Gage dan Utet1. Dia adalah lelaki yang gemar mengintip dari balik lensa kameranya dan menangkap momen secara sembunyi-sembunyi.

2. Pada hari ketika kami bertemu untuk yang pertama kali, tiba-tiba saja saya sudah didaulat untuk mengambilkan telepon genggamnya yang tertinggal di dalam taksi. Berbekal fotokopi KTP lelaki itu, pada suatu siang yang lengas saya bertamu ke sebuah pangkalan taksi di daerah Jakarta Selatan, mengambilkan telepon genggam lelaki yang baru saya kenal satu hari saja itu, kemudian menyerahkan telepon genggam itu pada malam harinya, dengan tebusan traktiran di Pizza Hut.

3. “Bawa motor saja banyak cewek yang mau sama aku. Apalagi kalau aku bawa mobil,” kata lelaki itu suatu hari. Boncengan motor lelaki itu menukik ke depan. Tidak ada pegangan di belakang. Katanya, supaya ketika membonceng perempuan, perempuan itu mau tak mau harus berpegangan padanya. Dengan bangga saya katakan, saya sudah beberapa kali menaiki motor itu dan dibonceng sang lelaki tanpa perlu memeluk pinggang atau menempelkan tangan di bahunya 😉 Ada teknik khusus yang sudah saya kuasai sejak lama, untuk bisa tetap seimbang di atas boncengan tanpa perlu berpegangan.

4. Lelaki itu tak pernah mengijinkan saya membayar ongkos taksi jika kebetulan kami pulang bersama-sama. Suatu hari, saya pernah nekat meninggalkan saja uang saya di jok belakang. Begitu saya turun dari taksi, jendela taksi dibuka, dan uang saya dilemparkan ke jalanan. Sampai saat ini saya belum pernah berhasil mengalahkannya dalam adu bayar ongkos taksi.

5. Lelaki inilah yang bertanya kepada saya pada suatu malam, apakah saya baik-baik saja. Malam itu saya tidak baik-baik saja, tetapi saya katakan padanya: “I’m fine.” Ternyata ia mengenal saya lebih baik daripada itu, dan memilih untuk membaca makna yang tersirat. Sejak malam itu hingga akhir perjalanan, ia tetap mengecek keadaan saya untuk memastikan bahwa saya akan baik-baik saja. Ia adalah salah satu di antara segelintir orang yang mengetahui dengan jelas bentuk patah hati saya yang terakhir, lalu membantu saya memunguti serpihannya.

6. Suatu malam, kami berkumpul dengan beberapa orang kawan di Citos. Berhubung telepon genggam lelaki itu sudah hampir kehabisan daya, ia pun meminjam kabel charger saya. Maka, saya keluarkan kabel charger dari dalam tas saya, yang terbelit kusut dengan sukses karena sore harinya saya masukkan ke dalam tas secara terburu-buru. Lelaki itu tersenyum melihat kabel charger yang kusut itu. “Kabel ini seperti hidupmu, ya? Tapi tenang, ada aku yang akan meluruskannya,” katanya sambil mengurai kekusutan kabel charger saya.

7. Buat orang lain, dia adalah Sevenova. Si Goda. Atau Gage Batubara. Buat saya dia adalah Gading–sahabat yang menyenangkan; yang bisa membuat saya tertawa di saat-saat rapuh; yang suka memandangi bulan dan nampak lucu merona ketika sedang kasmaran dengan sang Nyonya.

Selamat ulang tahun, Gading. And thanks for being around during one of my toughest moments.

PS: Take a good care of Utet’s heart. I would love to see the two of you ended up together 🙂

hanny

34 Responses

  1. “Ada teknik khusus yang sudah saya kuasai sejak lama, untuk bisa tetap seimbang di atas boncengan tanpa perlu berpegangan.”

    gimana si caranya? ^^

  2. pasti si abang belum baca ini deh, seharian tadi sama aku jarang buka laptop 😀 tapi barusan di-sms koq 😉
    Hanny memang madu yang paling maniiiiiisss…
    Kami sayang Hanny :*

  3. Sweet poem and words… for a birthday man…. cute and warm so much… if only there’s one say that words to me on my birthday, i Must be was an ugly and dirty sober…. =n__n+

  4. hahaha..

    “Ada teknik khusus yang sudah saya kuasai sejak lama, untuk bisa tetap seimbang di atas boncengan tanpa perlu berpegangan.”

    dan aku pun punya teknik khusus, bagaimana membuat wanita meminta nomer teleponku duluan *siyul-siyul*

    1. “dan aku pun punya teknik khusus, bagaimana membuat wanita meminta nomer teleponku duluan *siyul-siyul* ”

      wah, untung setahun yang lalu aku yang dikasih nomernya duluan… *siyul-siyul lebih kenceng* LOL

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP