Secangkir kopi, lagi. Cangkir ketiga untuk hari ini. Mungkin ia hanya ingin terjun bebas untuk tenggelam dalam kenangan-kenangan itu lagi. Karena rasa pahit yang menemaninya selama tahun-tahun belakangan ini telah terasa begitu dekat; seperti seorang sahabat. Atau mungkin ia hanya ingin membuktikan pada lelaki itu bahwa kafein tak lagi bisa membuatnya terjaga.

[I miss us…]

Ia tidak menyahut. Pikirannya berkelana pada suatu masa, entah kapan tepatnya ia lupa, ketika mereka duduk berdua di dalam mobil yang berpendingin udara; berputar-putar tanpa tujuan seperti biasa. Merasa tersesat dalam sebuah labirin yang tak pernah ia tahu akan berakhir di mana.

Lelaki itu menggerak-gerakkan kakinya di bawah meja; mulai gelisah kini.

[What’s wrong?]

Tetapi ia masih diam saja. Menyesap kopinya sedikit demi sedikit dan tidak merasakan apa-apa selain rasa pahit. Ia heran karena ia bisa duduk di sana dengan kaus belel Soundrenaline yang kebesaran dua nomor; dan merasa baik-baik saja.

Mereka pun sama-sama terdiam, menyesap kopi masing-masing tanpa suara. Yang satu berusaha menebak apa yang tengah berkecamuk dalam benak yang lainnya. Tetapi tak ada yang bertanya. Tak ada yang berkata-kata. Karena mereka berada dalam dua dunia yang berbeda, di mana kata-kata tak akan pernah mampu untuk menjelaskan semua.

Jadi, ia menangis. Dan lelaki itu pun mengerti.

hanny

6 Responses

  1. Toew..oew..oew..o’o. A
    Hide my face in my hands, shame wells in my throat. My comfortable existance is reduced to a shallow meaningless party..

  2. @jundihasan :betul kata hanny jgn ngerti, bisa ngalami juga loh..serem

    @hanny :wah saya dibikin malu…

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeβ€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE STUDIO