Suatu hari nanti,
jika saatnya tiba,
kamu akan mengerti mengapa saya memilih untuk tidak mengantar kepergianmu hari itu.
Tentang mengapa berat rasanya bagi saya untuk berdiri di sisi lain pintu-pintu kaca itu, mengawasi punggungmu yang kian menjauh, dan menyadari bahwa saya akan semakin kehilangan sosokmu yang tidak pernah menjadi milik saya.
Tentang mengapa sulit rasanya bagi saya untuk melihat kalian berpelukan dan berciuman untuk yang terakhir kali, ketika air mata membutakan pandangan kalian berdua, dan saya melihat betapa enggan kalian berpisah satu sama lain; sementara saya hanya bisa mengantarmu dengan senyuman.
Air mata itu tidak pernah menjadi milik saya, sehingga tak patut saya menumpahkannya pada kepergianmu yang selalu terkesan tiba-tiba. Dan senyuman itu merupakan sebuah ironi yang terlalu jelas menyatakan bahwa kita memang tidak pernah lebih dari sekedar teman.
Tetapi begitulah saya ingin kamu mengenang semua hal tentang saya: saya yang tersenyum…
Karena hanya senyuman yang bisa saya berikan ketika pada sebuah masa depan yang jauh,
kamulah yang berdiri di sisi lain pintu-pintu kaca itu,
melepas kepergian saya.
Dan saat itulah, kamu akan benar-benar mengerti mengapa saya memilih untuk tidak mengantar kepergianmu hari itu.
IMG. http://www.photo.net/photo/pcd0510/stockholm-airport-hopskotch-102.4.jpg