Suatu hari nanti,
jika saatnya tiba,
kamu akan mengerti mengapa saya memilih untuk tidak mengantar kepergianmu hari itu.

Tentang mengapa berat rasanya bagi saya untuk berdiri di sisi lain pintu-pintu kaca itu, mengawasi punggungmu yang kian menjauh, dan menyadari bahwa saya akan semakin kehilangan sosokmu yang tidak pernah menjadi milik saya.

Tentang mengapa sulit rasanya bagi saya untuk melihat kalian berpelukan dan berciuman untuk yang terakhir kali, ketika air mata membutakan pandangan kalian berdua, dan saya melihat betapa enggan kalian berpisah satu sama lain; sementara saya hanya bisa mengantarmu dengan senyuman.

Air mata itu tidak pernah menjadi milik saya, sehingga tak patut saya menumpahkannya pada kepergianmu yang selalu terkesan tiba-tiba. Dan senyuman itu merupakan sebuah ironi yang terlalu jelas menyatakan bahwa kita memang tidak pernah lebih dari sekedar teman.

Tetapi begitulah saya ingin kamu mengenang semua hal tentang saya: saya yang tersenyum…

Karena hanya senyuman yang bisa saya berikan ketika pada sebuah masa depan yang jauh,
kamulah yang berdiri di sisi lain pintu-pintu kaca itu,
melepas kepergian saya.

Dan saat itulah, kamu akan benar-benar mengerti mengapa saya memilih untuk tidak mengantar kepergianmu hari itu.

IMG. http://www.photo.net/photo/pcd0510/stockholm-airport-hopskotch-102.4.jpg

hanny

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP