Kamu membuatku gugup waktu itu.

Kita bertemu untuk yang pertama kali di tengah keramaian. Orang-orang di sekitar kita berteriak, tersenyum, tertawa, menyapa, menjepretkan kamera, berjabat tangan dan melambai sekaligus. Tergesa dan terburu menuju entah. Koridor itu terasa sempit dan penuh-sesak, tetapi keberadaan kamu di sana melampaui semua hingar-bingar itu.

Mungkin kamu tidak tahu bahwa aku sudah mengagumi kamu sejak dulu. Lama sebelum kamu menyadari bahwa aku ada.

Keesokan harinya kita bertemu lagi untuk menikmati sushi dan kopi hingga senja hari. Dan setelah ratusan hari, aku masih ingat dengan jelas di mana kamu duduk (kita duduk bersebelahan dengan kamu di sisi kiri), baju apa yang kamu kenakan, makanan penutup apa yang kamu pesan… dan betapa aku sudah merasa nyaman berada di dekatmu sejak saat itu.

Dan waktu mungkin memang selalu mencandai kita sedemikian lucu. Atau mungkin ia hanya ingin kita menunggu dan menjadi yakin pada apa yang kita rasa. Mungkin juga ia sengaja membuat kita berjalan pelan-pelan, sehingga di masa depan kita akan punya cukup banyak kenangan untuk disimpan dan kisah-kisah untuk diceritakan. Atau bisa jadi ia hanya ingin menguji seberapa lama sekeping perasaan akan bertahan setelah jarak memisahkan.

Tetapi ternyata, perasaan itu bertahan.

Ketika kita bertemu kembali di kotamu setelah ratusan hari berlalu, malam itu kamu menemukan aku. Dan sejak saat itu aku tidak ingin hilang lagi.

hanny

21 Responses

  1. Coba ujungnya diganti jadi, “… Dan sejak saat itu aku tidak ingin pulang lagi.”

    Salam sama tuan ya, nyah 😀

    masih pulang kok, kan home is where the heart is, jadi aku pulang ke hatinya hihihihi 😀 baiklah, nanti salamnya di sampaikan, nggak mau titip salam buat bibik cuci saya? :))

  2. iya lupa, salam sama SuperBibi-nya juga, titip pesan supaya jangan sering2 telat makan, karena kalo nanti sakit, nyonya-nya gak bisa pacaran sama tuan =)

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP