Ingatan fotografik saya bisa dibilang nyaris di bawah rata-rata. Ini membuat saya sangat bodoh perihal menghapal wajah. Bertemu dengan orang baru (terutama yang dikenal dari social media) menjadi masalah. Saya bisa ingat nama, alamat blog-nya, dia suka menulis tentang apa, tapi ketika beberapa waktu kemudian bertemu lagi dengan orang yang sama…

Saya bisa jadi lupa. Saya tidak ingat wajahnya. Kalau ada teman berbisik, “Itu kan si Fulan,” atau seseorang kebetulan menyapa orang itu, “Hai, Fulan” — barulah saya ‘ngeh’ bahwa saya pernah berkenalan dan bertemu dengan si Fulan.

Terkadang, hal ini mengganggu juga, dan membuat saya merasa tidak nyaman. Apalagi jika sedang ada acara kopdar besar seperti Pesta Blogger. Tiba-tiba saja ada orang yang mengajak saya ngobrol.

Sepertinya, dari pembicaraan yang berlangsung, kami memang sudah pernah saling kenal sebelumnya. Tapi, saya panik. Benak saya mencoba mencari file-file lama yang tertimbun MSG. Aduh, orang ini siapa ya? 🙁 Mau bertanya lagi… ada rasa segan dan malu juga ^^ Takutnya dibilang sombong karena lupa akan seseorang yang pernah diperkenalkan sebelumnya.

Dan sungguh, saya ini orangnya pemalu, lho, tuips! Untuk alasan yang sama (lupa wajah dan malu), saya juga suka ‘plarak-plirik‘ pada orang-orang yang terlihat familiar sambil bertanya-tanya: dulu pernah kenalan nggak, ya? Lalu menunggu, hmm, apakah orang ini akan menyapa? Atau saya menyapa duluan? Tapi kalau salah bagaimana, ya?

Jadi, begitulah. Sedikit pengakuan dari saya mengenai ingatan saya yang lemah perihal wajah. Jika suatu hari saya bertanya “Err, ini dengan siapa, ya?” padahal kita sudah pernah berkenalan sebelumnya, tolong jangan dianggap sombong, yaaa. Pwiiis :'(

hanny

29 Responses

  1. @Chic

    tapi kamu belum mecahin rekor 10 kali kenalan dengan orang yang sama kan Han?

    astagaaaaa =)) kalo sayah bisa ketemu Hany, ntar mo bikin papan nama “kita pernah kenalan lho Han” =))

  2. wow ternyata tidak hanya aku haha
    tapi aku lebih parah, dan efeknya sangat buruk!
    jadi pernah ketemu, kenalan dan haha hihi 2 menitan kali ya
    pertemuan kedua, dia yang nyapa, aku tak ngenalinya. dia masih maklum
    pertemuan ketiga, aku masih tetap tak mengenali dia. eh dia marah besar, dicaplah aku sebagai orang yang sombong! ya sudahlah. mudah2an pertemuan keempat nanti aku ga salah nyapa orang:(

    1. errr iya, sama, saya juga gitu T__T belum sempet ada yang marah sih, tapi sayanya ga enak aja gitu, takutnya memang dikirain sombong T___T padahal apa daya, ingatan lemah T__T

  3. Biasanya aku mengaku gampang lupa nama, tapi ternyata beberapa kali kumpul-kumpul gitu.. baru ngeh, kalau muka orang nggak unik dan belum “terekam” baik di otak, ya mudah banget lupa apa pernah kenalan atau nggak :))

  4. Aku juga kaya gitu…tapi untuk aman dan sopannya, saya tanggepin obrolannya dengan menghindari menyebut namanya. Terus kalo udah mentok gak ingat juga tapi terus diajakin ngobrol barulah saya buka kartu sambil mencolek lengannya *sok kenal* “Maaf banget, ingatan saya lemah. Nama kamu siapa yach?”
    hahaha….nyerah sendiri akhirnya 😛

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP