You hold me tight, but I’m a dancing kite.
The wind catches me at night, tosses me lightly out of sight.
The stretch of the string’s a distance we need to work on.
But just grab me, hurry, before I fell to the ground.

Patagonia Bar di La Rambla 116 mungkin tak terbiasa kedatangan tamu pada pukul 10 pagi. Para pelayan masih sibuk menyapu lantai, juga menata meja dan kursi. Sementara Olivier—si pemilik bar juga masih mengelap gelas-gelas basah dengan wajah mengantuk. Bau alkohol menguar di udara ketika ia berbicara (“Want some cocktails?”). Mungkin ia belum tidur sehabis berpesta-pora semalaman. Di Barcelona, klub-klub baru mulai ramai menjelang pukul dua pagi, dan pesta sesungguhnya baru dimulai pada pukul tiga dini hari.

“Aku suka memandangi orang-orang yang sama sekali asing,” pernah kukatakan padamu hal ini suatu hari. “Dan aku akan bertanya-tanya serta menyusun cerita dalam benakku: siapa mereka, apa yang mereka pikirkan, akan ke mana mereka setelah ini, hal apa yang pernah mereka alami di masa lalu yang membuat mereka menjadi seperti sekarang ini?”

Misalnya lelaki dengan anjingnya itu.

Mungkin hidupnya tak selalu seperti itu. Mungkin dulu ia punya kawan-kawan. Mungkin anjing itu datang kemudian, dan mereka berdua bertahan: ia tak ingin lagi sendirian, anjing itu mencari sedikit makanan dan perlindungan. Kemudian keduanya sadar, bahwa mereka saling membutuhkan. Yang satu membuat yang lain merasa lebih baik. Dalam hidup, terkadang itu cukup. At least, you have a reason to live.

Kamu bilang, kamu mengerti. Kamu pun terkadang mempertanyakan hal yang sama, meski mungkin tak sekerap aku. Satu hal yang tak kukatakan kepadamu: aku juga melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu, dan mereka-reka cerita tentang kamu dalam benakku. Aku sadar ada begitu banyak hal tentangmu yang tidak kuketahui hingga saat ini.

Seperti bapak tua yang tengah merapikan perhiasan-perhiasan di sebuah kios dekat dermaga, aku pun kemudian merapikan pertanyaan-pertanyaan untukmu dalam kotak-kotak kategori: hidup, cinta, keluarga, sahabat, masa-masa sulit, karir… dan begitu seterusnya, seperti dalam kolom-kolom astrologi.

Sore harinya, dari sebuah kedai kopi di kelokan Double Beates—aku menangkap sosok seorang lelaki yang tengah merokok bersandar di beranda bangunan apartemen yang terletak persis di seberang tempat dudukku.

Lalu aku bertanya-tanya mengapa ia berdiri di sana membelakangi jalanan di bawahnya. Ia justru memilih untuk menghadap ruangan tempat ia sebelumnya berada. Apa yang dilihatnya di dalam sana? Seorang perempuan yang tengah tertidur, barangkali? Televisi yang menyala dan menayangkan siaran berita? Ataukah mungkin ia memang tidak tengah memandangi apa-apa?

Dan kamu, apa yang sedang kamu lakukan saat ini? Apa yang kamu pikirkan ketika kamu bersandar di ambang jendela apartemenmu pada pagi hari, menikmati sinar matahari? Apakah kamu akan memandang ke luar, ke jalanan ramai di bawahmu—atau ke dalam ruangan? Apakah kamu akan bertanya-tanya apa yang sedang kulakukan saat itu, di mana aku, dan apakah aku tengah memikirkanmu seperti kamu yang tengah memikirkanku?

Kamu selalu bilang bahwa hidup ini lucu. Penuh dengan hal-hal sederhana yang tak pernah kamu duga keajaibannya. Aku juga berpikir begitu. Termasuk tentangmu. Tentang hal-hal yang tak pernah melintas di benakku: tentang hari ketika aku sedang tidak mencari apa-apa dan kemudian menemukanmu itu, juga tentang tanda titik dua dan kurung tutup ketika kamu tahu aku akan bertandang ke Camp Nou. Jadi hal-hal sederhana semacam pemandangan rumput  yang menghijau, tiang-tiang gawang bercat putih, serta bangku-bangku stadion berwarna biru-kuning itu juga menjelma lucu di mataku. Karena semuanya membuatku teringat kamu.

Malam harinya, aku menjengukkan kepala ke dalam galeri Hector Fernandez—yang terletak tepat di seberang apartemenku. Seorang perempuan sedang berlatih melukis di sana. Ia tersenyum ketika melihatku, kemudian kembali menunduk menekuni pekerjaannya di atas kanvas, dikelilingi cat minyak dan akrilik (tidakkah kamu suka bau cat semacam ini?).

Aku, aku sudah melukismu berkali-kali dalam benakku (hanya kamu, bukan kita—karena kita rasanya terlalu dini). Dalam benakku ada kamu: sendiri, duduk di sebuah kedai kopi, menunggu. Sesekali kamu akan membersihkan lensa kameramu lalu melihat foto-foto yang sudah kamu ambil hari itu. Kemudian kamu akan merasa sedikit bosan, lalu memandang ke sekelilingmu (juga ke arah pintu).

Kamu akan melihat orang-orang, lalu-lalang, atau duduk berpasangan. Dan kamu akan mulai mempertanyakan siapa mereka, apa yang mereka pikirkan, akan ke mana mereka setelah ini, hal apa yang pernah mereka alami di masa lalu yang membuat mereka menjadi seperti sekarang ini…

Awalnya kamu tak memperhatikan ketika pintu depan berdenting terbuka.

Tetapi beberapa detik kemudian kamu menangkap bayangan itu dari sudut matamu: seseorang berjalan mendekat, bergegas menghampiri mejamu. Kamu mengangkat wajah dan tersenyum ketika melihatku berdiri di hadapanmu. Aku akan membalas senyummu, mencuri satu sesap dari cangkir kopimu, lalu berseru: “Baiklah, sekarang tanyakan padaku semua pertanyaan-pertanyaan itu!”

Quisiera que estuvieras aquí,

H.

hanny

18 Responses

  1. Hanny, aku suka sekali postingan2 ini *diulang, saking senengnya* :). Ouw udah lama, ah see…ditunggu edisi2 selanjutnya yah, ditungguin :D… aku cuma keliling Jerman, trus pulangnya mampir Barcelona sblm ke Jkt lg 🙂

  2. ke Barcelona kok ga ngomong2, kan bisa titip jersey kak 😛
    Eh ke pantainya ga? seru tuh kalo naik subway, keluar stasiun udah di pantai 😀

    1. Itu… Mas Iman tau kok… biasanya dia jadi kantor berita, kalo dia tau semua tau 😛 Baiklah doakan kita ke sana bersama, Mas Hedi, jadi ga usah titip jersey, bisa langsung beli sendiri 😀 iya, aku ke pantainya hihihihi banyak yang topless 😛

  3. Ah… tulisan tulisan di beradadisini selalu membuat hati ku tenang dang berbunga- bunga….
    I verry like Your style to writting…
    selalu tenang dalam merangkai kata- kata… sangat indah…
    Ah….
    aku terhanyut lagi dalam tulisan ini… 🙂

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP