Pesta Blogger, ya…

Hmm, acara yang satu itu memang akan selalu punya kenangan spesial buat saya. Bukan hanya karena acara itu menjadi awal pertemuan saya dengan kekasih (cih, curcol!), tapi karena memang selama tiga tahun terakhir saya ikut membantu para Chairman mengurusi hal-hal di balik layar Pesta Blogger itu sendiri (misalnya menyeterika kemeja Chairman):

Selain itu, perusahaan tempat saya bekerja juga membantu mengorganisasi acara ini.

Tidak bisa dipungkiri, saya memang merasa dekat dengan ajang itu. Dan gara-gara percakapan seputar Pesta Blogger di Twitter hari ini, saya hanya ingin numpang bermimpi. Mimpi tentang Pesta Blogger, yang juga sudah sempat saya bagi sedikit dengan @anakcerdas 🙂

Sebetulnya, ide awal Pesta Blogger sendiri adalah untuk menjadi semacam ajang tahunan bagi para blogger di Indonesia untuk bertemu muka secara langsung, bertukar informasi, membangun diskusi, serta memperluas jaringan.

Dalam perjalanannya, saya tahu bahwa memang tidak mudah mengakomodasi keinginan begitu banyak orang dengan ketertarikan yang beragam. Dan untuk ini saya salut pada para Chairman dan anggota Panitia yang selalu berusaha memuaskan kawan-kawan blogger dan berusaha mengakomodasi permintaan mereka dalam batas-batas yang dimungkinkan.

Kenyataannya, para blogger memang nggak bisa diseragamkan.

Ada yang datang ke Pesta Blogger hanya untuk bertemu kawan-kawan terutama yang datang dari daerah lain (semacam silaturahmi massal setahun sekali) kemudian berfoto-foto dan ngobrol-ngobrol santai. Ada juga yang datang dengan keinginan untuk belajar lebih banyak tentang isu-isu yang ada kaitannya dengan blog atau kebebasan berekspresi. Sebagian lagi ingin membuat semacam diskusi sehingga ada sesuatu yang bisa ‘dihasilkan’ dari Pesta Blogger.

Semua ini tidak ada yang salah. Tidak ada juga yang lebih penting dari yang lain–setidaknya menurut saya. Semua orang punya skala prioritas masing-masing.

Jika Pesta Blogger memang merupakan wadah bagi para blogger, mereka bebas memilih apakah hanya ingin ngobrol santai dengan kawan-kawan blogger sambil menikmati hiburan dan makan-makan, atau hendak membahas isu-isu serius untuk kemajuan dunia blog di Indonesia.

Sah-sah saja. Toh semua kepentingan ini masih bisa diwadahi oleh keinginan Pesta Blogger itu sendiri: menjadi semacam ajang tahunan bagi para blogger di Indonesia untuk bertemu muka secara langsung, bertukar informasi, membangun diskusi, serta memperluas jaringan.

Dalam perkembangannya, dunia Internet semakin meluas. Bukan cuma blogger yang menulis di Internet dengan menggunakan Blogspot, WordPress, Tumblr, atau Posterous, kita juga memiliki Facebook (di mana penggunanya masih bisa ‘nge-blog’ di Facebook Notes), ada juga Twitter dan Plurk (yang menjadi micro-blogging tools), juga kelompok-kelompok lain seperti Koprol, Kaskus, atau 4Square. Ditambah lagi wadah-wadah user-generated content seperti Politikana, Ngerumpi, Curipandang, dan lain sebagainya.

Saya setuju dengan Iman Brotoseno, Chairman Pesta Blogger 2009. Pesta Blogger tidak lebih dari sebuah ‘merk’. Dalam impian saya, Pesta Blogger merupakan sebuah wadah yang cair. Dia bisa bertahan sebagai sebuah ‘merk’, tidak berarti dia harus dan hanya diperuntukkan bagi para blogger.

Sebagai blogger, dan pengguna layanan new media lainnya, impian saya adalah menjadikan Pesta Blogger (atau apapun sebutannya nanti) sebagai semacam festival tahunan bagi para onliners–di manapun mereka berkiprah.

Terus terang, saya suka dengan konsep campuran Sundaze dan JavaJazz untuk diterapkan di Pesta Blogger. Kita bisa punya “stand-stand” yang disponsori brand-brand tertentu.

Misalnya, stand atau area “FASHION” di Pesta Blogger akan disponsori salah satu brand perawatan wajah. Di sana akan jadi tempat berkumpulnya para fashion blogger dan kawan-kawan Fashionese Daily. Mereka bisa membuat red carpet untuk fashion show kecil-kecilan, membuat semacam photowall yang fashionable, memberikan tips make-up dan perawatan rambut, membuka stand jualan baju lesehan dan meletakkan dagangannya di dalam koper-koper yang mereka bawa sendiri, atau membuat award dadakan untuk “Best-dress” atau “Best-costume” di Pesta Blogger. CottonInk bisa membuat lomba sebanyak-banyaknya bergaya unik dengan CottonInk on the spot.

Mengapa fashion?

Mengapa tidak? Bukankah blogger-blogger fashion macam Diana Rikasari atau Michelle Koesnadi menduduki top ranking di Indonesia Matters? Dan seru, kan, punya jiwa-jiwa wirausaha yang kreatif di bidang fashion?

Dan nggak cuma fashion, mereka yang suka IT juga bisa membuka area sendiri. Dibantu kawan-kawan Fresh!, misalnya, kelompok ini bisa mengatur siapa yang akan berbicara di sana, jam berapa, ada acara apa saja, hendak memamerkan gadget-gadget terbaru apa, dan lain sebagainya. Yang suka musik, bisa ngumpul sendiri juga dan bikin area hiburan yang diisi dengan nyanyian dan pertunjukan dari suara-suara emas macam Sita dan Elia Bintang. Bukan tidak mungkin @RollingStoneINA memberikan dukungannya. Toh mereka juga sangat aktif di ranah daring. Mereka yang tertarik dengan kuliner dan sering berbagi resep mau jualan makanan dan minuman? Yuk! 🙂

Kaskusers bisa punya area sendiri–yang di host oleh para ‘Juragan’. Teman-teman Twitter bisa punya area sendiri juga, di mana mereka bisa tweet-up dengan Twitter user dari daerah lain; kompak memakai kaos Twitter–dan kemudian merancang sebuah aksi live-tweeting dari arena Pesta Blogger untuk memperkenalkan aksi-aksi positif yang pernah digalang kawan-kawan Twitter di Indonesia kepada dunia, misalnya.

Yang mau diskusi? Bukannya tidak mungkin kita alokasikan satu ruangan sendiri untuk dijadwalkan diskusi-diskusi yang lebih serius; misalnya mengenai ranah Internet dengan Pak Menteri @tifsembiring. Atau mengenai isu-isu sexual harassment di Internet dan pemberdayaan perempuan bersama Mbak @sofiakartika. Tentang bagaimana anak muda bisa membuat perubahan lewat proses pembelajaran kreatif di kafe-kafe dengan @nicowijaya. Tentang bagaimana brand/perusahaan bisa menggunakan Twitter untuk memancing diskusi dan mengatasi keluhan secara positif bersama @blitzmegaplex. Tentang menggagas social movement lewat milis dan blog seperti Blood for Life. Tentang menerbitkan buku bersama Mbok Venus dan Silly.

The possibility is there. The chance is endless.

Yang menjadikan ranah daring menarik adalah karena dia ‘niche’. Saya tidak dipaksa membaca hal-hal yang tidak penting (atau kurang penting–atau kurang menarik) bagi saya. Saya bisa memilih informasi yang saya suka dan relevan dengan kebutuhan saya.

Impian saya, Pesta Blogger juga ke depannya akan menjadi seperti itu. Setiap orang punya buku panduan kecil seperti yang didapatkan di Java Jazz. Bebas mau memilih berkunjung ke mana dan melihat atau mengikuti diskusi mengenai apa. Mungkin sudah bukan tempatnya lagi kita dikumpulkan dalam satu ruangan besar untuk mendengarkan diskusi mengenai satu topik beramai-ramai.

Sebagaimana ajang Java Jazz yang punya begitu banyak panggung, kita bebas mau menonton jazz yang ‘serius’ seperti Bob James, yang romantis seperti Jane Monheit, atau ikut berdesakan nonton RAN. Kita bisa kok tetap menggunakan ajang Pesta Blogger untuk memuaskan ketertarikan kita akan hal-hal dan topik-topik tertentu, tanpa melupakan bahwa kita semua ini punya suara dan andil yang besar kalau mau menyuarakan aksi bersama-sama.

Bersama-sama, lihat saja apa yang bisa kita lakukan untuk Prita, untuk berkata ‘tidak’ atau ‘pikir-pikir lagi’ terhadap RPM Konten, untuk #IndonesiaUnite… meski berbeda-beda, untuk tujuan baik, kita tetap bersatu, kok.

Bukan begitu?

