Ya, itulah yang sempat diutarakan Mas Bahtiar dari BHI yang tadi malam (24/10) datang untuk ikut meramaikan pembukaan wetiga (Warung Wedangan Wi-Fi) yang berlokasi tepat di depan kantor dagdigdug.com (Rumah ‘Singgah’ Blogger Indonesia) di Jl. Langsat 1/3 A, Kebayoran Baru. Acara yang dihadiri seratusan blogger (dan plurker) ini juga digelar untuk merayakan Hari Blogger Nasional yang akan jatuh pada hari Senin, 27 Oktober mendatang.
TENTANG WETIGA
Dengan slogan 4 Sehat, 5 Sempurna, 6 Internet, wetiga menawarkan konsep angkringan berkoneksi Wi-Fi—sehingga selagi Anda menikmati berbagai wedangan macam susu jahe gepuk, es jeruk, atau teh kental Jawa, serta hidangan macam nasi kucing dan sate kikil, Anda juga bisa nge-blog, nge-plurk, dan browsing Internet sesuka hati di laptop masing-masing. Mungkin ini adalah sebuah pemandangan yang agak jarang bisa Anda temukan di angkringan-angkringan lain; yang belakangan ini (entah mengapa) mulai bermunculan di beberapa sudut kota Jakarta.
Lagipula, angkringan mana lagi yang punya blog resmi; khusus untuk memuat kisah-kisah para ‘angkringers‘ (istilah yang aneh, jangan dipakai), selain wetiga? š
‘NDESO’ ITU ROMANTIS?
Kembali pada ucapan Mas Bahtiar kemarin malam, yang dengan lantang berujar: “Ayo, ‘ndeso’kan Jakarta!”, saya jadi teringat ucapan seorang kawan yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ‘ndeso’ itu romantis (dan tepat pada saat ini tiba-tiba saja saya teringat Tukul Arwana).
Di kota metropolitan macam Jakarta ini, ibukota yang katanya lebih kejam dari ibu tiri, di mana orang-orang yang berdesakan di lift gedung-gedung tinggi tak lagi bertukar sapa atau senyum dan malah memandang ke langit-langit… pastilah selalu ada orang-orang yang merasa terasing dengan semua itu, lantas merasa kangen dengan suasana ‘ndeso’ yang ramah. Yang murah meriah. Yang sumringah. Bersahaja tapi tak mengurangi makna.
Nongkrong-nongkrong memandangi sawah sambil mengusir nyamuk (yang singgah untuk mengisap darah) dan ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati kopi tubruk, juga bisa ditemukan tiap Jumat malam di Bundaran Hotel Indonesia (BHI), tepatnya di pelataran sebuah plaza mentereng di tengah kota.
Ya, di sanalah biasanya para blogger BHI berkumpul. Bukan memandangi sawah, tapi memandangi lampu-lampu jalan yang berwarna-warni, sambil minum kopi ditemani jagung bakar atau ‘kletikan’ berupa kacang kulit hingga kuaci. Mengobrol dan tertawa sampai dini hari. Tak ada dress code. Bersepatu, bersandal jepit, atau bertelanjang kaki, semuanya sah-sah saja.
Tadi malam, suasana yang nyaris serupa bisa ditemukan di wetiga—mungkin karena Juragan pemilik angkringan Wi-Fi ini juga tergabung dalam komunitas blogger yang sama seperti yang saya sebutkan di atas.
Gerobak sederhana berisi aneka wedangan dan penganan khas Jawa, dengan lampu yang remang-remang dan akses Internet yang kencang, ternyata berhasil menyatukan para blogger, ibu-ibu kantoran (yang sempat bertanya, “Ini makanan apa, sih? Sudah matang atau belum?“), anak muda, orang tua, orang-orang bersepatu rapi, orang-orang bersandal jepit, berkemeja, berkaos oblong… ke pojokan Jalan Langsat.
