Ada masa-masa tertentu dalam hidup saya ketika saya iri kepada perempuan-perempuan cantik*. Bukan dalam arti ‘iri’ di mana saya lantas hendak mencakar-cakar wajah mereka, tetapi rasa ‘iri’ yang berharap.

Ya, saya juga ingin bisa secantik mereka.

picture-12

Semasa SMU dan tahun-tahun pertama di bangku kuliah, saya memang mengalami masalah kepercayaan diri yang cukup akut–jika dan hanya jika, berhubungan dengan penampilan.

Saya termasuk siswi yang aktif di organisasi dan punya banyak teman. Sehari-hari, sepertinya saya ceria-ceria saja dengan segudang kegiatan. Namun, yang tidak diketahui kawan-kawan saya (dan tak pernah saya ceritakan kepada siapa-siapa) adalah: dengan berat badan yang melebihi angka ideal jarum timbangan, wajah berminyak yang jerawatan, serta rambut yang lurus masai, saya sama sekali merasa tidak menarik, apalagi cantik.

Hal ini terus-terang, membuat saya merasa depresi.

Kebanyakan kawan-kawan saya di SMU adalah perempuan-perempuan cantik. Bahkan mereka yang dianggap jajaran ‘paling cantik’ dalam satu angkatan. Berada di lingkaran yang sama dengan mereka, seringkali membuat saya tidak percaya diri.

Bisa sangat menyebalkan (dan menyedihkan) terkadang, jika kami berjalan-jalan ke suatu tempat dan bertemu dengan sekumpulan cowok-cowok yang kemudian sibuk menanyakan nomor telepon kawan-kawan saya, tetapi tidak menanyakan nomor telepon saya.

Parahnya lagi, teman-teman perempuan saya yang cantik-cantik ini baik. Tidak culas dan sering mendelik-delik mengerikan seperti yang sering terlihat dalam sinetron-sinetron.

Kami pergi ke salon bersama (meski kami potong rambut di salon yang sama, saya selalu merasa si tukang potong rambut telah berkonspirasi untuk memberikan saya potongan rambut paling aneh), berbelanja bersama, nongkrong bersama, mencurahkan isi hati…

Seandainya mereka jahat, mungkin saya bisa membenci mereka. Tetapi tidak. Mereka baik. Lucu. Menyenangkan. Dan cantik. Dan saya jadi merasa lebih iri lagi. Saya tidak bisa membenci mereka, sekaligus juga merasa sulit untuk menyukai mereka sepenuhnya. Kekaguman saya bercampur dengan kesadaran bahwa saya tidak akan pernah bisa menjadi secantik mereka.

Pada masa-masa inilah saya biasanya kesal mendengarkan jawaban para Putri Indonesia ketika mendapat pertanyaan klise: Ingin menjadi cantik tetapi bodoh, atau jelek tetapi pintar?

Rata-rata menjawab jelek tetapi pintar dengan tameng standar semacam inner beauty dan lain sebagainya. Saya pikir, jika saya yang mendapatkan pertanyaan itu, saya akan menjawab: cantik tetapi bodoh.

Mengapa?

Karena orang bodoh masih bisa belajar supaya menjadi pintar. Tetapi orang jelek susah menjadi cantik, kecuali jika melalui operasi plastik (ya, pada masa itu saya masih sangat sinis, sehingga harap jawaban tersebut dimaklumi). Kecantikan itu given. Diberikan. Bukan achieved atau dicapai.

Saya seringkali berpikir, alangkah menyenangkannya menjadi cantik seperti mereka. Cowok-cowok mengantri mengajak mereka kencan. Bunga-bunga yang dikirimkan pada saat Valentine. Kemudahan mencari uang saku dengan menjadi SPG, model iklan, pemain sinetron, atau model rambut.

Namun, menjelang berakhirnya masa-masa kuliah, ada banyak hal yang saya ketahui mengenai perempuan-perempuan cantik ini, yang dulu tidak saya ketahui sama sekali.

Salah seorang kawan saya yang cantik itu dan sudah berpacaran dengan seorang lelaki selama bertahun-tahun, ternyata sering menyayat dirinya sendiri dengan silet. Katanya ia merasa tak dicintai oleh kekasihnya itu, dan menyayat diri seringkali berhasil membuat kekasihnya merasa bersalah, sehingga lelaki itu kemudian memberikan perhatian lebih kepadanya.

Seorang kawan saya yang lain lagi, yang sering menjadi model di sana-sini, menjadi istri simpanan seorang lelaki yang sudah berusia hampir 50 tahun. Sang lelaki sudah memiliki anak yang usianya lebih tua dari kawan saya itu. Hanya beberapa lama setelah mereka menikah dan dikaruniai seorang anak, sang lelaki menceraikan kawan saya. Menghancurkan hidupnya dan membuatnya depresi.

Kawan cantik saya lainnya lagi ternyata mengidap penyakit serius. Pantas saja ia begitu langsing. Selama ini, ternyata ia menyembunyikan kenyataan bahwa ia sakit parah. Perempuan cantik lainnya mengetahui bahwa kekasihnya berselingkuh dengan perempuan lain (yang menurutnya, tidaklah lebih cantik dari dirinya). Yang lainnya lagi masih terus menjalin hubungan selama bertahun-tahun lamanya dengan lelaki yang sering memukulinya hingga biru lebam, karena menurutnya, ia sangat mencintai lelaki itu.

Mendengarkan kisah-kisah ini membuat saya berpikir, bahwa ternyata menjadi cantik tidak membuat kita kebal dari rasa sedih. Rasa sakit. Terluka. Dikhianati. Hanya saja rasa itu termanifestasi dalam bentuk yang berbeda. Tetapi ternyata semua orang masih saja tersakiti dalam caranya sendiri-sendiri, tak peduli apakah mereka cantik atau biasa-biasa saja.

Lantas saya teringat percakapan saya dengan seorang kawan beberapa waktu lalu:

Me: Why would you want to be beautiful?
M: Because I want to be loved.
Me: Why would you want to be loved?
M: Because… I want to be happy.
Me: Meaning, you don’t want to be beautiful, actually. Am I right? You just want to be loved, and be happy. What if you’re beautiful, but unhappy? I knew lots of beautiful women who are unhappy. Trust me.

Menjelang tahun-tahun terakhir kuliah hingga kini, saya tak lagi risau perihal menjadi cantik.

Saya tahu, ada begitu banyak hari dalam masa remaja saya dahulu, di mana saya membuangnya begitu saja dengan meratapi diri di depan cermin dan mencoba membandingkan apa yang saya lihat di sana dengan kawan-kawan saya, atau model-model di majalah (jauh banget hehehe). Saya tak menyalahkan siapa-siapa, saya hanya berpikir saat itu saya masih berada dalam masa jahiliyah 😀 Masa-masa itu adalah proses, yang mungkin memang harus saya lewati untuk bisa berada dalam jalan pemikiran dan sikap yang saya ambil saat ini.

Kini, saya masih mengagumi perempuan-perempuan cantik, namun tidak pernah lagi merasa iri. Juga tak lagi risau mengenai menjadi cantik. Karena saya tahu bahwa yang paling penting bukanlah menjadi cantik, tetapi menjadi bahagia.

Dan untungnya, untuk berbahagia, Anda tidak perlu menjadi cantik 😉

——————–

:: untuk M, yang masih seringkali risau karena menganggap dirinya tidak cantik.

*) cantik di sini berarti penampilan fisik; termasuk struktur tulang dan karakteristik wajah/tubuh; yang dianggap mendekati ideal menurut mayoritas masyarakat di suatu wilayah tertentu.

Gambar dipinjam dari sini.

hanny

37 Responses

  1. yang penting bukan masalah jelek tapi pintar, atau cantik tapi bodoh,, tapi bagaimana cara kita mengatasi semua persoalan yang timbul dalam hidup kita..

    memang kebanyakan, pandangan orang terhadap kita itu penting, tapi cara kita memandang kita sendiri adalah yang terpenting. 😉

    setuju! 🙂

  2. Bagi saya (yang cowo ini), cewe cantik plus seksi itu pintar, cerdas, berwawasan luas, mandiri. Apalagi ditunjang dengan fisik yang ok, lengkap sudah keseksian tuh cewe. Sebaliknya, cewe yang oon, lemot, manja, justru ga menarik sama sekali, sekalipun ditunjang sama fisik yang ok.

    cewe cantik plus seksi itu pintar, cerdas, berwawasan luas, mandiri. Apalagi ditunjang dengan fisik yang ok, lengkap sudah keseksian tuh cewe. –> all in one package namanya 😉

  3. kalo ngomongin soal cantik, jadi inget postingan di blog lama 2 tahun yang lalu… 😆

    saya pernah nulis begini:
    walaupun kadang-kadang kita suka liat model-model jelita itu berpose dengan cantiknya dalam baju-baju menakjubkan yang sebenernya seh CUMA keliatan bagus karena mereka yang pake, kita kadang cemburu and kesal karena mereka mengintimidasi kita for not having the perfect body, the perfect hair, perfect size, teeth for every lil’ things that we are not. Trus dengan nakalnya kita bakalan memasang stereotype seolah-olah cewek-cewek itu ga punya otak, lemah otak, ga bahagia, cuma gara-gara mereka keliatan hebat and sempurna (rings a bell, gals…?). WHY??? First of all, coz it hurts to know when we lose “the real beauty contest” to someone more beautiful … (I’ve been there before… hehehehe) and it spreads to be unpleasant intimidating feelings of ‘everything-in-me-is-wrong’!! That’s sucks!!

    dan ngomongin cantik memang meninggalkan perdebatan yang panjang akan arti cantik itu sendiri.. :mrgreen:

    it left me with the big question also … am I beautiful? Am I considered beautiful?

    Well, ARE YOU??

    whew, saya pikir chic harus bikin postingan khusus soal ini. sudut pandangmu soal bagaimana kita biasa nakal mencap cewek-cewek cantik sebagai airheads itu menarik. membuat saya ingat pepatah: sirik tanda tak mampu 😀

  4. It was the wicked and wild wind
    Blew down the doors to let me in.
    Shattered windows and the sound of drums
    People couldn’t believe what I’d become
    Revolutionaries Wait
    For my head on a silver plate
    Just a puppet on a lonely string
    Oh who would ever want to be king?

    viva la vida, hanny… 🙂

    And the tears come streaming down your face
    When you lose something you cannot replace
    When you love someone but it goes to waste
    Could it be worse?

    Lights will guide you home
    And ignite your bones
    And I will try to fix you 😉

  5. iya, ingat kata pepatah Cantik itu relatif, kalau jelek itu pasti. lho?
    tapi tenang aja, ada rahasia terindah dari Tuhan untukmu, dan itu hanya didapat oleh orang-orang yang berpikir..Hai Ladies…

    hihihi terakhirnya hai ladies 😀

  6. Wah postingan ini jujur banget ya Han …
    Hm Cowok cowok juga pasti pernah iri dan minder kalau berhadapan dengan cowok lain yang sekelas model LMEN …
    Setuju menjadi cantik or ganteng atau anugrah Tuhan yang gak bisa dibeli. Setuju juga bahwa menjadi cantik atau ganteng bukan jaminan mendapatkan apa yang diinginkan.
    Ada beberapa temen cowok yang super ganteng waktu SMU or Kuliah, but hm love lifenya gak lancar. Ada juga dapet istri 12 year older that he. Beneran nih.
    Teringat teman pernah bilang, “Not every beauty have all the luck … ”

    Terima diri, and always be happy. Wah ini tergantung pribadi masing masing ya.

    rada OOT, tapi hehehe model L-Men. Not my type :p *loh curhat* hihihi, ga sih, masalah selera aja 😀

  7. Seseorang mengukur kebahagiaan dengan standar yang berbeda-beda di setiap masa. Masa SMU, Kuliah, selepas kuliah…
    SMU, saat popularitas dan pengakuan adalah ‘kebahagiaan’, yang lebih cantik selalu lebih bahagia. Bertahun2 kemudian, saat kemapanan dan kestabilan hidup adalah ‘kebahagiaan’, yang kehidupannya paling bisa dinikmati adalah yang paling bahagia. 😉

    *ngawur*

    teori yang pas 🙂

  8. sepakat mbak!!
    cantik ato tampan memang menyenangkan, tapi lebih menyenangkan lagi jika kita bisa mensyukuri apa pun yang kita punya dalam hidup ini..
    saia pun (meski cowo) dulu pernah mengalami spt cerita di atas..tp untungny sekarang udah engga lagi,.

    oh ya? cerita dooong 🙂

  9. Hi Hanny! Tulisannya menggugah deh. Bicara soal cantik memang gak ada habisnya. Sayangnya, menurut pengalamanku, banyak wanita yang ingin cantik karena melihat orang lain yg (menurut mereka) lebih cantik dari mereka. Yang ada adalah mereka berusaha menjadi cantik dengan meniru yang dilihatnya.

