Mungkin nggak banyak yang bisa kukatakan tentang perjalanan itu. Atau mungkin malah terlalu banyak, sehingga kata-kata saja nggak akan pernah bisa memberikan makna yang serupa. Tetapi setidaknya, selalu ada jejak-jejak yang tertinggal. Seperti koral dan pasir putih di Monkey Island, pada penghujung pelayaran kita menelusuri Lan Ha Bay pagi itu.
Kenyataannya, memang nggak mungkin kita bisa meraup semua dalam satu genggaman tangan. Lagipula, apa gunanya semua–jika sedikit yang tertinggal dalam genggaman itu sudah cukup banyak meninggalkan kenangan?
Jadi, mari kita sisakan koral dan pasir putih itu untuk mereka yang juga hendak menikmatinya. Mereka yang menempuh perjalanan setelah kita. Dan aku memang nggak memerlukan sebanyak-banyaknya hingga terlalu. Karena sedikit tentangmu sudah cukup menerbitkan matahari di timur langitku.
18 Responses
*ke bank ihii-ihii*
mumet-mumet, opo tho iki?
@masstein: ojo mumet-mumet, mas… š
Madu, koq cuma foto kaki siii… Foto yg lain dooonnngg… š
Dalam adegan film, kalau ada dua kaki yang tampil, pasti kemudian kamera bergerak perlahan ke atas.
Di sana terlihat.. ah sudahlah.
jika muda mudi hanoi bergaya bak western di malam hari, apakah kalian juga begitu? š
kl yg bersepatu sih udah apal aku bentuk sepatu siapa *uhuk ehem grok*
Didut ngapain e ngapalin sepatunya Hanny?
@didut nah, loh, kok bisa hafal? *curigation*
kalau jam segini, bank ihiii ihiii-nya apa sudah tutup, ya? hahaha
selamat ya š
as usual….minta dua kalimat terakhir ya š
kekuatan tulisan hany…terletak pada satu atau dua kalimat terakhir (tanpa melupakan indahnya awal dan tengah tulisan tersebut)
š
kaki mu nampak membesar hun… š
semua ada batasanya..!
cantik sekali… :))
mau motret wajah, kameranya ketiban duren. jadi yg kefoto cuma kaki deh…*pengen jadi kamera*
senangnya baca postingan ini. mewakili apa yang hanny rasakan. š
“mari kita sisakan koral dan pasir putih itu untuk mereka yang juga hendak menikmatinya”
aih aih.. jadi ga egois emang sulit.. tapi bisa..
*apasih*