*untuk Mateel, hihihihi, kok jadi terharu sih … ;p
Dimulai dengan ‘oleh-oleh’ berupa sebatang pensil biru dengan hiasan bunga di atasnya. Nila memberikannya pada saya sepulangnya dari TheBodyShop. Dia bilang pensil itu dibagi-bagikan secara gratis. Saya langsung melonjak-lonjak kegirangan, meraut si pensil sampai runcing, dan tersenyum simpul tiap kali menggunakannya untuk menulis.
Kemudian, pada suatu siang yang lengas, saya dan Nila bersama-sama mendamparkan diri di TheBodyShop. Girang mendapatkan pembatas buku biru gratis dengan hiasan bunga di atasnya. Kami pun menyumbang Rp 10.000,- di kotak amal, kemudian mendapat kesempatan memutar “Wheel-of-Fortune”. Roda berputar, kemudian berhenti pada alur berwarna ungu… dan kami pun dihadiahi masing-masing sebuah agenda merah tua dari beludru. Kami mengisi agenda itu dengan lembar-lembar kertas di dalam taksi sepanjang perjalanan pulang. Merabanya. Tertawa. Menyelipkan bolpen. Senang.
Suatu siang, saya dan Nila bersarang di dapur kantor.
Kami terkikik-kikik ketika dengan bersemangat membuat dua gelas Nescafe frappe–yang dibawakan seorang kawan dari Yunani. Kami mem-‘blender’ frappe sambil mengobrol riang, kemudian menuangkan susu cair ke dalam cangkir dengan penuh semangat. Sambil menyeruput busa frappe, kami berjingkat-jingkat kembali ke meja masing-masing.
Senang.
Hari ini, kami kembali berada di dapur. Membuat berondong jagung; berdiri di depan microwave, tertawa-tawa setiap kali biji-biji jagung itu meletup. Harumnya mulai tercium. Dan kami pun mulai menaburkan bubuk keju. Mengguncang-guncang kantung kertasnya agar seluruh bubuk tercampur merata ke seluruh butir-butirnya. Nila terbahak ketika melihat rambut saya bergoyang ke kiri dan ke kanan; saking semangatnya saya mengguncang-guncangkan kantung kertas itu.
Kami tertawa. Cekikikan. Kembali ke meja kami yang bersebelahan. Dan berbagi sekantong berondong jagung. Senang.
Beberapa waktu yang lalu, kami pernah berkata pada satu sama lain,”Hal-hal beginian aja bisa bikin kita senang! Kasihan ya, kita?!! Ya ampun, kita sangat mudah untuk dipuaskan!”. Kemudian kami pun tertawa terbahak-bahak.
Detik ini saya menyadari kata ‘kasihan’ itu sangatlah bernada menyindir. Sebaliknya, kami termasuk orang-orang paling beruntung di dunia! Bayangkan, kami masih bisa melayang bahagia dan tak berhenti tertawa hanya karena secangkir frappe dan sebatang pensil gratisan…
Dalam dunia di mana kebahagiaan mulai menjadi sesuatu yang mahal dan perlu diperjuangkan, tentu saja kami merasa sedemikian beruntung karena masih bisa merasa senang hanya dengan memandangi berondong jagung meletup-letup di dalam microwave.
IMG. NESCAFE http://www.hellenic-shop.com/hsgo/images/22501.jpg
IMG. ORVILE http://images.amazon.com/images/P/B000CSKK5A.01._SCMZZZZZZZ_V54919844_.jpg
5 Responses
Yes, Hanny… we are the luckiest girls in the world. Lots of people cannot even laugh when they hear or watch the funniest movie.. but we simply can laugh on simple stuffs.. which is very nice and.. HEALTHY! It keeps us away from a word called “depression”. Hehehe..
Smile .. and the world will smile to you.. 😉
halah…halah… yang kayak gini ini bikin bingung tetangga. ketawa-ketiwi gak jelas melulu. hehehe, anyway, i am going to miss all your crispy laughter… 🙂
huaaaah jangan begitchu donk jadi sedih hiks hiks hiks 🙁
makanya sebelum kamu pergi kita harus memasak bersama keluarga coonteel dulu yah!!!
huehehehe kaya anak balita, apapun bisa jadi bahan ketawaan yang enak banget ^_^
Amelia: Iya … ternyata untuk bisa bahagia gak perlu hal yang muluk-muluk banget, yahhh 🙂 Pantesan anak kecil lebih sering ketawa dibanding orang dewasa. I don’t want to grow up!!! 🙂