    Padahal saya merasa banyak dari mereka yang merasa dirinya tidak cantik sesungguhnya sudah cantik dan punya ‘sisi kecantikan lain’ yang mereka lupa atau tidak mau melihatnya. dan umuya mereka suka menganggap pria yang berkata kepada bahwa mereka cantik hanya sebagai basa-basi.

    Like, you, Hanny… You are beautiful inside and out. Kalau kamu percaya kan? 🙂

    Keep writing ya!

    “mereka suka menganggap pria yang berkata kepada bahwa mereka cantik hanya sebagai basa-basi.” — strange, sahabat cowok saya baru mengatakan hal yang sama pagi ini 🙂 basically, it’s all in your mind.

  10. pernah baca novel “cantik itu luka”??
    M kudu baca tuh…
    saya setuju ma hanny, menjadi cantik bukan krn ingin dibilang cantik ma org tp buatlah diri kita cantik jgn dr fisik tp dr dalam (kepintaran, behaviour etc)
    So, M is beautiful, u are beautiful, i am beautiful and every women in a world are beautiful
    am i right??

    cantik itu luka-nya eka kurniawan, ya? saya dengar memang bagus, tapi belum sempat baca 🙂

  11. ichanx plirting detected! 😈

    pengalaman kita mirip han. tetapi aku waktu smu sering jadi bahan ejekan sekelas, cuma karena tampil biasa, dengan ukuran badan 2 kali dari yang sekarang, muka berminyak dan jerawatan, plus kacamata yang sampai akhirnya ada peristiwa menyakitkan dan membuat saya memutuskan untuk memakai softlens ke mana pun saya pergi. banyak sekali hal pahit yang saya terima pada masa smu.

    terkadang aku iri kepada mereka yang memiliki bentuk fisik indah. tapi aku mencoba menekankan, aku punya teman-teman yang luar biasa baik, kenapa aku mesti mengeluh?

    akupun introspeksi dan berusaha berbenah diri. di mana kekuranganku, di situlah yang harus kuperbaiki. aku membenahi diri, setidaknya mengurangi apa yang biasa orang cela. yang penting gak diejek lagi. capek jadi bahan celaan, apalagi kalau menyangkut fisik. 🙄

    btw hanny itu cantik luar dalam kok. 😉

    *ini bukan flirting*

    memeluk chika erat 😀

  12. menjadi cantik itu perlu terutama buat sang suami…cantik diluar dan cantik dari dalam…tiu puenting banget…siapa sih suami yang ga ingin istrinya terlihat cantik

    cantik=senyum, berdandan untuk suami

    ah, suaminya pasti bahagia 🙂 *amin*

  13. cantik itu relatif….itu yang selalu saya pegang..( trus teman saya nambahin..jelek itu mutlak..hehe). Setiap wanita pasti pernah merasa tidak cantik, jika melihat ke sosok yang dianggap lebih. Manusiawi sih…

    sampai sekarang, saya masih sering dibilangin “aduh..kok tambah gemuk sih..?”…aku jawab aja, “iya..soalnya bahagia..”

    intinya, mindset yang harus dirubah. Harus kita yang pertama memuji diri sendiri…

    Dear mbak hanny, terima kasih udah ngingatin kita lagi….

    aku suka itu, bahwa kita yang pertama memuji diri sendiri 🙂 very inspiring. sama bahwa kita nggak bisa mengharapkan orang lain menghargai kita kalau kita menganggap rendah diri sendiri 🙂

  14. Jadi bingung harus komen apa klo cwe udah ngomongin yang kyk gini.

    Tapi percayalah kk cwo jarang melihat sisi wanita bagian itu, kami (cowok) lebih tertarik pada behaviour.

    Cantik itu relativ, tapi charming itu absolut 😛

  15. Wah keren banget. Postingan yang pintar. Gue sampai gak bisa kasih komentar banyak, mba.

    Sekarang gue lebih semangat untuk belajar membuat postingan-postingan yang lebih pintar tapi dengan konsep berbeda. Semoga berhasil. 😀

  16. Jeng hanny, melihat wanita cantik memang menyenangkan, membuat penasaran untuk kenal. Namun, buat gw pribadi, mata ndak bisa berbohong. Seorang cantik ndak bisa menyembunyikan kecerdasannya (atau kebodohannya) di balik tatapan matanya.

    Buat gw, hanny cantik, memang bukan secantik model atau peragawati ibu kota (kok kayak warkop ya?), tapi hanny punya mata yang menampilkan kecerdasan. Memang, kenyataannya hal itu sudah terbukti kan? Kalau hanny itu seorang yang cerdas, cantik (n plus penyuka empal gentong)

    *ini bukan flirting (maksa ya)*

  17. ya ampun mbak! beneran? banyak banget ya kasus semacam itu. duh,,, paling sedih kalo mikir, kenapa temen2 mbak, perempuan2 cantik dan baik itu s e p e r t i ga bisa menghargai dirinya sendiri? (mohon maaf kalo penilaian saya salah ….) maksudku … aku aja yang ngebaca ngerasa sakit mbak … sakit! apalagi mereka, yang mengalami!!!

    jadi pengen bikin blog juga …

  18. Hmm memang yang paling utama itu sehat dan bahagia.
    Kenyataan kalimat ini tak mudah untuk anak seusia SMA….apalagi jika lingkungannya penuh anak-anak cantik dan menjadi model.

  19. Emang cantik jgn dipermasalahkan…yg penting bahagia:-)buat apa cantik tapi menderita:-( kbnyakan org jelek bahagia mw tau knp? Coz Allah tu adil ga mgkn dah jelek menderita lagi..he..he..kacian bgt tU org..jgN ampe bunuh diri yea…tenGok aja ariel peterPan dah dapetin lunamaya ratu sejagat masih kecantol ama aura kasih..ya kalo dibAndingin mah jaUh b9t Antara langIt dan bumi…cakepan lunamaya kal3eeee …luna yg sAbAr ya

  20. Wauw, ternyata mbak hanny dan tante chika pernah (juga) mengalami masa-masa seperti itu. Gak nyangka 😀

    Saya punya beberapa teman yg jg si Cantik yg ternyata kisahnya tak sempurna. Sayangnya di antara rasa tulus pertemanan kami nyelip jg rasa iri.
    Hidup masing2 orang sudah ada porsinya, itu yg coba saya yakini sekarang utk menepis rasa iri. Walau susah jg sih :mrgreen:

    Tfs 🙂

  21. 🙂 bagus banget han tulisannya,.. nyata ya kasusnya..semua orang ngalamin..
    menurut saya …yang paling penting itu bahagia, percaya sama diri kita, kemampuan kita.. saya kurang sependapat kalo orang tidak cantik itu lebih banyak yg bahagia, ( atau mungkin sudah ada penelitian yang menunjukkan hal itu), karena setau saya, banyak orang cantik yang juga bahagia.

    setiap orang dibekali akal dan perasaan.. artinya setiap orang pasti bisa merasa kurang pede, tertekan, bahagia dan ga bahagia.. bahkan orang paling cantik pun..tetap selalu akan merasa kurang..kalau dia ga memiliki kepercayaan akan dirinya sendiri..
    kalau menurut saya, kebanyakan kasus orang cantik yang berusaha mencari perhatian dengan cara ‘ekstrim’ atau memilih ‘jalan hidup’ yang kurang bisa diterima masyarakat..mungkin karena lingkungan tempat mereka tumbuh, ‘meyakini’ bahwa tampilan luar adalah segala-galanya, sehingga mereka tmbuh dengan keyakinan seperti itu. Ketika bertambah usia, ketakutan untuk kehilangan harta ‘satu-nya’ mulai menghantui pikiran mereka, dan mengakibatkan mereka melakukan jalan keluar yang menurut mereka akan berhasil. (operasi plastik, percobaan bunuh diri, menimbun kekayaaan dengan menjadi istri simpanan).
    Orang cantik juga memiliki masalah mereka sendiri, mereka harus membuktikan dengan usaha lebih bahwa yang mereka miliki tidak hanya kulit luar, tetapi juga isi kepala dan hati, karena masih banyak orang diluar sana yang selalu menghubungkan wajah cantik dengan otak kosong…
    Intinya cantik itu memang karuniaNya,.. dan Tuhan juga memiliki beraneka karunia yang berbeda2 pada setiap ciptaanNya,.. setiap karunia itu memiliki manfaat yang berbeda beda.. tugas manusia yang menerima adalah mengerti dan memanfaatkan untuk hal positif karunia yang telah diberikanNya..

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP