David Nicholls, 2009 | 435 halaman

You can live your whole life not realising that what you’re looking for is right in front of you.

Kisah Emma dan Dexter bermula pada suatu malam, selepas wisuda. Keduanya menghabiskan satu hari terakhir bersama, kemudian berpisah untuk menempuh jalan hidup masing-masing. Emma, sang aktivis, memutuskan bergabung dengan sebuah kelompok teater, sementara Dexter–yang berasal dari keluarga berada, memutuskan untuk bertualang berkeliling dunia.

Dari sinilah kisah mereka bermula. Tentang Dexter dan kekasih-kekasihnya, petualangan cinta yang seakan tidak pernah berakhir, karir yang ditekuninya sebagai bintang televisi, serta kartu pos dan surat-suratnya untuk Emma. Dan Emma; yang terpuruk menjadi pelayan di sebuah restoran Mexico, berbagi flat kecil dengan seorang kekasih yang selalu berharap bisa menjadi komedian, serta surat-suratnya untuk Dexter.

We’re Dex and Em. Em and Dex,” demikian yang sering dikatakan Dexter kepada Emma. Tetapi, benarkah?

One Day adalah sebuah novel yang berkisah tentang betapa sia-sianya “jika saja”. What-if. Nicholls membawa kita larut dalam percakapan yang terkadang sinis, terkadang manis, antara Dex dan Em. Momen-momen kecil yang membuat kita berkaca-kaca. Pertengkaran hebat yang penuh dengan air mata. Dan tentunya, perjalanan roller-coaster mengikuti benang-benang yang terjalin antara Dex dan Em.

Apakah sebuah persahabatan bisa bertahan selama lebih dari 20 tahun? Ataukah… yang bertahan itu cinta?

“Dexter, I love you so much. So, so much, and I probably always will. I just don’t like you anymore. I’m sorry.” – Emma Morley

hanny

15 Responses

  1. ini lebih berdarah dan lebih dewasa dari perahu kertas, karena ini hubungannya dari orang umur 20an sampai 40an πŸ˜€ jadi gimana ya, nyesek gitu nic πŸ˜€

  2. Apakah sebuah persahabatan bisa bertahan selama lebih dari 20 tahun? Ataukah… yang bertahan itu cinta?

    ouch! ring my bell…. 😈
    jadi membuka kembali pertanyaan lama saya, apakah benar laki-laki dan perempuan bisa bersahabat dengan tulus tanpa ada “embel-embel” lain…

  3. Halo Hanny, tulisannya menarik. Tapi tolong email saya : [email protected] yg terlink dengan langganan posting diblog ini di delete aja, karena selama saya merasa terganggu dengan kiriman posting dri blog ini. Thanks,

    Salam
    Marwan

    errr, memang bisa saya yang hapus ya, mas? πŸ˜€ saya tidak pernah melink email orang dengan blog saya. kalau Mas mendapat kiriman posting, mungkin dulu Mas pernah mendaftar semacam RSS blog saya, entah di Google reader atau apa, sehingga mendapat kiriman postingan. jadi sepertinya memang mas marwan sendiri yang perlu melakukan unsubscribe untuk mematikan RSS ke blog saya di email mas. makasih, mas!

    1. cucoook! πŸ˜€ murakami-nya yang mana? udah pernah baca yang “south of the border west of the sun” belum? πŸ˜€ belakangan temen ngelamunnya pake film korea depresi, dit. dikasih tips ini sama dimas πŸ˜€

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekendβ€”I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeβ€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP