Kamu masih saja menemani cangkir-cangkir kopiku yang kesekian.

Aku selalu bilang bahwa kafein adalah stimulan yang terlalu melankolis. Apalagi ketika diiringi Owl City yang mengalun samar-samar di kejauhan; juga gerimis malam-malam. Rintiknya turun satu-satu seperti air mata. Kadang sulit buatku membedakannya. Sampai kemudian dia turun semakin deras. Dan yang ada bukan lagi hembusan dingin, tapi panas yang membakar. Di mata, pipi, hati… lalu aku akan beringsut turun dari tempat tidur, menyeret langkah ke dapur, dan menyeduh secangkir kopi lagi.

Ada saat-saat di mana kita tidak ingin tertidur. Terkadang ketika kita sedang teramat bahagia. Atau ketika kita sedang teramat sedih. Dan pada saat-saat seperti itu, mengapa selalu saja kamu? Selalu saja kamu yang masih menemaniku pada cangkir-cangkir kopi yang kesekian. Mungkin memang hanya kamu yang mengerti. Mungkin karena kita sudah sejak dulu terjaga bersama setiap akhir pekan. Mungkin karena aku percaya: bahwa walaupun kamu selalu lebih banyak diam, kamu selalu mendengarkan.

Terkadang kamu menemaniku dengan suara jangkrik dari kebun. Atau ributnya kucing-kucing yang sedang kawin. Terkadang cuma ada detik jam. Atau tiang listrik yang dipukul tiga kali. Terkadang kamu usil; mengirimiku tokek yang bersuara dari langit-langit di suatu tempat. Lalu aku akan mulai menghitung. We’ll meet again. We won’t. We’ll meet again. We won’t. We’ll meet again. We won’t. We’ll meet again…

hanny

7 Responses

  1. buat gw kopi itu bukan stimulan, melainkan hipnolitik. bukannya menghilangkan rasa ngantuk, melainkan menundanya.
    kalo gw minum kopi, jauh dalam hati, gw sadar kalo gw sedang membohongi diri sendiri… hehe.. 😛

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP