(18 days left …)

Nggak tau kenapa, saya kagum dan respect banget sama cowok-cowok yang punya “gentleman traits” in them. I’m not talking about paying bills setiap kali kita keluar having dinner (walaupun ada yang bilang bahwa the guy should pay the bills, tapi saya nggak pernah menganggap seorang cowok nggak gentle kalau in the end kita bayar our meals sendiri-sendiri). Yang saya maksud dengan “a gentleman” di sini lebih kepada cara seorang cowok memperlakukan cewek.

Misalnya?
Kalo saya masuk ke satu ruangan, cowok itu bukain pintu buat saya. Atau kalau pintunya adalah pintu kaca yang tinggal didorong, dia akan tahan pintu itu buat saya dan membiarkan saya masuk lebih dulu. Terus, kalo bagian nyebrang jalan, ketika mobil datang dari sebelah kiri, dia akan pindah ke sebelah kiri saya. Menyetop mobil yang lewat dan membiarkan saya nyebrang dengan aman. Ketika mau keluar dari satu ruangan pun, dia nunggu sampai saya bangkit duluan dari kursi dan jalan keluar dari ruangan itu, baru dia nyusul saya dari belakang.
Kalo dia jemput saya di rumah, dia akan turun dari mobil, mengetuk pintu, and say hello to my parents first before we left. Waktu nganterin saya pulang, dia akan buka jendela dan nunggu di mobil sampai saya masuk rumah, baru dia meluncur pergi. Atau kalau kita pulang naik kendaraan umum (jaman SMP-SMU dulu), dia akan temenin saya nunggu angkot. Kalau saya udah naik ke atas angkot, baru deh dia cari angkot buat dia sendiri. Simple things, sih. Yang sebenernya nggak penting-penting amat. Tapi buat saya, that’s my type of guy!

You can call me a conservative. A spoiled brat. Whatever you like, just name it. I’m not a feminist, so I don’t give a damn. Hehehe. Memang sih, sekarang jamannya emansipasi. Dan banyak cewek sudah menolak diperlakukan “berbeda” oleh para cowok.

Tapi saya sih selalu merasa tersanjung dan respect sama cowok-cowok gentle yang masih memperlakukan cewek with certain manner kayak gitu. Dan yang terpenting, yang namanya cowok gentle, dia akan bersikap gentleman kepada semuaaa cewek. Gak peduli apakah cewek itu cuma temen dia, ibu-ibu yang nggak dikenal, atau bahkan nenek-nenek. Jadi kalo ada cowok yang cuma menjadi “gentleman” ketika dia lagi jalan sama ceweknya, well, I don’t think he’s a real gentleman…

Saya sendiri nggak tau kenapa saya selalu punya penghargaan yang lebih sama cowok-cowok gentle. Mungkin karena selama ini saya selalu bertemen dengan cowok-cowok yang punya traits seperti itu, ya?

Uhm, yang pasti Pupz—he is such a gentleman. Walaupun saya ama dia cuma temen doang, tapi he treats me very well. Dan bukan saya aja, dia memperlakukan semua cewek dengan baik, sih. That’s the reason why banyak cewek yang nggak kenal deket sama Pupz suka salah sangka. Mengira bahwa Pupz lagi PDKT sama mereka. Hehehe, kasiaaan deh, padahal sih memang Pupz adalah cowok yang sangat perhatian dan sangat “melindungi” cewek-cewek (mudah-mudahan kamu nggak baca blog ini, Pupz. Bisa tambah narsis!). Even si Amon, jelek-jelek begitu (hehehe teteppp lho, Mon, saya mendiskreditkan engkau ;p) dia termasuk cowok gentle juga!

Terus siapa lagi, ya? Banyak, sih. Mayoritas temen-temen cowok saya punya that special traits in them. Most of my highschool mates adalah cowok-cowok yang punya karakteristik seperti itu. Bahkan cowok-cowok paling caur pun kalo memperlakukan cewek … tetep aja, mereka treat us with respect and appreciate us more. But of course, mungkin itu di Bogor doang, ya?

Kalo dipikir-pikir … kebanyakan cowok di Jakarta sih memang jarang yang se-gentleman itu (gak bermaksud untuk stereotyping yaaa—ini berdasarkan pengalaman pribadi aja, kok—saya tidak menggeneralisir ^_^). Apa mungkin karena cewek Jakarta juga udah nggak ambil pusing lagi dengan segala macem “special treatment”, ya? Bisa jadi. Atau mungkin di Jakarta semua orang udah serba cuek, dan hal-hal kayak gitu dianggap udah nggak penting lagi? Mungkin aja. Ataukah paham emansipasi dan feminisme sudah merebak di kota metropolitan ini? Make sense, sih.

Probably ini cuma masalah selera. Personal taste. Saya nggak bilang bahwa cowok should be a “gentleman”. Dan bukan berarti cowok yang nggak bukain pintu buat cewek itu adalah cowok yang “nggak baik”. Nggak begitu juga sih cara ngeliatnya. Pada akhirnya tinggal preferensi kita aja, sih. Lebih suka sama cowok cuek–atau cowok yang gentleman … it’s up to you to decide.

Untuk saya pribadi sih, di jaman yang serba sibuk ini, ketika orang udah mulai nggak peduli sama urusan orang lain, I’ll consider such a gentle treatment as a cute and sweet little thing. It’s great when a guy treats you with such respect—even if he were only a stranger. Efeknya nyaris seperti dikasih little surprises.

Sesuatu yang bisa membuat kita tersenyum kecil waktu sedang mengalami hari yang berat. Something that will brighten up your day. Something that will make your heart feels a bit lighter…

hanny

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP