Jadi, kamu butuh penjelasan mengenai perasaan saya tentang dia?

Well, here it is:

Saya punya sepasang sandal jepit yang sudah tua. Kulitnya sudah ‘keriput’ dan solnya sudah sedemikian tipis, sehingga lumayan berbahaya jika nekat dikenakan untuk berjalan-jalan di luar rumah. Tapi saya suka mengenakan sandal jepit ini karena konturnya luar biasa ‘pas’ di kaki saya. Rasanya nyaman sekali berjalan-jalan dengan sandal jepit ini terpasang di kaki. Seperti melangkah tanpa rahasia, tanpa sisi-sisi tersembunyi.
Ini saya. Seada-adanya.

Di sisi lain, saya punya sepasang sepatu hak tinggi yang saya pakai karena sepatu itu terlihat elegan dan mampu membuat saya terlihat lebih tinggi. Tentu saja, jika dikenakan terlalu lama, kaki saya akan terasa sakit. Tapi kadang-kadang kita harus mentoleransi sedikit rasa sakit untuk merasa ‘lebih baik’.

Saat ini…
Saya masih menunggu seseorang yang dapat menggantikan sandal jepit usang itu. Seseorang yang bisa membuat saya merasa istimewa, hanya dengan menjadi diri saya sendiri, apa adanya.

Sementara dia adalah sepatu hak tinggi yang menawan sekaligus menyakitkan itu. Yang saya pakai hanya untuk membantu membuat saya merasa lebih tinggi, tapi akan cepat-cepat saya lepaskan pada akhir hari dengan perasaan lega yang tak bisa ditahan lagi.

Dan saya akan buru-buru menyelinap ke dalam sandal jepit tua saya itu; dan merasa bahagia seutuhnya, sekali lagi. Kebahagiaan yang akan saya pilih jika kita bicara tentang ‘selamanya’.

Sekarang, kamu mengerti kan, maksud saya?

IMG. http://img.timeinc.net/instyle/images/v2/weddings/091505_shoes_01.jpg

hanny

7 Responses

  1. gak usah nunggu sendal jepit tergantikan.
    ganti aja sendiri.
    atau pake aja terus sendal jepit yang ada.
    kayaknya loh ya

  2. kalau sandal jepit gue udah jebol gimana nih, glenn? hehehehe :p soalnya tanda-tandanya udah mengarah ke situ …

  3. Coonteel.. kamu kereeeenn!! *berteriak histeris* Hahhahahaaaa… :)) 😀
    Coonteel, gimana kalo lebih enak berjalan tanpa alas kaki sama sekali? 😉 hihihhihi… tapi bagaimana pun juga, kita tetap perlu alas kaki untuk melindungi kita dari serpihan-serpihan kaca dan kerikil-kerikil tajam yang mungkin ada di sepanjang trotoar kehidupan itu yaa… (cieee.. jadi ketularan puitis nih gw! iiihhh… kamyu menular coonteeeeell!!!)

  4. Dalemmmmmmmmmmmm dalemmmmmmmmmmm
    tapi benar…….. karna gua juga punya sendal jepit seperti itu… mungkin lebih tepatnya celana dalam seperti itu ha ha ha ha ha…. once again you amazed me with your writing……. your fan

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP