Update: versi PDF 28HARI bisa diunduh di sini.

___

Pada tanggal 1 Februari 2010, seorang perempuan menuliskan kisah dan kenangan-kenangan mengenai lelakinya. Di hari yang sama, seorang lelaki menuliskan kisah dan kenangan-kenangan mengenai perempuannya. Catatan-catatan mereka meninggalkan jejak yang acak; tetapi nampak saling berhubungan. Tetapi siapa mereka? Apa hubungan di antara keduanya? Dan apa yang terjadi ketika catatan-catatan mereka berakhir tepat pada tanggal 14 Februari?

Jawabannya adalah 28 HARI; yang terdiri dari 14 hari dalam kehidupan seorang perempuan dan 14 hari dalam kehidupan seorang lelaki.

28 HARI berawal dari percakapan di senja hari antara saya dan @ndorokakung; yang kemudian melahirkan ide untuk berduet menulis semacam prosa. Ya, 28 HARI memang bukan jenis cerita pendek, bukan juga cerita bersambung. Saya sendiri lebih suka menyebutnya prosa saja.

Meski ini bukan yang pertama kali, namun 28 HARI bisa jadi merupakan duet saya yang pertama dengan NdoroKakung. Saya sejak lama mengagumi prosa-prosa NdoroKakung; dan menghargai ketaatannya terhadap kaidah bahasa. Ia juga punya asupan kata-kata indah yang sudah jarang digunakan lagi sejak era Balai Pustaka; dan kami sepertinya bisa saling mengerti sisi melankolis sekaligus romantis dalam prosa masing-masing. Sebelum ini, kami memang sudah kerap berbalas prosa melalui blog masing-masing, namun semuanya biasanya terjadi secara spontan, tanpa direncanakan.

Proyek 28 HARI yang kami kerjakan ini pun menghirup kebebasan yang sama. Kami hanya mengambil sudut perempuan dan sudut lelaki, kemudian bebas menuliskan apa saja. Tak ada diskusi mengenai alur yang harus diikuti atau pakem yang harus diseragamkan. Kami hanya mengikuti hati, imajinasi, dan jemari–untuk kemudian masing-masing menyulamkan 14 hari pada catatan-catatan ini.

Kutipan-kutipan dari proyek 28 HARI inilah yang sejak bulan lalu kerap kami ‘bocorkan’ melalui Twitter, dengan hashtag #28hari.

Buat saya 28 HARI bukan saja sebuah proyek ‘imajiner’. Dalam proses penulisan 28 HARI, ternyata saya juga menuliskan kisah cinta saya sendiri di dunia nyata. Itulah sebabnya saya sempat menelantarkan proyek ini selama beberapa waktu; sebelum kemudian merampungkannya dengan perasaan hati yang tengah berbunga-bunga.

Mengutip kata-kata NdoroKakung, “Kami telah selesai. Giliran sampean, membaca, menikmati, dan memberi komentar. Kami akan mendengarkannya dengan hati terbuka. Seperti musim semi yang bercahaya…”

hanny

31 Responses

  1. Oooh, jadi ini ya hashtag yang bikin ‘geger’ itu. Hahahahaha :p

    Kuserahkan ke Sofia Kartika saja karena naskah ini terlalu berteka-teki buat manusia berhati mesin seperti saya πŸ˜€

    Thumbs up buat komitmen dan kesuksesan proyek #28hari. Semoga semangatnya bisa menular di bidang dan manusia lain.

  2. Manis sekali… Benar kata Robby, bikin otak dan hati menari-nari. Bibir juga jadi kerap tersenyum. πŸ™‚

    Selamat ya bos dan ndoro!!

    *aku semakin mengidolakanmuuuuu…*

  3. ahh.. aku tau kalo beberapa dari ungkapan hati yang ada di #28 hari ini adalah kisah nyata penulisnya πŸ˜€ hihihi..
    congrats yah, coonteel & ndoro kakung.. prosa yang indah utk dinikmati pembaca πŸ™‚

  4. oaaallaaaaahhh…..pantes aq bingung tiap kali liat timeline @ndorokakung dan @beradadisini yang berhastag #28 hari.
    Btw..emang bener d…bahasa2 @ndorokakung emang keren. Romantis..tis…hahahahaha

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekendβ€”I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeβ€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP