari cukup bagi saya untuk mencintainya seperti apa adanya.

Cara ini mungkin memang tak biasa.
Tetapi tak mengapa.

Saya akan tetap menunggu hingga rasa yang ada tergantikan dengan sendirinya. Dan jika rasa itu tetap ada pun tak mengapa. Setidaknya saya sudah mencintainya seperti seharusnya. Sebagai satu-satunya. Sejak selalu dan… mungkin untuk selamanya.

The way we think may be completely different, but you and I are an ancient, archetypal couple, the original man and woman. We are the model of Adam and Eve. For all couples in love, there comes a moment when a man gazes at a woman with the very same kind of realization. It is an infinite helix, the dance of two souls resonating, like the twist of DNA, like the vast universe.
– Helix, Banana Yoshimoto –

hanny

72 Responses

  1. kecerdasan engkau adalah menuangkan pengalaman kepada kami, dan menunggu dengan sabar adalah sesuatu yang mengasikan namun melelahkan. salam cinta untuk semua yang terkasih

    🙂

  2. Hanny……, membaca postingan-mu aku seperti berkaca… Mungkin kita pernah melewati pengalaman yang sama… Hehe…, merasa senasib mode : ON

    p.s : i like the picts 🙂

  3. *peluk hanny*

    hmm..terkadang mencintai lebih melegakan daripada dicintai *in a ‘one way love’ case* 😉

    menurutku, perbuatan paling jujur di dunia ini adalah mencintai, karena hati tak akan pernah bohong.
    So, keep loving and stay honest 🙂

  4. uhm i’ve been received a sms from my best friend, ask me to see ur blog..and im here now..in ur world
    tepatnya a same world wit me..sayah taw kenapa sahabat sayah meminta sayah membaca blog mbak ini
    and u know im crying when read ur blog..fiuhhh
    yeah i think u,, eva and me need a cup of coffe di sebuah kafe sambill liat fullmoon 🙂
    salam kenal…
    dan sayah juga tidak pernah menyesali semua kebodohan sayah, a lot of “wasting time” to waiting him…yang pada ujungnya i know i cant make him be mine…maybe

    hugs 🙂

  5. Han, dengerin Smile dh, lagunya Charlie Chaplin..:) mungkin bisa mengobati sesuatu, seandainya yang kamu tulis itu bukan sebuah cerita fiksi..uhuk..seandainya lho ya..:))

    diiit semalem aku udah bobokkkk 🙁 kenapa kenapa

  6. ah… mencintai itu memang menyenangkan sekaligus menyakitkan.. terutama bila cuman cinta sepihak… tapi kita harus terus mencintai bukan… 🙂

  7. tanpa sadar cinta itu ada di ujung pojokan jalan itu, dekat sekali malah..we never know eventually.
    * terong will lead u back d…
    * digaplok

    lah yang lagi di ujung pojokan jalan itu kok mas iman? uh 🙁 ga jadi ah, jalan lagi….. *cari terong* hihihihihi

  8. Ntahlah, rasanya ada yang salah… mungkin di postingan ini.. atau mungkin juga pada konsep cinta di kepala saya.. 😕
    Tapi saya akan pelajari baik2 artikel ini. Excellent curhat, mbak… 😉

  9. sepenuh hati merasa bahagia sekaligus nelangsa ketika menghabiskan waktu untuk sesuatu yang mungkin tak akan pernah bisa tersentuh,
    sepenuh hati pula belajar memahami arti dari setiap kebodohan yang tercipta, belajar memahami kejujuran hati, dan bersabar menanti saat ketika rasa itu akan hilang dengan sendirinya dan tergantikan oleh rasa yang baru yang mungkin juga akan membawa siklus kebodohan serupa *duh, harus berdoa semoga tidak banyak siklus yang harus dijalani nih* 😀

    tulisannya bagus,
    sukaaa… (mungkin karna pernah ngalamin juga, hehe)
    boleh ya, bwt inspirasi tulisanku? 😀 masih belajar nulis ni.
    salam kenal hanny 🙂
    tetaplah menulis dengan hati, untuk memaknai setiap mimpi…

    ulfah, tulisanmu bagus banget, lho. di komen ini aja keliatan kok bahasamu cantik sekali 🙂 senang berkenalan denganmu 🙂 terus menulis, kita bersua di sela aksara, ya! 🙂

  10. Cinta memang bisa dan selalu sukses menjadikan kita bodoh, tapi biarlah, kebodohan itu dinikmati saja, sesapi setiap pahit manisnya

    [yang juga pernah mengalami terjebak dalam labirin yang sama :(]

    sukaaatulisan2mu
    salam kenal

  11. yaampunnn aku terharu banget bacanyaaa :’)
    lagi ngalamin kaya gitu soalnya..
    salam kenal yaa..tadi ngga sengaja mau nyari soursally,,ehh mentok2 malah baca tulisan ini dehh 😀

  12. ada yang pernah bilang, lebih bahagia mana, mencintai atau dicintai… saya pikir kamu memilih yang pertama. dan saya kira pilihan itu benar… 🙂

    -anto-

  13. kisah cinta yang mengharukan bro… sama ama gw.. tapi bedanya gw ngalamin LDR ama sang pacar… gw juga punya cerita kisah cinta gw yang emang agak bodoh dikit seh… tapi moga2 dengan itu kalian semua bisa terhibur aja bacanya amien hgehehe
    moon mampir bentar ya bro bro gw semua http://lanover.wordpress.com/… 😀

    1. hi mba Hani,

      after we met in a big even in PP on 19 may’ i surfed your blog’

      woww … i luv much with this one!
      cuz, exactly happening to me now …
      seperti isi hati yang tidak terkatakan, still better to be lovers than being haters’ jujur ke diri sendiri kalo kita apa adanya’

      so’ kalo boleh izin repost di fb ku ya mba hanny’

      many thanks!

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP