*terjemahan bebas dari MISSING, Stephen Dunn

Ia menghilang, seringkali, bahkan ketika ia sedang berbicara,
meskipun ia bisa menyelesaikan kalimat-kalimat itu,
yang dari mana ia telah melepaskan kaitan dengan dirinya,
menyelesaikannya dengan baik. Dan ketika aku berbicara,
ia cukup tertarik dalam kadar yang patut untuk membuatku
mau terus berbicara. Aneh,
bahwa aku merasa tersanjung dengan semua ini, sepertinya
ia memberikanku semua dari setengah dirinya,
yang terbaik yang bisa ia berikan.

Di tempat tidur, setelah bercinta,
yang selalu memuaskan, aku tahu bahwa ia telah belajar
tata-krama setelah selesai bercinta—perhatian, kelembutan—
dan ia menunjukkannya. Aku yakin
ia tengah merencanakan esok harinya, hati rahasianya
mengecek jam rahasianya.
Aku sudah mengenal lelaki lain semacam ini, tentunya,
tapi ia begitu buruk dalam menyembunyikan kesalahannya,
dan akan mengakuinya ketika ditanya,
semua itu seperti bagian dari keberadaannya, bagian dari
caranya selalu ada di sana untukku,
jika kau tahu apa yang kumaksudkan.

Aku merasa, pada saatnya nanti,
Aku akan bisa menemukan, atau mungkin memberikan hidup
pada setengah bagian dirinya yang hilang. Aku merasa bahwa cinta bisa melakukan ini.
Dan aku bahkan merasakan cinta yang ganjil pada saat ia tak ada,
sebagaimana, menurutku, kebanyakan dari kita akan mengecup
bekas luka yang mengerikan untuk membutikan bahwa kita bisa hidup dengan itu.
Ia punya pekerjaan yang baik. Para lelaki mengaguminya
karena ia membawa seluruh dari setengah dirinya
untuk bekerja setiap hari, membawanya dengan kecerdasan
dan karisma. Itu sudah cukup untuk mereka.
Dan semua teman perempuanku memujanya,
mengatakan betapa beruntungnya aku.

Tapi aku harus mengakui,
tidak mudah mencintai lelaki seperti dia.
Hanya sedikit sekali yang diminta dari dirimu, dan setelah beberapa saat
kau lupa bahwa kau menggunakan setengah dari dirimu,
dan kemudian sesuatu mengingatkanmu
dan perasaan bahwa kau telah merampas sesuatu dari dirimu sendiri memberatimu,
lalu amarah—amarah yang diam, demikian aku menyebutnya.
Yang menjelaskan mengapa, akhirnya, aku pergi.
Tapi aku tak pernah berhenti memikirkan dia.
Dan aku telah melalui amarahku. Jika ia lewat di hadapanku
saat ini, kurasa aku akan merengkuhnya
dan menciumi wangi tubuhnya, dan bertanya apa kabarnya.

hanny

2 Responses

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP