A moment of happiness,
you and I sitting on the verandah,
apparently two, but one in soul, you and I
.

Ada surat-surat yang kutuliskan untukmu. Dalam perjalanan kereta cepat dari Jerez ke Sevilla. Waktu itu aku duduk sendirian di sisi kanan, di dekat jendela. Ada padang-padang kering, ladang jagung dan rumah-rumah terakota, traktor, kuda-kuda dan sekawanan banteng. Semua berkilasan cepat, sedikit buram, seperti gambar dalam mimpi-mimpi.

We feel the flowing water of life here,
you and I, with the garden’s beauty
and the birds singing.

Terkadang aku bertanya ke mana hidup akan membawaku—membawa kita. Apakah kita akan bertemu lagi suatu hari nanti. Ataukah kamu tetap akan menjadi satu di antara orang-orang itu: yang hanya kutemui sekali saja seumur hidupku, tapi mengubah hidupku selamanya. Lalu kukeluarkan spidol dan buku catatan kecilku dari dalam tas. Lalu aku menulis. Menulis kepadamu. Semacam surat-surat dalam dua puluh halaman. Surat-surat yang tidak pernah kukirimkan.

The stars will be watching us,
and we will show them
what it is to be a thin crescent moon.

Di sana, aku bicara padamu tentang pertemuan, juga tentang kehilangan. Aku bilang, aku siap mengikuti ke mana pun hidup akan membawaku: menujumu atau meninggalkanmu. Aku juga bilang, seandainya kamu ada di sini, kita akan bisa melakukan banyak hal. Hal-hal yang tidak penting, sebenarnya. Misalnya memandangi langit atau hujan, yang dari dulu sampai sekarang sebenarnya masih akan begitu-begitu saja. Menikmati bercangkir-cangkir kopi hangat yang ditaburi bubuk cokelat. Pergi ke dermaga dan mencelupkan kaki ke dalam air sambil bercerita. Berputar-putar di museum melihat-lihat karya seni yang tidak kita mengerti. Menonton pertandingan bola di televisi. Jajan di pinggir jalan, lalu berbagi semangkok es krim berdua.

You and I unselfed, will be together,
indifferent to idle speculation, you and I.

Mungkin kita akan pergi ke pantai. Aku dengan gaun musim panas, bertelanjang kaki, keranjang piknik di tangan. Kamu dengan celana pendek dan sandal jepit, kamera tergantung di leher. Atau kita akan duduk di suatu beranda, pada suatu malam, mengobrol lama sampai ketiduran. Lalu di pagi hari aku akan terbangun dengan dua kemungkinan. Menemukanmu di sana, tersenyum dan berkata: selamat pagi. Atau menyadari bahwa kamu sudah menghilang.

The parrots of heaven will be cracking sugar
as we laugh together, you and I.

Ada surat-surat yang kutuliskan untukmu. Dalam penerbangan 12 jam dari Frankfurt ke Jakarta. Waktu itu, aku duduk sendirian di sisi kanan, di dekat lorong. Bangku sebelahku kosong. Seperti hatiku, yang merasa tengah kehilangan sesuatu. Lalu aku menumpahkan rasa kehilangan itu. Dalam tiga puluh halaman surat lagi untukmu. Surat-surat yang masih tersimpan rapi di dalam buku catatan kecilku. Surat-surat yang masih kubaca ulang setiap kali aku teringat kamu.

In one form upon this earth,
and in another form in a timeless sweet land.

Suatu hari nanti, di sebuah masa depan yang jauh, kamu mungkin akan menerima surat-surat itu. Surat-surat yang dituliskan untukmu belasan tahun yang lalu. Tak ada namaku di sana. Aku tak akan bilang bahwa akulah yang menuliskan surat-surat itu untukmu, dulu.

——

A moment of happiness,
you and I sitting on the verandah,
apparently two, but one in soul, you and I.
We feel the flowing water of life here,
you and I, with the garden’s beauty
and the birds singing.
The stars will be watching us,
and we will show them
what it is to be a thin crescent moon.
You and I unselfed, will be together,
indifferent to idle speculation, you and I.
The parrots of heaven will be cracking sugar
as we laugh together, you and I.
In one form upon this earth,
and in another form in a timeless sweet land.
—Rumi

hanny

30 Responses

    1. fotonya dari visualize.us (kalau di-klik langsung masuk ke site dan link aslinya). aku seneng browsing foto di sana, sering dapet foto bagus yang bisa jadi inspirasi menulis 🙂

  1. tulisan ini,,, menggugah hati nurani saya… betapa nyaman sekali mba menuliskan semuanya…
    saya ingin bisa seperti ini menceriterakan tentang perjalanan dan proses dalam pembelejaran dan pendewasaan …
    waktu selalu berharga, dan momen2 itu tidak pernah patut lagi untuk diabaikan tanpa kisah…
    saya kagum selalu dengan tulisannya…
    selalu ^__^

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP