Mungkin kamu ingat. Hari ini, sepuluh tahun yang lalu. Ketika kita berpikir bahwa segala sesuatu yang kita rasakan saat itu akan bertahan selamanya. Kamu tak mungkin lagi mencintai orang lain selama hidupmu. Kekasihmu akan menjadi satu-satunya dan akan terus bersamamu hingga akhir. Kesalahan-kesalahanmu akan menghantuimu, terus hingga nanti. Sakit hati itu akan abadi dan kamu masih akan terluka setiap kali mengingatnya. Kamu tak bisa membayangkan hidup tanpa mewujudkan impian-impianmu.

Lalu kita bertemu lagi. Sepuluh tahun sesudahnya. Kamu jatuh cinta pada orang lain. Kekasihmu menikah dengan orang lain, dan kamu menikah dengan mantan kekasih orang lain. Kesalahan-kesalahanmu di masa lalu menjadi semacam anekdot yang lucu untuk dikisahkan kepada teman-teman lama. Kamu masih mengingatnya—hanya saja tak sesering dulu, dan tanpa sakit hati yang melukai. Kamu baik-baik saja setelah melepaskan impian-impianmu, karena ternyata perwujudan impian-impianmu tak berbanding lurus dengan kebahagiaanmu.

Jadi tersenyumlah pada hal-hal yang merisaukanmu hari ini, dan ingatlah bahwa yang terindah dan terburuk akan berlalu. Seperti segalanya sepuluh tahun yang lalu, dan yang akan datang sepuluh tahun kemudian.

—————–

dedicated to The Japras

hanny

16 Responses

  1. Memang perih dan berat banget melupakan semua mimpi yang idealnya (menurut kita) terjadi. Hempas begitu saja dengan alasan (yang menurut kita) konyol, simple, karena perbedaan ini itu. Tapi itu lah yang namanya hidup, ya kan Mbak? πŸ™‚

    1. bener, nggak semua mimpi harus dilepas sih, tapi memang ada mimpi-mimpi yang ketika kita beranjak dewasa, kt menyadari ternyata kita nggak segitu menginginkannya πŸ™‚ yang ini bisa dilepas, supaya hidup jadi lebih ringan, dan kita bisa fokus mengejar satu impian di depan πŸ˜‰

  2. Totally can relate this on.

    “Kesalahan-kesalahanmu akan menghantuimu, terus hingga nanti. Sakit hati itu akan abadi dan kamu masih akan terluka setiap kali mengingatnya. Kamu tak bisa membayangkan hidup tanpa mewujudkan impian-impianmu.” Love the way you put this. Vivid image was all i see reading the 1st part. But smile was the all I put after reading the 2nd part. πŸ™‚

    *peluk Bossie*

  3. `Jadi tersenyumlah pada hal-hal yang merisaukanmu hari ini, dan ingatlah bahwa yang terindah dan terburuk akan berlalu. Seperti segalanya sepuluh tahun yang lalu, dan yang akan datang sepuluh tahun kemudian.` << thx.. kalimat ini memberi saya pencerahan hari in i:D

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with themβ€”and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeβ€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP