Tahun 1958.

Novelis John Steinbeck membalas sebuah surat yang dikirimkan anak lelakinya, Thom. Saat itu, Thom tengah jatuh cinta pada seorang gadis bernama Susan—yang ditemuinya di sebuah sekolah berasrama. Steinbeck menulis, “Don’t worry about losing. If it is right, it happens. The main thing is not to hurry. Nothing good gets away.

Tadi Malam.

Pada akhirnya kita bertemu juga, di sebuah rumah pantai dengan pintu-pintu besar. Aku bisa melihat laut dan pasir dari ranjang besar tempatku berbaring tertelungkup, membaca sebuah buku. Kamu berdiri di dekat jendela. Sosokmu bermandikan matahari. Semua putih. Kemeja dan celanamu, gaun pantaiku, sofa, pintu, dinding, seprai, dan bantal-bantal. Segalanya seperti terang dan berkilauan, seperti warna-warna yang biasa kau lihat dengan mata terpejam di bawah sinar terang.

Man.

If the man is known to you, then seeing a man in your dream may reflect your feelings and concerns you have about him.

Pada yang sekejap itu, aku melihatmu dan tidak ingin berpaling lagi. Aku bertanya padamu, di mana kita. Sebuah pulau di Filipina, katamu. Di sini, arus dari tiga tempat bertemu. Belakangan aku mencarinya, hampir yakin bahwa tempat itu sungguh-sungguh ada. Kemudian aku menemukan El Nido, pulau dengan pasir putih dan gua-gua, laguna dan batu karang, 238 kilometer di barat laut Puerto Princessa, ibukota Palawan, Filipina—dibatasi Semenanjung Linapacan di Utara, Laut Sulu di Timur dan Laut Cina Selatan di Barat. Inikah yang kamu maksudkan dengan arus dari tiga tempat?

Beach.

To see the beach in your dream symbolizes the meeting between your two states of mind. The sand is symbolic of the rational and mental processes while the water signifies the irrational, unsteady, and emotional aspects of yourself. It is a place of transition between the physical/material and the spiritual.

Aku mendengarkanmu mengutip puisi-puisi dari masa yang jauh. Kamu mengingatkanku pada Gibran. Rumi. Neruda. Yeats. Dan The Falling of The Leaves pecah di atas bibirmu:

Autumn is over the long leaves that love us,
And over the mice in the barley sheaves;
Yellow the leaves of the rowan above us,
And yellow the wet wild-strawberry leaves.

The hour of the waning of love has beset us,
And weary and worn are our sad souls now;
Let us part, ere the season of passion forget us,
With a kiss and a tear on thy drooping brow.

Bed.

If you are waking up in a different and/or unknown bed in your dreams, then it represents the consequences of the decisions you have made. The dream may also be a pun on the completion of a project and “putting it to bed.” If the bed is made, then it symbolizes security.

Kita bicara hingga langit gelap. Kelak, kamu akan bertanya mengapa kita hanya bicara hari itu. Aku akan menjawab, that’s the sheer beauty of it. Bagaimana kita bisa berbincang tanpa henti selama 12 jam, sambil memandangi pasir dan lautan. Kamu tidak akan menemukan kesenangan semacam ini dalam diri sembarang orang. Temanku bilang, you’ve got to be on the same wavelength. Mungkin demikian. Seperti laut yang berdebur di sana itu. Kita menemukan tanpa pernah saling mencari. Bukankah tak ada yang bisa lebih romantis lagi daripada itu?

Sand.

To see sand in your dream signifies a shift in perspective or a change in your attitude. Consider the familiar phrase, “the sands of time”—in which it may be suggesting that you are wasting your time or letting time pass you by.

Aku memberikanmu kutipan Steinbeck itu, ketika kamu mempertanyakan perihal waktu. Bahwa kita tak perlu terburu-buru. Nothing good gets away. Kamu bilang kita berbicara bahkan ketika kita sedang tidak mengatakan apa-apa. Kita bercakap pada setiap langkah yang tergesa di pagi hari, pada secangkir air putih ketika kita terbangun menjelang dini hari, pada hujan, panas matahari, kerikil dan bunga-bunga ungu yang bergantung rendah dari cabang-cabang pohon di depan rumah seseorang, pada kubah-kubah di angkasa yang menebar kala senja: pada baris-baris kata yang kugoreskan di atas lidahku seusai berdoa.

Sea.

To see the sea in your dream represents your unconscious and the transition between your unconscious and conscious. As with all water symbols, it also represents your emotions. It brings about hope, a new perspective and a positive outlook on life no matter how difficult your current problems may be.

Aku seperti melihat upakara-upakara di sepanjang jalan menujumu. Pada saat-saat seperti ini, sebagaimana pemeluk ritual yang taat, aku hanya bisa percaya. Kita tidak pernah bisa yakin. Tidak ada yang pasti, bahkan untuk sesuatu seperti perasaanmu sendiri. Hingga pagi itu, ketika rangkaian huruf-huruf memecah di udara, turun ke atas dirimu, ke atas diriku, menyesap ke dalam benak kita yang bermain-main di antara jarak ribuan kilometer, menyelimuti kita. Hangat.

Sun.

To see the sun in your dream symbolizes peace of mind, enlightenment, tranquility, fortune, goodwill, and insight. It also represents radiant energy and divine power. Generally, the sun is a good omen, especially if the sun is shining in your dream.

Kita bermandikan cahaya matahari di El Nido waktu itu. Pulau dengan pasir putih dan gua-gua, laguna dan batu karang, 238 kilometer di barat laut Puerto Princessa, ibukota Palawan, Filipina—dibatasi Semenanjung Linapacan di Utara, Laut Sulu di Timur dan Laut Cina Selatan di Barat. Tempat tiga arus bertemu, demikian katamu. Seperti sesuatu yang telah dirajahkan di hatiku pada kehidupan-kehidupan sebelumnya, seperti pengetahuan purba yang sudah tersimpan dalam 4 pasangan basa A, C, G, T dalam DNA-ku jauh sebelum diriku: aku tahu, di sinilah, pada saatnya nanti, kita akan bertemu.

Sampai waktunya tiba,

H.

hanny

14 Responses

  1. Hanny, karena kamu nich aku sekarang berburu Murakami. Ah, tergoda jadinya untuk baca bukunya yang lebih lengkap. Sekarang…apakah aku harus berburu Rumi juga? πŸ™‚

  2. Dear Mbak Hanny,
    sekarang aku jadi penasaran ama murakami dan Rumi (pengen bacanya),
    dan selalu ketagihan mampir di blognya mbak hanny dengan fairy wordsnya,
    ditunggu terus postingannya ya…

    πŸ™‚

    1. Ah, makasih banyak mau meluangkan waktu mampir di sini ^^
      Kalau mau baca-baca Rumi di Internet juga banyak kok, ada PDF-PDF yang bisa didownload. Coba aja dulu, nanti kalau suka baru coba cari bukunya πŸ™‚

  3. wah..lama gak tengak tengok ne blog eh..dah berubah cat. lebih fresh dan okay, han..keep write..lm ur diam2 admiror..hihi

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekendβ€”I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeβ€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP