+ Saya minta maaf…
Minta maaf buat apa?
+ Yah, buat semua kesalahan saya.
Kesalahan yang mana?
+ Ya, semuanya, lah. Pokoknya kalau saya punya salah sama kamu, saya minta maaf.
Memang kamu punya salah apa sama saya?
+ Hmm, yah, banyak, kan?
Misalnya?
+ Ya, pokoknya saya minta maaf kalau saya pernah bikin salah.
Kalau? Jadi kamu belum tentu punya salah sama saya?
+ Yah, yaaa, gitu deh …
Kalau kamu nggak punya salah ngapain minta maaf?!!
————
Saya nggak ngerti. Dan menjadi sedikit kesal. Bagaimana seseorang bisa sungguh-sungguh minta maaf jika tidak tahu (atau tidak mau) menyebutkan kesalahannya?
Bukankah ide sebuah permintaan maaf adalah untuk menunjukkan niat baik dan penyesalan seseorang; dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan? Bagaimana bisa kita tidak mengulangi suatu kesalahan jika tidak tahu perbuatan mana yang salah dan tidak boleh diulangi?
Ini rumit. Sudah hampir waktu buka puasa. Martabak di meja tengah itu luar biasa harumnya. Terlintas dalam benak saya: ya sudah, saya maafkan sajalah …
2 Responses
sabar sabar
berkata-kata tentang kesalahan yg dibuat, mungkin, buatnya tidaklah mudah
piye? sudah sembuh Han?
Atta: Alhamdulillah, sudah sembuh, ta … tinggal menyisakan pilek sedikit which is nothing compared to my previous illness 🙂