Gue ingin punya cinta yang hanya ada di antara gue dan orang yang gue cintai saja.

Dan saya menjawab: “Bo, di dunia ini, yang namanya cinta memang nggak pernah bisa bener-bener buat berdua. Selalu ada orang ketiga. Selalu ada kenangan-kenangan lama. So, jangan pernah berpikir bahwa lo bisa memiliki seseorang ‘seutuhnya’. Cause it will never happened”.

Saya membaca jawaban saya sekali lagi. Terkejut dengan nada tegas sekaligus tergesa yang tertuang dalam pesan singkat itu. Apakah saya sudah benar-benar seskeptis itu? Ataukah saya telah mampu untuk melihat cinta secara lebih realistis? Adakah cinta realistis? Ataukah cinta mutlak romantis sekaligus ironis?

Ini adalah ‘puzzles-of-love-effect’ akibat mendiskusikan cinta di sore yang dingin; dengan perut kosong–yang jika punya mata sesungguhnya sedang terus melirik jam dinding, menunggu saat berbuka …

hanny

3 Responses

  1. uh nipis…
    9 taun quite long sih tapi yah.. at least you still have a change to set your feeling free and maybe you will feel better then step ahead with a new hope and like you said ” ayo lempar sauh nya yang jauh biar ada yang nyangkut “

    don;t wait untill everything is to late ( gua bgt nih !!!) then you will sorry for your self

    cayoooo nipiss…:)

  2. kinooooooo kayaknya we do need to go clubbing–listening to that oh-so-loud music and dancing like we have 4 legs, and then … get drowned in a late-nite conversation on those looong miles back home!

  3. Kamu betul sekali. Pernah nonton film Closer?

    Adegan pembukanya keren. Seorang lelaki dan seorang perempuan saling menatap dari kejauhan trotoar. Sewaktu menyeberang, si perempuan ditabrak mobil.

    Si lelaki mendekat penuh khawatir. Belum sempat menyentuh, perempuan yang tergeletak di jalan itu tiba-tiba membuka mata dan menyapa lelaki itu dengan kalimat yang sempurna:

    “Hello, stranger?”

    Misalkan saja, sekali lagi misalnya, garis tangan mengharuskan kita menjadi sepasang pencinta yang seutuhnya sekali pun, yang hidup rukun sampai kakek nenek sekali pun, kita tetap tak akan bisa mengenal satu sama lain seutuhnya. Pada momen-momen tertentu aku akan kembali menjadi orang asing buatmu, seperti pada momen tertentu kau juga akan kembali menjadi orang asing buatku. Bahkan kendati kita selalu berdekatan setiap detik sekali pun.

    Sudah menjadi takdir, masing-masing orang tak mungkin mengenal orang lain sebaik kita mengenal diri sendiri. Sebab setiap orang selalu punya rahasia kecil yang tetap disimpannya rapi nun di sebuah pojokkan sunyi. Entah di mana pojokkan sunyi itu. Mungkin dalam hati. Mungkin tersimpan rapi dalam sebuah catatan harian yang lusuh.

    Sekal lagi, kamu benar ketika bilang: “Selalu ada orang ketiga. Selalu ada kenangan-kenangan lama.”

    Salam.

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP