Lepas maghrib tadi, saya memasang aplikasi Astrology di halaman Facebook saya. Dan ternyata, demikianlah bunyinya:

“Even though it might not seem like it, your cool head is definitely appreciated at times like this. You have to take a hard look at the status of your romantic life. You may have started flirting with someone new, and your sweetheart has taken notice. Ask yourself whether you are happy in your current relationship.”

Dan saya pun bertanya pada diri saya sendiri: romantic life apa? Relationship apa? Sweetheart yang mana? Halo, halo, ada yang bisa memberikan sedikit titik cerah di sini?

Memang capek juga, setiap kali kumpul-kumpul dengan teman lama, atau datang ke pesta-pesta pernikahan, pertanyaan yang sama kembali diulang-ulang,”Eh, sekarang siapa nih, cowoknya?”

(Saya rasa sama lelahnya dengan mereka yang selalu ditanyai, “Kapan nikah?”)

Dan… selama beberapa tahun terakhir ini, jawaban saya tetap sama:”Hahaha, mana, ya? Gak tau, nih. Cariin, dong…”

Saya bercanda.

Tapi sialnya, banyak orang yang menganggap candaan saya itu serius; dan mulai ingin memperkenalkan saya dengan pria-pria lajang. Saya segan. Bukan karena tidak mau membuka hati, tetapi mungkin karena pengalaman pribadi yang tidak bisa dibilang menggoda untuk dicoba lagi.

Entah kenapa, saya selalu tidak beruntung jika dijodohkan. Semua perjodohan yang dirancang mati-matian oleh kawan-kawan saya biasanya gagal total karena satu dan lain hal. Ada yang terlalu pendiam, ada yang terlalu ramai. Ada yang terlalu blingsatan, ada juga yang terlalu kalem. Ada yang terlalu serius, ada juga yang terlalu tidak serius. Ada yang terlalu percaya diri, ada yang terlalu rendah diri.

Uh.

Tapi setelah dipikir-pikir lagi, mungkin semua itu dikarenakan ego saya juga; yang sekadar ingin membuktikan pada teman-teman saya bahwa perjodohan yang mereka atur tidak akan berhasil…

Atau memang saya saja yang masih membandel dan memilih untuk sendiri ketimbang harus berkompromi?

hanny

8 Responses

  1. hehe kisah klasik non ini mah. santai aja. sudah sering banget saya juga ditanyain spt itu. kemarin temanku juga, kamu gak malu pulang kampung sendirian?

    emang kenapa?

    tahun kemarin sendiri. sekarang sendiri lagi

    justru membanggakan, aku pulang tak perlu bawa pempres, susu dan segala kerepotan lain. πŸ™‚

    salam kenal, nice to meet u

  2. ndoro-gitu, deh hihihi πŸ˜€

    otakiphan-sekarang email jamannya hehehe πŸ˜€

    erwinh-ngeledek ya? hihihi :p

    bangsari-hehehe *no comment* lho, mencurigakan πŸ™‚

    kw-salam kenal juga! saya juga sudah mulai kebal, cuma bosen aja πŸ˜€

  3. hanny, tahukah kamu, temanmu itu yang membuat persoalan jadi seperti ini? lelaki itu mau bertanggung jawab, dia sudah menikahi temanmu itu! tapi temanmu selalu mendesak, mengajak bertengkar dan meminta lebih dan lebih. dia bukan korban hanny! laki-laki itu sudah banyak menderita akibat teror dari temanmu dan keluarganya. tolong deh temanmu itu disadarkan dan diinsyafkan.

  4. Kalau dijodohin suka ada kesan bahwa kita ini ngga laku-laku hehehe… nah, biasanya gengsi tuh dibilang ngga laku… jadinya malah defensive… bilang kayak “emangnya gue ngga bisa cari jodoh sendiri, kesannya gue ngga laku…”

    Well, ngga salah-salah amat sih. Cuman jadinya kita melihat penjodohan itu sebagai hambatan bukan sebagai peluang.

    Kayaknya ngga ada salahnya juga tuh nerima pencomblangan… walau kita harus selektif.

    Yaa capeknya paling kalau harus repeating the whole process again karena yang dijodohin kurag sreg. Ah itu mah resiko. bawa santai aja hehehehe…

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with themβ€”and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeβ€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP