Akhirnya, pesawat yang kami tumpangi mendarat di Changi Airport.

Hal pertama yang kami lakukan begitu keluar dari pesawat adalah foto-foto. Saking asyiknya foto-foto, jaring-jaring tas Dimas tersangkut dengan tali tas seorang perempuan–orang Indonesia juga. Maka mereka saling tarik-menarik sebentar sebelum akhirnya saling mendekatkan diri untuk melepaskan “jeratan” cinta.

Teman Mbak yang tersangkut itu kemudian nyeletuk:

“Jodoh, mungkin!”

Hihihi. Ehem. Sayang momen jeratan cinta ini luput dari jepretan kamera karena kami terlalu sibuk tertawa. Jadi tak mengapa jika cerita yang ini kemudian dianggap hoax.

picture-19
mbak-mbak yang berjaga di konter UOB di Changi Airport tertawa terkikik-kikik melihat Dimas berpose seperti di atas. mereka berusaha menahan tawa, padahal sebetulnya tak apa tertawa. Dimas sudah biasa ditertawakan ketika tengah berpose πŸ˜€ hehehe

Setelah mampir ke money changer untuk menukarkan uang yang tak jadi melayang untuk membayar fiskal, kami pun keluar dari bandara, mencari-cari penjemput kami. Kabarnya, kami akan dijemput oleh tour guide yang disediakan oleh Singapore Tourism Board (STB), namanya Mr. Basir. Setelah celingukan, kami pun terdampar di bandara, dan saya memberikan nomor telepon Mr. Basir kepada Nia–yang kemudian meneleponnya untuk menanyakan di manakah gerangan ia berada.

Ternyata Mr. Basir berdiri di depan kami, dengan topi koboi-nya, hanya saja kami tidak bisa melihat tulisan nama yang tertera di amplop putih yang dipegangnya.

πŸ˜€

Maka, bersama Mr. Basir, kami naik ke atas bis besar yang disediakan STB. Padahal kami hanya berlima, lho! Tetapi bis yang lega membuat kami bisa duduk sendiri-sendiri, di dekat jendela.

picture-24

KamiΒ  pun melaju menuju The Scarlet, hotel yang akan menjadi tempat penginapan kami di Singapura. Menurut Mr. Basir, The Scarlet ini adalah hotel kepunyaan orang Indonesia. Konsepnya boutique hotel, terletak di Erskine Road, di daerah Chinatown. Kamarnya didesain dengan nuansa berbeda-beda. Kabarnya, dahulu The Scarlet ini adalah sebuah rumah, yang kemudian disulap menjadi hotel.

picture-27

Mr. Basir (yang fasih berbahasa Indonesia karena kedua orang tuanya berasal dari Jawa, namun kini telah menjadi warga negara Singapura), juga menceritakan bahwa orang-orang terkaya di Singapura sebenarnya adalah orang-orang Indonesia. Bahkan pemilik hotel-hotel termewah di Singapura pun orang yang sama, orang Indonesia yang juga memiliki jaringan bank terkenal…

“Orang Indonesia itu kaya-kaya, bayangkan saja, turis terbesar Singapura adalah orang Indonesia. Banyak di antara mereka datang untuk berbelanja, dan kalau menginap pun mereka menginap di hotel-hotel bagus di sekitar Orchard. Banyak juga yang datang untuk berobat. Rata-rata rumah sakit di Singapura, pasti punya staff yang bisa berbahasa Indonesia, karena memang pasiennya kebanyakan dari Indonesia,” kata Mr. Basir, sembari menunjukkan kepada kami lokasi sebuah grand casino yang akan segera dibangun di Singapura. “Nah, kasino ini nantinya sepertinya juga akan banyak dikunjungi orang-orang Indonesia.”

Ketika bis memasuki Chinatown yang jalan-jalannya sempit, namun bersih dan tertata rapi, kami pun menikmati pemandangan gedung-gedung cantik di kanan-kiri jalan. Tak lama kemudian, kami berhenti di depan The Scarlet yang cantik, terletak di ujung jalan. Karena kami tiba lebih cepat dan belum dapat masuk ke kamar, maka kami hanya check-in sebentar, sebelum berangkat lagi.

Walau demikian, kami sempat berfoto di lobi-nya yang megah πŸ™‚

picture-21

picture-22

Dari hotel, kami langsung menuju Orchard Road–yang terkenal itu. Para lelaki bersama Mr. Basir hendak menunaikan sholat Jumat, jadi kami para perempuan dilepas di Orchard Road untuk berbelanja sebentar, sebelum berkumpul lagi pada sekitar pukul setengah 2 siang.

Dimas sudah hampir merajuk karena membayangkan dirinya akan ditinggal dalam perjalanan menyusuri Orchard–ya, karena di jadwal yang diberikan oleh STB memang tak ada jadwal mengunjungi Orchard Road. Padahal, menurut Dimas, tidak sah rasanya ke Singapura jika belum menjejakkan kaki dan berfoto di bawah plang jalan di Orchard Road. Tetapi Dimas tetap taat menjalankan ibadah dan tahan terhadap godaan…

Begitu dilepas di Orchard Road, saya, Nia, dan Chika, langsung berjalan-jalan menuju Lucky Plaza. Di sini kami memborong benda-benda yang dijual SIN $ 10 untuk 3 barang. Salah satunya, kami membeli Sisterhood Ring, cincin dengan model yang sama, sebagai pengingat perjalanan kami di Singapura…

picture-26

Kami tak lama berada di Orchard Road, karena sudah kembali ditunggu oleh Mr. Basir dan para lelaki di bis. Berikutnya, menurut jadwal, kami akan makan siang–menyantap seafood bersama Kendra Wong, staff STB di Singapura. Lapar! Maka, naiklah kami ke atas bis.

Sepanjang perjalanan, Chika terus terisak karena tak dapat nge-Plurk. Maklum, kami belum membeli SIM Card Singapura. Saya hanya dapat berharap dan berdoa, semoga sakaw bandwidth Chika akan sedikit terobati dengan menyantap hidangan laut. Karena untuk orang seperti Chika, yang selalu membawa laptop dan daring* di mana pun ia berada, saya mengerti betapa beratnya penderitaan yang mesti ditanggung Chika kala itu…

next: CHIKA betulan sakit gara-gara sakaw bandwidth? Dimas ditertawai turis-turis ketika sedang foto-foto di Merlion? Tunggu lanjutan ceritanya, ya!

(bersambung)

*daring = dalam jaringan / online. kering = keluar jaringan / offline. kering adalah istilah yang kami buat sendiri di atas bis.

hanny

23 Responses

  1. gue malu sendiri pas sadar hampir semua yang di JCo Senci ngeliatin gue yang dari tadi cekikikan sendiri baca postingan elo. ga tau deh sekenceng apa gue ketawa2 secara gue pake earplugs… *blushing blushing*

  2. ah hannyyyyy, ayo kita lanjutkan perjalanan, wakaka… setelah baca postingan hanny, chika dan hawe daku jadi bingung mau nulis apa πŸ˜›

    hihihihi ya udah, yang jelas, nia masih ngutang postingan tragedi keberangkatan hihihihi, klo dimas ngutang postingan tragedi pulang πŸ˜€

  3. aaakkkkkhhh!!! gak usah diceritain yang itu… *panik* πŸ˜†

    what? melewatkan IYUH MOMENT of the MONTH? gak mungkin, chik, gak mungkinnnn!!! (rofl)

  4. Coment dulu pha nunggu lanjutannya ya..? Soalnya pingin tau ada apa dgn Hanny? Dimas d tertawai, Chika sakit, nah kalo Hanny..? Jgn dua2nya ya.., hehehe..

    Hanny… foto-foto. Hihihi *tetep*

  5. wah seru mba … Pingin nih kesana, pingin jitakin patung singa

    Eh BLOG saya sudah ber-Evolusi, tapi tetep aja tulisannya payah … Di cek ya mba …

  6. jadi makin pengen….
    mungkin emang bener tuh yang jaring tasnya nyangkut berjodoh….
    hehehe….
    ktemukan cinta di negeri singa…
    tsaaaaaaaah….
    gubrak….

  7. Ya ampunn Mbak Hannyy … Seru banget pengalamannyaa … Huaaaa Pengen BANGET ke Orchard Road …

    yuk yuk, jalan2 yuk! πŸ™‚

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekendβ€”I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeβ€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP