:: SLANK
Memang sedikit aneh, tetapi hanya selang beberapa hari setelah saya mengunggah tulisan ini (mengenai sahabat saya yang berkesempatan untuk nongkrong bareng Kaka dan Bimbim Slank di Columbus, Ohio), saya mendapatkan undangan untuk menonton private concert-nya Slank di rumah Dubes Amerika Serikat, Cameron R. Hume. Kabarnya, konser kecil ini dibuat dalam rangka menyambut kembalinya Slank setelah tur mereka di Amerika sana.
Maka, rombongan kecil para blogger yang terdiri dari saya, Dimas, Chika, Dilla, Adit, Iqbal, Goenrock, Ronggur, Ridu, dan Bena pun bertemu di rumah sang Dubes di Taman Suropati—untuk menikmati Slank membawakan beberapa lagu lawas mereka—dalam Bahasa Inggris. Agak aneh juga mendengar mereka menyanyikan lagu “terlalu manis, untuk dilupakan…” yang diterjemahkan mentah-mentah menjadi “too sweet to forget…” 😀
***
:: SEMINYAK
Dua hari setelahnya, pada pukul setengah tiga siang di hari Kamis yang panas membakar, saya tertidur pulas di dalam mobil menuju bandara Soekarno-Hatta.
Penerbangan menuju Denpasar pada pukul lima sore akan membawa saya ke Hotel Santika—tempat di mana saya dan rombongan menginap—untuk memberikan pelatihan komunikasi bagi salah satu organisasi nirlaba di sana pada hari Jumat, di hotel yang sama.
Setelah selesai memberikan pelatihan pada pukul lima sore, saya dan kawan saya bertolak menuju Hotel Mutiara Bali di Seminyak untuk memperpanjang jam ‘kerja’ kami di Bali menjadi hari-hari liburan. Sepanjang perjalanan, saya pun ber-SMS ria dengan Pak Dhe Mbilung, mengatur janji untuk makan malam romantis bersama 😀
Pak Dhe Mbilung menjemput kami di hotel pada pukul setengah delapan malam, bersama—Dewi! Iya, Dewi, yang dulu punya blog di secret-silence.blogspot.com, yang sudah saya anggap teman sejiwa di blog seperti Atta, yang saya sukai gaya menulisnya, yang saya kunjungi blog-nya secara berkala, hingga akhirnya Dewi menutup blog-nya 🙁
Akhirnya, di lobby hotel, saya bertemu Dewi juga—yang cantik sekali (!), seperti gadis Bali yang ada di foto-foto National Geographic—walaupun Dewi bukanlah orang Bali 😀
Bersama Pak Dhe Mbilung dan Dewi, kami mendamparkan diri di MYKONOS, sebuah restoran Yunani tak jauh dari hotel—menyantap roti pita dan shoarma udang, kemudian membiarkan Pak Dhe Mbilung menikmati 2 gelas lemon tea, 3 scoops es krim dan secangkir kopi, serta mempersilakan beliau menghabiskan dessert yang dipesan kawan saya 😀
Dari MYKONOS, Pak Dhe Mbilung dan Dewi menurukan saya di Hu’u Bar untuk nongkrong-nongkrong sebentar bersama kawan saya sebelum kembali lagi ke hotel. Ah, Hu’u Bar—yang di bagian belakangnya terdapat meja-meja dan bantal-bantal besar di atas rumput, di bawah langit terbuka, diterangi lampu-lampu kecil yang bersinar seperti kunang-kunang. Banyak sekali rombongan keluarga yang hadir malam itu; juga pasangan yang menikmati makanan ditemani sebotol wine. Ah, Hu’u merupakan tempat yang menyenangkan untuk melangsungkan pesta pernikahan kecil-kecilan 😉 *ah, dasar perempuan-perempuan*.
Hari Sabtu siang, saya dan kawan saya yang melewatkan sarapan pagi di hotel, bergegas menuju CAFE BALI untuk makan siang lebih awal. CAFE BALI ini juga masih terletak sejajar dengan MYKONOS, dan bisa dicapai dengan berjalan kaki dari hotel tempat kami menginap. Nasi dan sate ayam serta sate sapi menjadi pilihan, karena perut kami rasanya belum ‘nendang‘ jika belum terisi nasi 😀
Di restoran inilah kami menemukan buku berjudul My Life in Bali, yang keren sekali, karena mengupas berbagai pertanyaan mengenai Bali. Misalnya mengenai lambang swastika yang bisa ditemukan di mana-mana, kebiasaan mandi bersama di sungai alias communal bathing, penyembuh spiritual atau balian, juga mengenai persembahan/sesajen yang biasa diletakkan di depan rumah… semua ini dijelaskan dengan bahasa anak-anak yang sangat lugas, jujur, dan… membuat orang-orang asing bisa mengetahui berbagai hal mengenai Bali dan kebiasaan-kebiasaan di Pulau Dewata itu; yang mungkin dirasa agak kurang sopan jika ditanyakan langsung secara terus-terang kepada penduduk setempat.
