Jarak punya caranya sendiri untuk memberi kita waktu. Memberi kita ruang. Membuat kita melihat lebih jelas.

Terkadang kita perlu mendekat demi terekspos pada detail: derai hujan semalaman, aroma kopi yang tertinggal di udara, halusnya pasir dalam genggaman, cinta yang mendekati selesai, sebuah akhir. Terkadang kita perlu menjauh demi terpapar pada kenyataan: jalanan yang banjir akibat hujan seharian, cangkir kopi yang sudah lama kosong, sampah lengket yang menyangkut dekat garis pantai, kesempatan kedua, sebuah awal.

Tak mudah mengakrabi jarak. Ia hadir secara acak. Jauh-dekat hanya merupa garis-garis buram ketika dilewati dalam kecepatan maksimum. Ada saatnya kita tak tahu kapan harus menarik jarak, dan kapan harus melesak dalam. Ada saatnya kita tak tahu kapan harus memagari hati atau menitipkannya pada orang lain.

Tapi jarak adalah teman yang baik. Pelan-pelan, jarak mengajari kita bahwa sesuatu yang indah akan tetap indah, baik ketika dilihat dari jauh maupun ketika dilihat dari dekat.

hanny

23 Responses

  1. hosh..
    seperti ada sesuatu yang ingin melesak keluar setelah membaca tulisan ini :’)
    ah tapi biarkan saja dia tetap didalam.. tetap dengan jaraknya 🙂
    keren euy!

  2. Akhirnya kita harus memilih..
    satu yang pasti..
    mana mungkin terus jalani..
    cinta begini..

    karna cinta tak akan ingkari..
    takan terbagi..
    kembalilah pada dirinya..
    biarku yang mengalah..
    aku terima..

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP