Di sini, aku menunggumu.
Masih menunggumu seperti yang aku lakukan sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Aku tidak berkata-kata, tidak melambaikan tangan, atau berusaha menarik perhatianmu dengan melakukan hal-hal yang akan membuatmu sadar bahwa aku tengah menunggumu. Aku menunggumu dalam keheningan. Keheningan yang begitu hening sehingga kau bisa mendengar keheningan itu berbisik kepadamu jika saja kau lebih sabar mendengarkan.
Aku tidak mencoba untuk memanjat jendelamu, tidak mencoba untuk berlari menyongsongmu, atau berusaha menolehkan wajahmu ke arahku dengan melakukan hal-hal yang akan membuatmu sadar bahwa aku tetap menunggumu. Aku menunggumu dalam ketenangan. Ketenangan yang begitu tenang sehingga kau bisa merasakan ketenangan itu memelukmu jika kau mulai kehilangan kesabaran.
Aku tidak meneriakkan perasaanku dari depan halaman rumahmu, tidak mendesakmu, atau berusaha membuatmu merasa bersalah karena telah membiarkan aku menunggu dengan melakukan hal-hal yang membuatmu sadar bahwa aku terus menunggumu. Aku menunggumu dalam keyakinan. Keyakinan yang begitu yakin sehingga kau bisa membiarkan keyakinan itu menangkapmu jika kau mulai jatuh.
Di sini, aku menunggumu.
Mungkin aku akan pergi sebentar, atau menghilang, tetapi aku masih menunggumu walaupun aku sedang tidak berada di depan pintu rumahmu. Diamlah di tempatmu, dan suatu hari nanti, jika aku sudah siap, aku akan mengetuk pintu. Kau tak perlu berlari terburu-buru untuk membukakan pintu. Ini kan cuma aku 🙂
Tetapi sebelum saat itu tiba, aku akan tetap di sini. Menunggumu. Seperti yang sudah aku lakukan sejak pertama kali aku bertemu denganmu … dan menyadari bahwa aku mencintaimu.
~ nie ~
One Response
fyuh…dalem banget. hiks,… butuh tisyu T_T