~ Sabtu, 14 Maret 2009. Wat Pho.~
stalker |ˈstôkər| noun a person who stealthily hunts or pursues an animal or another person. • a person who harasses or persecutes someone with unwanted and obsessive attention.
Melepaskan sandal jepit saya ketika hendak memasuki Wat Pho (วัดโพธิ์)—The Temple of the Reclining Buddha, saya teringat pada suatu hari ketika kita bercakap-cakap melalui jendela itu. Ketika saya berkisah kepadamu tentang sepenggal masa lalu yang singkat dan menyakitkan.
Kemudian kamu bertanya apakah saya baik-baik saja. Dan sebelum saya menjawab, kamu berkata,”Stupid question, of course you’re not alright…”
Ah, D. Di dalam salah satu kuil terbesar dan tertua di Bangkok dengan luas 80 ribu meter persegi ini, di mana patung emas Sang Buddha (yang dibangun sebagai bagian dari restorasi Rama III) terbaring sepanjang 46 meter dengan tingggi 15 meter, saya malah mengagumi kenyataan bahwa ternyata kamu begitu mengenal saya—jauh lebih baik dari siapapun juga (bahkan mungkin lebih baik dari diri saya sendiri).
Ada ketenteraman kecil berdencing-dencing dalam hati saya, selagi saya memasukkan koin-koin logam ke dalam ‘periuk-periuk’ kecil yang berjajar di sepanjang dinding kuil: you do know me. Kamu adalah satu-satunya orang yang membuat saya tak perlu bersandiwara atau berpura-pura. Kamu begitu membebaskan, D.
Berbincang denganmu meninggalkan sensasi melegakan seperti usai melewati satu sesi Thai massage (dan tahukah kamu bahwa metode pijat Thai yang terkenal itu, yang banyak kemiripannya dengan gerakan-gerakan yoga, lahir dari kuil ini?).
I am not a drama queen, and my sadness is not for public consumption.
Kamu selalu tahu, bahwa ketika saya terluka, saya tetap tersenyum. It just happened that I smiled a different kind of smile. Dan hanya kamulah satu-satunya yang bisa mengenali perbedaannya.
duay khwaam rak lae khit theung kha*,
H.
—————–
Thai for “with love, and missing you”
15 Responses
horeee masih bersambuuuung
*telfon penerbit*
senyum yang berbeda? ah padahal sukar memahaminya, apa memang tidak perlu dipahami, tinggal ‘klik’ dan kemudian mengerti?
mbikin ngiri. 😐
ah, Sang Buddha yang agung…. hiks.
ah Hani -hug-
saya belum pernah ke bangkok. mudah-mudahan satu saat bisa kesana 😉
Wow…Jalan2 di Tahiland…
keren2 …Jangan lupa berbagi cerita yang lainnya aywh…
Wah… kamu semakin dewasa, hanny manis… apa kabar?
hannyyyyyyyy!!
*pengen peluk-peluk hanny setelah baca post ini*
jadi pengen kenal D…. 😛
Horeeeee… aku besok minggu bareng-bareng temen sekantor juga ke Bangkok. Ntar klw ada apa apa boleh tanya ya 😀
kok masih tahun 2008 neng? 😀
weh ene curhat sambil jalan2 toh…duh hepi nya
Kapan ya bisa tour ke negeri gajah putih itu. Katanya disana alamnya juga asik.
Selamat Sore…
Salam Kenal dari Balikpapan…
Boleh bertukar link..? 🙂
i dont see what anyone can see in anyone else but you..
(“anyone else but you”, michael cera and ellen page)
gue selalu pengen ke kuil ituh..
just to be amazed.. and wonders.. what kind a human who built that kind of sculptures?
@billy: iya, gue juga betah lama-lama ngeliatin kuil2… rasanya gimanaaaa gitu.