Buku indah ini ditulis oleh Sandrine Soimoud, seorang asing yang menetap di Bali. Saya sempat mempertanyakan mengapa harus orang asing yang menulis buku bagus semacam ini 🙂 tetapi kemudian teringat oleh saya, terkadang hal-hal paling sederhana mengenai kebiasaan-kebiasaan kita sehari-hari yang patut dipertanyakan, memang akan lebih jelas terlihat oleh orang asing. Kita yang berada di tengah lingkaran kebiasaan itu sudah terlalu terlibat menjadi bagian di dalamnya, sehingga merasa tak perlu lagi mempertanyakan apa-apa.
Begitukah? 🙂
Selepas makan siang, sekitar pukul setengah satu, saya dan kawan saya pun berjalan kaki menyusuri Seminyak—melihat-lihat etalase toko yang berjajar rapi sepanjang jalan, dan sesekali berhenti di tempat-tempat yang kami anggap menarik dan menjanjikan, terutama di tempat-tempat bertuliskan SALE 50% 😀
Tak terasa, ternyata sudah pukul empat sore. Kami sudah berjalan kaki selama sekitar 3.5 jam—dan mulai dehidrasi 😀 Kembali menuju arah hotel tempat kami menginap, kami pun bersantai sejenak di THE JUNCTION, sebuah kafe kecil tak jauh dari Seminyak Square, memesan lime juice dan pancake pisang cokelat yang ternyata porsinya sangat besar… sebelum kembali ke hotel untuk menyegarkan diri dan tidur-tiduran sebentar.
Malam harinya, kami berjalan kaki dari hotel menuju ULTIMO, sebuah restoran Italia—masih di jajaran yang sama dengan MYKONOS dan CAFE BALI. Di sinilah saya merasakan fetucinni terlezat di dunia 😀 Jika Anda berada di Seminyak, saya sarankan mampir ke ULTIMO! Selain suasananya sangat romantis (kenapa kami berada di tempat-tempat romantis terus, ya?), harga makanannya juga bisa dibilang tak terlalu mahal, apalagi jika dibandingkan dengan Jakarta.
Dengan 85ribu rupiah saja, Anda sudah bisa mendapatkan full set menu, yang terdiri dari salad, fetucinni tuna, sirloin steak (Australian) dengan mashed potato, serta fruit bowl dengan sorbet. Dan makanannya memang luar biasa enak… pantas saja restoran ini selalu nampak full dari luar, dan Anda harus sabar menunggu selama beberapa menit untuk mendapatkan tempat duduk.
Pukul setengah sepuluh, kami menuju kawasan pantai Double Six tak jauh dari sana untuk menonton DJ Kyau dan Albert dari Jerman yang akan bermain di Magnifisound di DOUBLE SIX CLUB. Tetapi pukul sepuluh malam ternyata masih terbilang ‘pagi’. Double Six Club masih sepi tak berpenghuni. Maka, kami pun mendamparkan diri di BACIO—sebuah klub kecil tak jauh dari situ, dan satu-satunya klub yang sudah menunjukkan tanda-tanda kehidupan 😀
Kami pun duduk di bar, karena meja-meja lain sudah ditempeli tulisan ‘reserved‘—mengobrol sambil nge-plurk dan meng-update status Facebook 😀 Pemandangan yang aneh, mungkin. Dua orang perempuan sibuk mengutak-atik telepon genggam di bar—dan lebih aneh lagi karena saya memesan secangkir kopi! 🙂
Di BACIO inilah, kami melihat DJ Ai—yang rupanya memang akan dijadwalkan main di sana. Saya kemudian berpikir, betapa banyaknya DJ-DJ yang terlihat keren ketika berada di tengah kegelapan klub, dengan lampu-lampu yang terang-redup-terang-redup, di belakang kotak kaca yang memagarinya dari pengunjung di lantai dansa—tetapi ketika pagi datang, masihkah mereka nampak sekeren tadi malam? Entahlah 😀 *tetapi saya setuju bahwa DJ Ai nampak sangat keren malam itu* 😉
Mendekati tengah malam, barulah kami beranjak menuju Double Six Club yang sudah mulai dipenuhi pengunjung. Tetapi kerumunan baru mulai ramai menjelang pukul tiga pagi. Saya dan kawan saya yang awalnya merangsek ke tengah kerumunan untuk bisa lebih dekat melihat Kyau dan Albert, akhirnya menyerah dan menyingkir ke pojok meja bar yang dekat dengan mesin pendingin, karena tak tahan dengan pengapnya asap rokok 😀
Oh ya, sebuah catatan spesial dari Seminyak: saya menemukan sebuah toko furniture dan sebuah spa bernama DI SINI. Ah, apakah ini semacam pertanda? Ataukah semesta hanya ingin bermain-main dengan saya? 😉
***
:: LAPTOP HP MUNGIL ITU
Di tengah-tengah perjalanan di Seminyak inilah keinginan saya untuk membeli laptop mungil muncul lagi. Senangnya bisa bepergian membawa-bawa laptop untuk dipakai menulis dan mengetik cerita, tanpa harus terbebani dengan berat dan besarnya laptop yang hendak dibawa.
Beberapa waktu lalu, saya sempat jatuh hati pada ASUS EEE PC yang kecil mungil dan berwarna putih itu, tetapi kawan saya kemudian datang ke kantor membawa HP 2133 Mini Note mungilnya, yang kelihatannya lebih “tidak rapuh” dibandingkan ASUS EEE PC itu. Dan lagi, kemudian saya berpikir, adalah HP yang mensponsori hadiah untuk doorprize Pesta Blogger di saat-saat terakhir. Lantas, apakah ini berarti akan lebih baik kalau saya membeli HP? 😉
Ada yang berkenan memberikan saran? ASUS EEE PC atau HP 2133 Mini Note? 😀
***
:: BLOGGERSHIP
Kemarin, ketika saya kembali ke kantor setelah liburan singkat di Bali itu, saya menemukan sudah ada puluhan aplikasi dari para blogger untuk mengikuti BLOGGERSHIP—scholarship untuk blogger yang diselenggarakan Microsoft.
Untuk informasi saja, aplikasi akan ditutup tanggal 15 Desember 2008. Jadi untuk yang belum mengirimkan aplikasinya, ayo kirim segera, dan baca keterangan lengkapnya di sini.
Uh, sayang sekali saya tidak boleh ikut mengirimkan aplikasi— padahal terbuka kesempatan untuk jalan-jalan lagi jika bisa menang Bloggership 🙁
30 Responses
Oh iya, lupa daftar Bloggership… Tapi formnya boleh diketik dengan microsoft bajakan bude? 😛
*nyanyi -nyanyi too sweet to forget…*
hiks… kemaren ga bisa ikutan nonton Slank, gara-gara Vio sakit.. huhuhuhu.. nampaknya seru ya 😀
haaaannnyyyyy.. jalan-jalannya di Balinya asik banget… kapan-kapan ke Bali bareng yah
*nunggu oleh-oleh*
saya juga makan jagung bakar ama dewi di pantai sanur di senja hari, saya berangkat ke bali pas setelah selesai pesta blogger….
hahaha, kamu berlebihannn, hannnn… berlebihannn! apalagi dnegan fotoku yang dipajang, aw..aw..
sayang kita ketemuannya ga lama yah? aku benar2 lupa kamu ada di sekitaran dejavuuu..
ridu tertarik tuh ikutan bloggership, tapi memenuhi kriteria gak yaa??
dewi…foto yang itu mau dipajang juga ndak?
@manusiasuper: wakakakak *no comment* 😀
@chic: ayo ke bali dengan baby vio!!! hihihi.
@wazeen: dooo romantis amatttt 😀
@dewi: hu hu hu dewiiii nihhhh 🙁 kejaaaam hehehe tau gitu disamperin ke dejavu 🙁
@ridu: hmm, coba aja, tak ada ruginya… 😀
daftar daftar 😀 …btw jalan jalan terous!!!!
Saya sih lebih rekomendasiin ASUS EEE PC, karena prosesornya Intel ATOM. HP 2133 Mini Note itu prosesornya pake Via, kurang handal. Btw, itu videonya Slank kok dah ndak bisa diputer ya? Huhuhu…. pengen nonton 🙁
@goenrock: emang ga bisa diputer? barusan saya nyoba bisa, sih, cuma emang rada lambat. jadi ASUS, ya? 😀
jadi kapan kamu mau adakan resepsi pernikahan di hu’u? *kalem*
kenapa harus ada poto2nya sih?! (annoyed) *iri*
waaaaaah, hanny punya toko furniture dan spa! 😀 *ditimpuk*
ah…liburan yang menyenangkan. 🙂
jadi saya ndak perlu cerita kenapa saya betah di bali bukan?
dewi memang sensual dan wangi…
* nyengir..
ikut iman nyengir sambil membayangkan “cerita” itu … ah sudahlah 😀
Salam kenal .
Anehnya dimana? itu terjemahan yang bener kok. 🙄
@ Fritzer
Aneh mas, bukan salah..
Kalau aneh itu masalah rasa, da ada teorinya
hidup yg menarik.. 🙂
@Fritzter: benar kata @ManusiaSuper, tak ada yang salah, saya hanya merasa sedikit aneh dan janggal mendengarnya. Mungkin masalah kebiasaan saja 🙂
@warmorning: 🙂
lama ga mampir nich.Piye kabare ?Oya,YM ak ga di add yach…Well,keep spirit.
di seminyak apa gak sekalian maen banji jamping ?
ngguyu mbaca komennya mas iman kekeke
hmm,
iri…
hups…hanny dan cerita-ceritanya selalu menghangatkan,
sehangat mentari di seminyak!!
🙂
oh, jadi ke Bali ya…
di bar pesen kopi… teuteup…. *geleng-geleng kepala*
laptop HP mini aja, Mba 😀
keliatan lebih bagus 😀
*masalah selera, kan? 😛
Mau komentar kok baru mampir, nice review.
ya ampun…. 🙁 saya ga tau kalo mba dewi nutup blognya 🙁 saya kehilangan satu lagi taman baca 🙁
*maap OOT
hi, nice post.I have been pondering this topic,so thanks for sharing.
i’ll probably be coming back to your blog.Keep up great writing…..