Saya rasa, kita memang selalu kangen pada masa lalu dan mencoba menghadirkannya lagi sebagai suatu bentuk romantisme baru. Jika batik yang dahulu dianggap ‘ndeso’ kembali menjadi tren di ibukota akhir-akhir ini, siapa tahu dalam beberapa bulan ke depan, warung merakyat berkonsep angkringan juga jadi semakin menjamur?
CO-OPTITION vs COMPETITION
Sambil menggado kerupuk kampung, menyeruput segelas kopi instan, dan mengetik semua ini, terlintas dalam benak saya, inilah humas alias pi-ar ‘ndeso’, dari mereka yang hendak menghadirkan suasana ‘ndeso’ di Jakarta; tanpa menghilangkan elemen kehidupan kota. Internet yang lekat dengan gaya hidup serba instan ala kota besar, bukan dijadikan sebagai musuh—tetapi sebagai nilai tambah alias added value untuk suasana ‘ndeso’ yang dihadirkan sebuah angkringan.
Wetiga memilih semangat co-optition, alih-alih competition.
Secara humas, wetiga juga bisa dilihat dari (bahasa kerennya), berbagai news angle: usaha menghadirkan romantisme ‘ndeso’ di kota yang semakin tak pedulian, usaha seorang Juragan muda menekuni bisnis angkringan, sejarah angkringan sebagai salah satu ikon warung rakyat di Jawa, koneksi Internet gratis yang bukan lagi monopoli kafe-kafe mahal di pusat-pusat perbelanjaan, sampai kampanye membangkitkan sektor riil dengan menghidupkan warung-warung kecil.
Ah, dengan amunisi sebanyak ini, saya yakin, para pembawa romantisme ‘ndeso’ akan menjadikan segala sesuatu yang ‘ndeso’ menjadi tren di ibukota—dalam hitungan waktu yang tidak terlalu lama.
Jika demikian, saya juga mau ikut me-‘ndeso’kan Jakarta! š Melu, ra?*
—-
*ikut, nggak?
PS: malam tadi, salah satu lagu favorit saya, Time After Time-nya Cindy Lauper juga dibawakan dengan manis sekali oleh duet Erda dan Rosa š
57 Responses
hehehe.. ternyata acarana sebelah kantor wkwkwkkw
tidak seru,..ini review sangat subyektif dan personal
menyenangkan sekali mendengarnya….
sayangnya jakarta-solo tak tertempuh dalam hitungan menit ya han…..
Maaf ndak sempat berpamitan kemarin. Kapan-kapan bersua kembali ya š
keren juga ya!
bah review dr org tersayang mah tdk objektif *NGILER*
berarti video romansa yang diupload mas iman itu juga bagian dari “kendesoan” hanny? Ahh… sudahlah
Biar ga bisa datang…asyik bisa baca review nya….
Kapan-kapan mesti mampir kesana…….
He…he….he….
Kalok lagee sir-siran, segalanya jadi keliyatan romantisss…..
He…he….he….
Kalok lagee sir-siran, segalanya jadi keliyatan romantisss…..
He…he….he….
Kalok lagee sir-siran, segalanya jadi keliyatan romantisss…..
He…he….he….
Kalok lagee sir-siran, segalanya jadi keliyatan romantisss…..
He…he….he….
Kalok lagee sir-siran, segalanya jadi keliyatan romantisss…..
akankah BHI pindah kemari? hmmm….
ayo ndesokan jakarta.
setelah angkringan ber-wifi, bikin hotel bertingkat dari bambu..
š
sebenarnya, istilah angkringer udh dipake anak2 angkringan jogja angkringan.or.id mbak, sejak jaman dahulu kala haha :0
Rgrds,
-Ad0n-
Judul postingnya bisa dijadiin slogan resmi PB 2008 tuh..hehehe š
Salam kenal ya Mbak Hanny, sayang gak sempat kenalan dan ngobrol lebih banyak kemarin malam
Jakarta kan banyak juga orang Jawa-nya tuh. Wedangan/angkringan kayak gini pasti bakal laris, dan banyak yang membebek.
Ah, Jakarta menurut saya memang masih ndeso, dengan hutan betonnya. No offense yak
mungkin ini yang disebut romantisme ndeso…
dahsyat!!!
ini serba romantis; ya postingan-nya, co-optition-nya, ya humas-nya. heuheuheu
eh iya….bhi tetap nongkrong di bunderan tiap jumat malem, nah malem minggu mungkin di dagdigdug (kaya tadi malem) hahaha
wah wah klo ndeso masak ada leptop menyala
ngiri aku,
bisa kumpul-kumpul gitu ma wong ndeso…
aseli kmaren kaget mbak pas mas bahtiar teriak “ayo ndesokan jakarta” š
lha lagi enak2 menghabisken jatah sego kucing bareng ridu, ealah ada lolongan itu.. wakakakaka..
š
saya ikut pb-nya aja boleh jeng ???
untung saat ini saya sedang tinggal di sebuah ndeso, jd ga perlu repot ‘me-ndeso-kan’ sbuah kota yang katanya modern dulu untuk menikmati suasang ndeso yang asoy bin yahuud..
seru! dan ini bener – bener review paling panjang š
koq di bawah nya gak di tulis sama kaya blog utet.. “made with love” ?
review kali ini kok kayak paid-review ya?
“ini hanny yang mana sih? siapa dia, mbul?” tanya saya kepada juragan warung.
“ndak tahu paman. i don’t know her, uncle!”
(fitnah adu domba mode = on)
Ok han…. kutunggu hadirmu…
@paman tyo: ah, paman, jangan gitu, ah. nanti kapan-kapan saya jenguk lagi dirimu dari jendela, lho š
@cK: hihihi emang paid, chik. dibayar dengan gratisan susu jahe dan wedang jeruk š
hanny kmrin cuma sbntr ktemuannya hiks
wah, cuma di jakarta ya? Di bandung nda ada ya? *hiks*
saya ikut ndeso yaa mbak … š
Haduh, slot ke Jakarta ‘tak pakai untuk pergi ke PB2008 sahaja.
wahh, kumpul2 kemarin itu bukannya mo ngerayain ulang tahun aku toh han, haduh, padahal udah pake acara terharu2 segala, hahaha… (tipuuuuuuuuuuu š )
anyway, ndeso itu emang mesra… I wished I were there that night… hmmm… *menghela nafas panjang**
pengan makan tempe bacem. hihi
hanny,hanny,hanny,.. ayo kita ngangkring lagi.. š
*pengen jahe susu*
ndeso is good…
Biarkan Jakarta apa adanya
hah … jadi inget brand KEJAR JAKARTA š
mudah2an bisa segera mampir….. š
semoga anak-anak juga bisa memanfaatkannya
Wahh….mantap nih. Aku kangen banget dg sego kucing. aplagi klo ada pisang bakar dan teh poci gula batu…bisa obati kangen, serasa di pakualaman….
bah angkringanne ojo lali ono sate wedus balap…itu khas lho……………….jangan bilang angkringan nek ra ono sate wedus balap
Wah salut deh, kapan2 kalau ke jakarta mampir ah. Saya juga lagi demen ngangkrin.
GOOD LUCK!
janji aq bakal mampir..
kopinya kopi apa tapi???
kopi palembang dong yang nendang utk sambil ngeblog?
congratz ya…hebat!
Aduuh kapan bisa dolan menganah yaa
Ramene kue
mantaps!! klo kangen angkringan, ga mesti beli tiket kereta ke jogja donk!
Selamat yaa mas….
Kapan2 saya main kesana yaaa š
memang betul kata Kiai Slamet…..”Njakarta ternyata hanyalah big village, bukannya kota besar, tapi jelas desa raksasa dengan orang-orang ndesonya!”
cah ndeso numpak vespa,
arep mampir………..
brangkaaaaaaaaaaaaaat
angkringan di jogja mesti di wifi-kan juga nih
wekz kalo ke jakarta pengen mampir ke sana ah š
jadi pingin mampir nih, kapan2 jk sempat..
susu jahe karo tempe bakare mas… š