Baiklah, impian saya, saya sudahi dulu di sini 🙂 *kembali lagi ke cangkir kopi berikutnya*

hanny

37 Responses

    1. segera akan dipublish dalam minggu-minggu ini, sempat tertunda karena dari tahun lalu ada beberapa pihak yang… ehm, belum menyelesaikan kewajibannya 😀

  1. Saya rasa memang Pesta Blogger tidak harus dikonotasikan dengan perbedaan elemen elemen jejaring sosial media. Dia bisa menjadi pintu gerbang untuk seluruh komunitas onliners. Seperti Java Jazz yang juga bisa menampung R & B dan rock ya han, bahkan dangdut….asal itu musik.
    BTW,
    jadi setelah ini, kamu tidak bisa menseterika baju saya lagi ?..atau nyeterika baju si..eh

  2. Yang kental terasa di setiap Pesta Blogger (at least untuk saya) adalah ekslusifitas. Either itu dr organizer atau pun pesertanya.
    Selalu aja ada pertanyaan, kalo nggak punya blog boleh ikut nggak. (kalo ada orang yang tanya itu ke saya waktu saya ajak, pasti saya jawab “tapi bisa pesta kan? yuk ikut” :P)

    Kuncinya menjadi acara bersama ya berarti memang semua bisa partisipasi. As organizer, as volunteer, as visitor or anything. Semua merasa memiliki.

    Soal nama nggak penting lah, it’s just a label. “B” nya dikecilin jadi “Pesta bLOGGER” aja udah bisa lebih valid buat semua (any of share is a log kan 😉

    To get big & bigger there’s 2 option:
    1. Make it bigger than before
    2. Have a competition, so there’ll be a comparison

    “Pesta Blogger tempat cari jodoh, saya buktinya” gitu aja Han nanti promo nya 😀 hahahaha.

    1. cih, preambule-nya bagus, belakangnya tetep ngeledek hihihihi kalo soal cari jodoh nanti yang promo adalah faniez dan yudhis yang sudah nikah aja, ram! 😀

  3. Nice idea mba !!
    Semoga pesta blogger tahun ini lebih “berwarna” dari tahun2 sebelumnya

    terus bagaimana dengan daily blogger semacam saya? Dengan adany pesta blogger diharapkan daily blogger bisa mnemukan jati dirinya 🙂

    1. ya kita bikin booth curhat sendiri aja 😉 saya juga daily blogger kok, ga bahas topik spesifik, apa yang pengen ditulis, ya ditulis 😀

  4. Sebenarnya kurang lebih ide FreShtival ya ke arah sana. Ada ruangan, ada acara di masing2 ruangan, yg dihost oleh perwakilan dari komunitas. Pengunjung mau datang ke ruangan A silakan, ke ruangan B silakan.

    Ide bagus juga kalau benar2 bisa ala Java Jazz. Toh, untuk booth teknologi, kemungkinan besar Microsoft/Acer/Intel/Kaspersky (ini kan satu bundle) pasti mau support. Topik di sini ya relate dgn teknologi.

    Booth lainnya, disponsori Mozilla (yg denger2 tertarik utk ikut membantu. Ini baru isu loh). Di sini bisa bicara ttg open source mobile dan web. Nokia gw yakin juga mau support utk hal2 seperti ini.

    Booth lainnya nodong Toyota, yang pasti akan mau bantu. Di situ semua pecinta otomotif kumpul.

    Booth kaskuser dan komunitas Detik juga bisa ada, Mereka bayar sendiri dong utk boothnya.

    Hihi, sekarang tinggal Ibu Hanny, apakah siap menjadi chairwomannya?

  5. Ide yang menarik, komprehensif dan detail.

    Meski kelihatan kompleks, ide dasarnya mestinya tidak terlalu sulit untuk diimplementasikan.

    Thanks buat share harapan-harapannya. Akan saya pertimbangkan (lho ??), hehehehe…

  6. Sepertinya ini ide yang bagus tuk vote Hanny jadi manusia kursi pesta blogger tahun ini, apalagi dah 3 tahun pejabatnya batangan semua. 😀

    Anyway, masih tidak ada ide & usaha soal mensponsori kedatangan blogger2 yang hidup jauh dari pusat kegiatan? Misalnya saya. Masa tahun ini lagi2 saya musti membentuk Aliansi Gak Ikut PB? 👿

    1. iya, gimana, ya. tahun lalu sih udah mulai dengan bikin blogshop, di mana ada Pesta Blogger lokal di daerah-daerah 😀 jadi sebenernya usaha kesana sudah ada, lho 🙂 semoga tahun ini bisa lebih terakomodasi lagi ya! 🙂

  7. Keren.

    Keywords yg paling saya suka: wadah yg cair. Berangkat dari sini, mestinya tidak perlu ada pengotakan serius antara berbagai social media, atau dikotomi panitia-peserta, penggagas-partisipan.

    Bahkan kalo memungkinkan, entah bagaimana bentuknya, masyarakat luas yg sama sekali bukan blogger bisa mendapatkan manfaat.

  8. @hasan: Bahkan kalo memungkinkan, entah bagaimana bentuknya, masyarakat luas yg sama sekali bukan blogger bisa mendapatkan manfaat. —> saya suka sekali pemikiran ini 🙂

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP