When I find out who I am
I’m gonna know just what to do
When I pull myself together again
I’m gonna give myself to you
“Maybe I was too young back then. I didn’t (want to) know that love works in so many different ways. That love isn’t a pack of instant noodles, but more of a fine-dining experience: wonderful, but can be very complicated at times. Plus, I hadn’t had a lesson that there was no such thing as a ‘happy ending’. Because an ending is merely a beginning of something else. Something so distant, so unpredictable…”
Is this forever
This feeling I’ve got
Not enough and too much
So free and so caught up
In something and nothing
Both at the same time
I’m either out of my head
Or I’m out of my mind
Dulu, ia pikir, perasaannya padamu akan bertahan selamanya. Ia belum tahu bahwa segala hal berubah; dan bahwa masa depan itu jamak, bukan tunggal. Ia tak pernah membayangkan bahwa masa depan itu bercabang. Ia pikir masa depan hanya satu. Masa depan yang ia tahu. Denganmu.
Tetapi ternyata, masa depan itu menghamparkan berbagai pilihan–dan ia kini kewalahan. Ternyata ada begitu banyak jalan dan kemungkinan…
When I find out who I am
I’m gonna know just what to do
When I pull myself together again
I’m gonna give myself to you
Dulu, ia hanya belum siap. Merasa nyaman dengan ketidaktahuan. Hidup hanya dengan harapan. Tetapi yang begitu itu bukanlah hidup yang sebenar-benarnya; dan meski berharap itu perlu, bertindak itu mutlak.
Is this forever
This feeling that I’m not movin’ at all and I just can’t stop it
It’s like I’m dreaming
And I’m wide awake too
Will you remember me
Cause I won’t forget you
Tentu, dulu ia belum tahu itu. Bahwa melupakan itu sama sekali tidak penting. Pemborosan energi yang tidak perlu. Mengapa harus melupakan jika hidup menghadiahi kita kenangan? Satu-satunya hadiah dari kehidupan yang cenderung abadi (yang ternyata masih juga bisa direnggutkan oleh alzheimer). Alangkah bahagianya hidup dengan ingatan dan tetap merasa baik-baik saja. Bukankah itu kebahagiaan yang sebenar-benarnya?
Tetapi tak mengapa, karena dulu ia tak tahu.
When I find out who I am
I’m gonna know just what to do
When I pull myself together again
I’m gonna give myself to you
Tapi setidaknya, kini ia belajar. Ia berproses. Ia mengerti juga akhirnya, meski membutuhkan waktu lama. Tak mengapa, karena ia menikmati setiap langkahnya, orang-orang yang ditemuinya, tawa dan air mata yang dengan sabar menuntunnya. Ia tak bisa mengeluh. Hidup ternyata sudah terlalu baik padanya.
“Saya saja yang terkadang tidak tahu diri,” katanya sambil tertawa.
I guess I was saving my life for later
Or maybe I should have been giving myself to you
Now I will but I got to find out who I am before I do
Before I do
Ia ingin belajar mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu. Ada banyak sisi gelap dan terang dalam dirinya yang belum ia jelajahi satu-satu. Dulu ia terlalu sering memikirkanmu; mencoba mengenali dirimu; mengerti pikiran-pikiran dan perasaanmu. Ia lupa bahwa ia tidak akan pernah bisa mengerti dirimu sebelum ia mengenali dirinya sendiri. Dan kamu, kamu sama sekali tidak membantu.
Hahaha, saya bercanda 🙂 Mungkin dulu kamu juga tak tahu bahwa kamu mengada hanya untuk membantunya belajar. Dan kini, sepertinya ia sudah mengerti. Jika pelajaran itu usai nanti, akankah kamu merindukannya?
When I find out who I am
I’m gonna know just what to do
When I pull myself together again
I’m gonna give myself to you
Karena, setelah ia mengenali dirinya, mungkin ia tak lagi menginginkanmu. Yah, mungkin ia masih menganggapmu menyenangkan untuk diingat sesekali. Tetapi ia pikir, ada atau tak ada kamu, hidup terus berjalan, dan kebahagiaan lain masih menunggunya di depan. Ia juga sudah belajar bahwa kebahagiaan itu jamak, bukan tunggal. Ah, waktu. Semakin sempit, bukan?
When I find out who I am
I’m gonna know just what to do
When I pull myself together again
I know, I’m gonna give myself to you
I’m gonna give myself to you
I’m gonna give myself to you
“I hope, one day, we’ll meet again,” katanya sambil mematikan lampu. “And I hope, by then, I’ve found out who I am; and he has found out who he is. And when that day comes, I will have no expectation whatsoever. I’ll be glad to see him, of course, but that’s it–because from this day on, I’ll gulp down whatever life has to offer me…”
………………………………….
*) Ditemani lagu TRAIN, “Give Myself to You” (Album: For Me, It’s You, 2006), dan halaman buku harian bertanggal 9 Juli 2001, ditulis pada suatu Senin malam. Berisi penyangkalan.
8 Responses
He he. :).
@eva: terkekehmu itu bisa diartikan banyak. i should have seen your face ;p
*dengan senyum dan tatapan yang tidak pernah kamu suka itu lho*
@eva: i knew it! hehehe.
hanny, manurutku kamu baik. baik sekali. makasih ya…
*ika
denial memang penyakit bener ya.. *nyengir*
katanya begini, han…
dan iya, saya di bali. nanti kita ketemuan kalau hanny ke bali, atau saya ke jakarta. gimana? *wink*
hahaha
dan pada akhirnya satu ketetapan hati itu penyangkalan saja?
hm… stelah bertahun tahun lamanya sekarang bagaimana? 😀