Waktu saya pulang malem hari Kamis, langitnya penuh bintang. Banyak banget! Kecil-kecil dan terang, tersebar di mana-mana. Kemanapun kepala saya menoleh, saya bisa lihat bintang. It could be romantic. Sayangnya saya lagi ada di boncengan ojek–dan ojeknya rada ngebut pula.

So, saya tengadahin kepalaku ke langit, ngeliatin bintang, sementara rambut saya berantakan ditiup angin. Seru juga. Walaupun perjalanan dari depan kompleks sampai depan pagar rumah singkat aja. Nggak lebih dari 2-3 menit. Tapi cukup puas. Udah lama saya nggak lihat bintang. (Dan saya baru sekali ngelihat bintang jatuh! Kangen pengen lihat bintang jatuh lagi!)

Kalau lagi lihat bintang gitu jadi inget orang-orang yang jauhhh kayak Bucky dan his little angels, Sara dan Jen. Orang-orang yang udah nggak ada … dan orang-orang yang masih ada tapi pada jauh-jauh entah di benua mana. Kangen juga malem-malem yg aku lewatin waktu masih ngurusin Recis Fiesta, ngabisin hari demi hari di jalan tol dan pulang tengah malem… terus mesti sekolah lagi besoknya… dengan PR matematika yg belum selesai (!) masa-masa itu kayaknya saya puas banget bisa sering ngeliatin bintang.

Mungkin yang paling seru dari ngeliatin bintang adalah kenyataan bahwa kita cuma bisa ngeliat bintang-bintang itu tapi nggak bisa menyentuhnya. They’re sooo untouchable! Dan kadang-kadang yang cuma bisa dilihat doang itu memang lebih berarti dari apa-apa yang bisa disentuh…

Meningatkan kita akan sesuatu yang dekat tapi sekaligus jauh.

Came to think about it …
It reminds me of someone …

hanny

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP