Pagi hari menatah malam tadi dalam imaji yang tereduksi: hujan, 5 pitcher Heineken, lagu-lagu Mariah Carey, asap, kotak-kotak kosong Dunhill dan Marlboro Lights Menthol, antrian panjang di depan toilet yang cuma satu-satunya, pecahan gelas yang berantakan.
[Selamat pagi…]
Aroma yang kukenal baik. Kopi tubruk. Susu cair. Dan kamu.
Do you realize that you have this lovely peppermint smell I’m totally crazy about? So refreshing! What was that? An after-shave cream? A toothpaste?
Kamu menjengukkan kepala dari balik jendela; terang membuat pucuk kepalamu bercahaya, seperti malaikat. Ada mug besar berwarna hijau muda dalam genggamanmu. Kafein bercampur Chambord dan Baileys. Memabukkan hanya karena kamu yang menyajikannya untukku. Tetapi bukankah tiap kehadiranmu itu memang selalu memabukkan?
Kamu tersenyum. Mengapa kamu tersenyum? Did I say that out loud?
[Have your coffee first before it gets cold.]
Semuanya terasa hangat. Matahari. Senyum. Kopi. Pagi. Telapak tangan. Hati. Coffee-flavored kisses. Juga bingkisan kecil di atas meja: an all-access ticket to do whatever I want with you (and your heart). I couldn’t ask for more.
8 Responses
after-shave cream…hmmmm….tempting isn’t it? π
*lho kok malah pokus ke situ?*
pengen ngerasain π
ah indahnya… jadi kangen
cangkirnya antik
kopinya juga enak kalo di emplok…
-salam
wew! saya baru tau kalo kopi bisa memabukkan π
UugH so sweet
kereeeennn…. hehehehe