Kamu. Yang tidak pernah pergi. Yang selalu ada dan mengintip sekali-sekali dari sela-sela hati. Yang selalu berlari-lari kecil di pelupuk mataku pada sore hari yang berhujan atau pada malam hari yang dipenuhi bintang.
Kamu. Yang membuatku hanya membutuhkan satu sendok kecil gula pasir dalam sebuah cangkir berisi seduhan dua sendok makan kopi hitam. Adalah manis ingatan tentangmu yang kuhirup dalam secangkir kopi di pagi hari sejak dulu sekali—bahkan ketika masih banyak orang yang berkata bahwa anak perempuan seumurku tak seharusnya mencintai kopi.
Tetapi siapakah yang berhak mengajariku tentang mencintai kecuali hatiku sendiri? Dan hatiku sudah memilihmu sejak saat itu. Sejak lama. Jauh sebelum aku sadar apa artinya cinta. Dan jangan salahkan aku jika hingga kini definisiku tentang kata cinta tak pernah berubah: cinta adalah kamu.
Memang, ada beberapa orang yang menawarkan definisi lain tentang cinta dalam hidupku, tetapi ternyata semua definisi itu keliru. Jadi, aku kembali pada satu-satunya cinta yang aku tahu sejak dulu.
Kamu.
Cukup untuk dicintai. Tak perlu kumiliki. Karena bukankah cinta itu seharusnya membebaskan?
———————————
:: a mental note from Bangkok Trip, as I climbed the steep stairs to the upper level of Wat Arun temple. The beautiful sight of Chao Praya river from the height was there, right in front of me. And my mind went to you.
Update (Mar 18, 2009): Dan pagi ini, sebuah dialog cantik dari seorang kawan:
“Yang tidak pernah kudapatkan dari seorang kekasih adalah teman ngobrol. Sedangkan yang tak kudapatkan dari teman ngobrol adalah kekasih.”
“Apa sih yang diobrolin?”
“Apa saja.”
“Lalu?”
“Bisa jadi satu sudut pandang baru.”
“Aku takut tidak bisa memberikanmu itu.”
“Kamu sudah.”
19 Responses
hanny, menurut saya, cinta itu adalah ikatan yang membebaskan..
jadi, kita tidak perlu sembunyi2 terhadap cinta, namun juga jangan lari dari cinta..
karena cinta itu mengerti, dan memahami 😉
tulisannya bagus dan dalem banget..
sabar ya…bentar lg dia benar2 ada di depanmu… 🙂
Tetapi siapakah yang berhak mengajariku tentang mencintai kecuali hatiku sendiri?
I love this line hanny…. 😥
cinta muncul tanpa dicari, cinta datang tanpa diundang 😉
Bersyukurlah Hanny sudah menemukan definisinya. Saya sendiri belum bisa mendefinisikan apa itu cinta, sampai saya benar-benar mengalaminya.
woh! dari Thailand!
habis operasi, mas?
duh mbak, mbaca tulisan sampeyan mbikin saya jadi ser-ser kayak remaja lagi jatuh cinta, mantab mbak 😀
sampeyan pernah denger hukum kekekalan energi? saya percaya hukum kekekalan cinta
cinta adalah kamu
kurang, bagusnya klo jadi
cinta adalah aku dan kamu
@zam: enak ajahhhh!!! 😀 hihihi 😀
@TopiQue: sementara udah cukup “cinta adalah kamu” saja 😉
aaawwww… betapa beruntungnya si ‘kamu’ itu… 😀
errr… setuplurk sama kata2 ini…
“Cukup untuk dicintai. Tak perlu kumiliki. Karena bukankah cinta itu seharusnya membebaskan?”
Ass.wr.wb
wuih..hany. Diawal paragraf saya melihat ada sesuatu yang tersembunyi…ttg cintamu
di akhir paragraf sy melihat sebuah keputusanmu ttg cinta
Wassalam
Mencintai dan memiliki memang dua hal yg berbeda, tapi yg penting kita bisa (paling tidak berusaha) mencintai apa yg sudah kita miliki saat ini…meskipun pada awalnya tidak kita cintai…
Salam kenal ya…
…….
“Aku takut tidak bisa memberikanmu itu.”
“Kamu sudah. Kamu tau kan kamu tidak perlu berusaha?”
(been-there mode: on)
hehe..
‘kamu’ ya…. Jadi begitu kamu mengeja cinta, k-a-m-u
Boleh gw tahu, dari bagian mana dalam dirimu adalah milik D ? Ah maafkan kelancangan gw… Tapi siapakah yang berhak mengajariku mana yang sopan dan tidak? *goublok*
hani bani kiyuti pai, I luv the depth of those words
‘peyuk peyuk terharu’
“cinta adalah kamu”
jadi kunci dari tulisan yang manis ini…
pada baris kedua saya tergoda untuk berpersepsi mengarah pada ayah. namun dilemahkan pada bait ke-3
dan untuk endingnya, pada dua kaliamat awal kebetulan aku termasuk yang tidak setuju statement seperti itu, untuk “Karena bukankah cinta itu seharusnya membebaskan?”, dari sudut pandang saya iya namun apa yang dibebaskan tergantung… 🙂