~ Jumat, 13 Maret 2009. Tiba di Bangkok, sekitar pukul 8 malam.~

D,

Bandara Suvarnabhumi membisikkan vokal Neil Tennant-nya Pet Shop Boys menyenandungkan Home and Dry dari album Release (2002): There’s a plane at JFK / to fly you back from far away / all those dark and frantic transatlantic miles / oh tonight, I miss you / oh tonight, I wish you could be here with me / but I won’t see you / ’til you’ve made it back again / home and dry.

picture-101

Bandara ini memang bukan JFK, tetapi bandara ini cantik, D! Di dalamnya, saya merasa tengah berada di dalam piramida kaca di depan Musée du Louvre di Paris sana. Yang jelas, di sini takkan ada air hujan yang bocor menetes-netes di ruang tunggu (dan memerciki para calon penumpang), lalu ditampung di dalam ember-ember plastik seperti yang saya lihat sewaktu tengah berada di bandara Soekarno-Hatta.

Suvarnabhumi airport from the inside.

Di sinilah saya. Gerbang udara menuju city of angels. Kota para malaikat. Bangkok.

Sejak tahun 1350 – 1767, kota perdagangan di tepi barat sungai Chao Praya (Thai: แม่น้ำเจ้าพระยา) ini berada di bawah Kerajaan Ayutthaya (Thai: อาณาจักรอยุธยา), dan namanya berakar dari dua kata: Bang Makok. Bang merupakan sebutan masyarakat Thai Tengah untuk kota atau desa yang terletak di tepi sungai, dan makok merupakan nama Thai untuk Spondias dulcis atau pohon kedondong.

Pada tahun 1767, Ayutthaya jatuh ke tangan Kerajaan Burma, dan Raja Taksin kemudian mendirikan ibu kota baru (di kota yang saat itu masih bernama Bangkok), dan menamakannya Thonburi (Thai: ธนบุรี). Ketika kekuasaan Taksin berakhir pada 1782, Raja Buddha Yodfa Chulaloke—atau yang lebih dikenal dengan sebutan King Rama I—membangun kembali sebuah ibu kota baru di tepian Timur Sungai Chao Praya. King Rama inilah yang kemudian ‘membaptis’ ibu kota tersebut dengan nama Krung Thep atau city of angels. Bangkok.

Pada 21 April 1782, Bangkok resmi menjadi ibu kota Thailand dan menjadi pusat pemerintahan di sana.

Ah, sebentar, D. Saya sudah keluar dari bandara. Kini saya harus mendorong koper saya dan mengikuti pengemudi taksi itu…

duay khwaam rak lae khit theung kha*,
H.
—————–
*Thai for “with love, and missing you”

hanny

9 Responses

  1. @chic: emang belum bosen? hihihi.

    @iphan: entah. 20? 30? hihihi 😀 ini postingan egois, memuaskan ego pribadi sebetulnya, bangkok-nya jadi background 😀

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Unsplash
We tend to shape our memories of them based on the limited time we spend with them—and our memories of them, over time, will be replaced with one single word, one single interaction, or one single feeling.
Beradadisini Love Letter to Self
I took up a personal journaling project this week: writing a love letter to myself before bed. I work on a thin A6-size handmade paper journal I got from a paper artist, Els. The journal is thin and small enough, so it doesn't overwhelm me. It feels like I am only going to work on a small project.
annie-spratt-YF8NTmQyhdg-unsplash
Standing up for yourself does not have to look aggressive. It does not have to feel like a fight. It's not always about convincing others or explaining yourself and your decisions with the hope that everyone else understands or accepts your choice.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP