“Gue lagi suntuk banget! Ketemuan, yuk.”

Saya ngantuk.
Malas kemana-mana.
Hari Minggu: macet, penuh, panas. Akhirnya saya mengajukan syarat: “Traktir es krim sepuas gue, ya?”

Ternyata kamu bilang iya.

Kita melarikan diri dari panas terik siang itu dengan bersarang di sebuah gerai es krim yang lengang. Buat saya, dua scoop es krim selalu bisa mendinginkan hati. Sedangkan kamu cuma ikut saja ke mana saya pergi.

Kita makan es krim sampai lidah nyaris beku, dan tertawa gila-gilaan sampai sakit perut. Kemudian, sambil menunggu bon diantarkan, kamu bercanda,”Ampun, deh lo selalu bisa bikin gue ketawa sampe gila, seberapapun suntuknya gue. Kenapa gue nggak pacaran sama lo aja, ya?”

Tanpa pikir panjang lagi, saya menjawab, “Karena, lo pacaran bukan untuk ketawa sampe gila. Kalo untuk itu, udah ada gue. Lo pacaran untuk menghabiskan waktu dengan seseorang yang bisa membuat lo jatuh cinta sampai gila.”

Kamu mematung sebentar. Demikian juga saya. Saat-saat di mana batasan antara kenyataan dan harapan menghilang. Dan dengan sangat ‘manusiawi’ kita berpikir, “Kenapa kita tidak pernah bisa mendapatkan dua-duanya?”

IMG. http://pictures.exploitz.com/Venice-gelato-ice-cream—-the-best–photo-
Venice-_smgpx10001x14179x1141ccf71.jpg

hanny

5 Responses

  1. hehe. saya mendapatkan dua-duanya. dengan istri, bisa ketawa sampe gila, seklaigus bisa mencurahkan kasih sayang, sampe gila juga, hehehe…

  2. Really? Oh, how lucky!!!

    Berarti saya hanya BELUM mendapatkan dua-duanya,ya? 🙂 Jadi semangat lagi, nih! :p

    :hanny

  3. ha ha ha ha ha……………..
    gimana kalo kita berjuang bersama…… saat ini ada seseorang disamping saya yang bisa membuat saya dan dia tertawa sampai gila berdua… tetapi saya yakin kalo saya tak bisa membuatnya jatuh cinta sampai gila pada saya……. kalah sebelom perang? bukan…. tapi karna saya “tidak mau kehilangian dia”…. dan canda tawanya yang menghibur lara di hati….
    ngerti kan Han????????? he eh eh

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP